Jalan Raya Indonesia Kini Semakin Mencekam

Cerita dulu, perjalanan yang paling menakutkan adalah menelusuri jalanan hutan rimba yang masih banyak serigala, ular berbisa, atau pun singa. Maka di Indonesia zaman sekarang, serigala dan singa sudah sulit kita temui sehingga perjalanan mendaki gunung sudah bukan lagi hal menakutkan, tapi rekreasi bagi para anak-anak "pecinta alam". Rasa mencekam saat menempuh perjalanan kini, di Indonesia, sudah beralih ke kota, sudah beralih dari jalanan setapak ke jalanan raya. Jalanan yang apabila macetnya selalu menimbulkan minta ampun, bila menelan korbannya tidak tanggung-tanggung.

Tanggal 26 juli 2012 kemarin, saya langsung merinding ketika ketika suara adzan dzuhur terdengar selesai berkumandang, di jalan Soekarno-Hatta, Bandung, tepatnya sebelum pertigaan menuju persimpangan jalan Cipadung, Tatkala saya tengah mengayuh pedal sepeda, dari jarak kira-kira 10m saya melihat warga saling berlarian menuju satu arah. Nyatanya setelah saya mendekat, sesosok jasad laki-laki tinggi tegap tengah terbujur kaku di pinggir jalan. Kini didepanku langsung, Kulihat laki-laki itu matanya sudah tidak bisa lagi terpejam. Darah terlihat masih segar mengalir dari hidung, bibir dan jidat. Menurut kesaksian warga sekitar, laki-laki itu tewas akibat ugal-ugalan saat mengendarai motornya. Dugaan sementara, Dia, masih menurut warga, sepertinya menemukan sesuatu yang mengejutkan sehingga terlihat hendak mememparkan arah ke pinggir jalan namun terlalu kencangnya melaju hingga ke pinggir trotoar jalan dan akhirnya menabrak pohon yang ada di sana. (Untuk memastikan siapa laki-laki yang jadi korbannya saya pun cari2 di internet, saya temukan berita tersebut persi medianya ternyata ada Di Sini)

Yang paling membuat saya merinding, nyatanya lokasi kejadian tersebut adalah tempat di mana dulu (tahun 2007) saya sendiri yang mengalami langsung tertabrak motor. Waktu itu saya  tengah  bersepeda  kumplit dengan barang-barang hasil belanjaan dari pasar Gedebage buat perlengkapan warung saya. Kala kecelakaan itu tubuh saya sampai terpelanting sejauh 2m, kondisi sepeda yang saya kendarai rusak berat, dan seluruh barang belanjaan buat warung saya pun rusak semua. Parahnya lagi, si pengendara motor yang meminta saya untuk tidak mengurusnya ke pihak kepolisian itu dengan dalih janji akan mengganti semua kerugian saya itu malah hingga sekarang tiada wujudnya. Namun saya tetap bersyukur kejadian waktu itu tidak sampai membuat saya kehilangan nyawa.

Puncak dari pengalaman mengerikan dari kondisi jalan raya sekarang adalah terjadinya kecelakaan  yang dialami langsung oleh teman kerja saya kemarin (19/8) lokasi kejadian di seputar Komplek Polisi, Baleendah, Kab. Bandung.   Dampak dari kejadian kecelakaan tersebut Teman kerja saya sampai harus merelakan putrinya yang baru berusia 8 tahun pergi untuk selama-lamanya. Wajah yang setiap hari saat bekerja selalu ceria, kemarin penuh isak tangis mencucurkan air mata. Kecelakaan itu menurut penuturannya, terjadi kira-kira pukul 5 sore, saat ia melakukan perjalanan pulang habis silaturahmi dari kampung mertuanya di Ciparay, Kab. Bandung. Saya tidak tega melanjutkan perbincangan kronologi kejadiannya secara pasti karena apabila beliau kembali hendak menuturkan kronologi kejadiannya, terlebih saat hendak menceritakan kondisi putrinya yang terpental dari motor yang ia kendarai kemudian terlindas bus, ia selalu tidak kuasa menahan tangis. Teman kerja saya beserta istrinya sendiri terluka sampai kakinya patah.

Penduduk Indonesia yang menurut statistik kependudukan mayoritas penduduknya beragama Islam itu kini sudah tidak tampak lagi gambaran keislamannya bila dilihat dari kondisi di jalan raya. Islam dengan contoh teladan dari Rasulullah terkait seluruh aspek kehidupan itu kini sudah tidak bisa saya lihat lagi keelokannya di jalan raya. Padahal Rasulullah berkali-kali mengingatkan kepada ummatnya untuk selalu menjalankan adab mulia saat melakukan perjalanan; mulai dari yang bepergian dua orang lebih harus mengangkat seorang pemimpin, orang yang mengendarai kendaraan harus menghormati yang pejalan kaki, yang mengendarai kendaraan besar harus menghormati yang mengendarai kendaraan yang lebih kecil darinya, sampai harusnya seorang muslim senantiasa menyebarkan keselamatan (afsus salam) kepada siapapun yang kita temui diperjalanan, dan adab-adab jalan lainnya. Beginilah kejadiannya apabila ummat Islam sudah jauh dari agamanya, jangankan menghindarkan diri dari adzab neraka, keharmonisan berinteraksi antar sesama pun pada akhirnya akan tercerabut musnah tak tersisa. Saya yang setiap berangkat kerja harus menunggangi sepeda  pun pada akhirnya harus selalu terpinggirkan, seakan orang penunggang sepeda seperti saya tidak punya hak untuk ikut memakai jalan raya.

Lantas sampai kapan Jalan Raya Indonesia harus selalu mencekam seperti sekarang??
Semoga pemerintah dan segenap warga Indonesia mulai berbenah diri dalam persoalan ini...

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.