tag:blogger.com,1999:blog-17819276576139157022024-03-19T19:59:58.576+07:00Sineger TengahAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.comBlogger105125tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-57649102636768425682015-11-14T12:42:00.000+07:002015-11-14T12:42:07.482+07:00Menghapus Jejak History Kita Di Situs YoutubeSelain aktivitas kita saat menggunakan jasa peramban google (searching), ketika kita melakukan aktivitas di Youtube, yang juga adalah milik google, aktivitas kita secara otomatis direkam dan dijadikan database buat mereka untuk kepentingan penayangan atau penawaran iklan (google Ads). Namun hal tersebut kemudian malah seringkali menjadi hal yang mengganggu lantaran saat kita masuk ke halaman utama youtube, menu yang akan ditayangkan pihak youtube adalah video-video sejenis yang temanya sama dengan video-video yang pernah kita tonton sebelumnya.<div>
<br /></div>
<div>
Untuk menghindari tampilan menu video-video yang sejenis dengan video yang pernah kita tonton sebelumnya, tiada cara lain selain menghapus jejak riwayat kita di youtube. Bagai mana cara menghapus jejak riwayat kita di Youtube? Berikut adalah langkah-langkahnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<ol>
<li>Buka situs Youtube kemudian masuk ke akun youtube yang kita miliki.</li>
<li>Jika tidak ada menu <b>History</b> di bilah kiri web, geser tampilan web hingga ke bagian paling bawah lalu cari tombol History</li>
<li>Setelah tombol History diklik, akan muncul tampilan web yang menyuguhkan dua tombol (<b>Watch History</b> dan <b>Search History</b>). Untuk menghapus jejak video yang pernah kita tonton Pilih <b>Watch History</b> kemudian tekan tombol <b><i>clear all watch history</i></b>. Sementara untuk menghapus jejak pencarian kita di youtube, pilih <b>Search History</b> lalu tekan <b><i>clear all search history</i></b>.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-5QV63yTkazs/VkbIy5mcAQI/AAAAAAAAA9Q/cz7qBBYwmp8/s1600/Langkah%2BMenghapus%2BJejak%2B%2528History%2529%2Bdi%2BYoutube.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="356" src="http://1.bp.blogspot.com/-5QV63yTkazs/VkbIy5mcAQI/AAAAAAAAA9Q/cz7qBBYwmp8/s640/Langkah%2BMenghapus%2BJejak%2B%2528History%2529%2Bdi%2BYoutube.jpg" width="640" /></a></div>
</li>
<li>Langkah penghapusan jejak di Youtube beres.</li>
</ol>
<div>
Semoga Bermanfaat!!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-13676805404656677012015-11-14T12:06:00.000+07:002015-11-14T12:07:23.220+07:00Langkah Menghapus Jejak Aktivitas (Cookie) Browsing yang Direkam GoogleBerselancar menggunakan saluran internet sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Menggunakan Browser atau perambah pencarian semisal google juga tidak bisa dipisahkan dari kegiatan berinternet. Namun tahukah anda, bahwa setiap kali kita menggunakan jasa google, mereka secara otomatis menyimpan jejak-jejak kegiatan kita? Alasan utama mereka melakukan hal itu adalah untuk menyesuaikan kebutuhan kita dengan jasa iklan yang mereka miliki.<br />
<br />
Lantas, bisakah kita menghapus jejak riwayat berselancar kita di google? Bagaimana caranya? Ada langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk menghapus jejak riwayat pencarian google. Di antaranya sebagai berikut:<br />
<br />
<br />
<ol>
<li>Buka laman situs Google.com, lalu masuk ke akun Google yang saudara miliki</li>
<li>Setelah masuk ke akun, scroll/geser layar ke bawah lalu klik menu <b>setelan/setting</b>, . <a href="http://1.bp.blogspot.com/-JV0ahYmVbvg/Vka8TQV6l_I/AAAAAAAAA8o/jjCOxp2WBzs/s1600/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://1.bp.blogspot.com/-JV0ahYmVbvg/Vka8TQV6l_I/AAAAAAAAA8o/jjCOxp2WBzs/s320/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B2.jpg" width="320" /></a><br />
</li>
<li>Setelah menu setelan dipilih akan muncul lagi pilihan, dalam pilihan tersebut pilih menu <b>Riwayat</b><a href="http://2.bp.blogspot.com/-9wkwamXGKpI/Vka8TSjN_qI/AAAAAAAAA8s/C7Sin76rtDU/s1600/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://2.bp.blogspot.com/-9wkwamXGKpI/Vka8TSjN_qI/AAAAAAAAA8s/C7Sin76rtDU/s320/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B1.jpg" width="320" /></a></li>
<li>Setelah mengklik pilihan riwayat, anda akan masuk ke halaman Aktivitas Web dan Aplikasi. Di halaman tersebut anda pilih tombol icon titik tiga di bilah kanan atas, lalu pilih menu Opsi <b>Penghapusan</b> (Lihat langkah jelasnya pada Gambar)<a href="http://2.bp.blogspot.com/-VNkwnvXbH7Q/Vka8TbAnY0I/AAAAAAAAA8w/qE9XlourCT0/s1600/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://2.bp.blogspot.com/-VNkwnvXbH7Q/Vka8TbAnY0I/AAAAAAAAA8w/qE9XlourCT0/s320/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B3.jpg" width="320" /></a></li>
<li>Setelah memilih tombol <b>Opsi Penghapusan</b>, akan muncul popup pilihan <b>Hapus Aktivitas Web & Aplikasi</b>. dalam menu itu, untuk menghapus seluruh jejak aktivitas kita selama menggunakan web google, pilih menu <b>lanjutan</b>, lalu pilih tombol S<b>epanjang Waktu</b>. setelah memilih tombol Sepanjang Waktu, klik tombol <b>HAPUS</b>.<a href="http://1.bp.blogspot.com/-oLxWPJ-St38/Vka8USfY6YI/AAAAAAAAA88/hltNBrrX3nQ/s1600/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://1.bp.blogspot.com/-oLxWPJ-St38/Vka8USfY6YI/AAAAAAAAA88/hltNBrrX3nQ/s320/Cara%2Bmenghapus%2BJejak%2BBrowsing%2BCookies%2BGoogle%2B4.jpg" width="320" /></a></li>
<li>Selesai. Sekarang jejak aktivitas kita yang direkam google telah bersih. Selamat mencoba!!</li>
</ol>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-81368468566685187392015-06-08T22:06:00.000+07:002015-06-08T22:06:47.698+07:00PERSADA, Pemuda Persis Arjasari Mendulang Emas dan Perunggu<a href="http://3.bp.blogspot.com/-GXzKxvt2MJY/VXWvM9ARBdI/AAAAAAAAA4I/8Lrd8V-t5O4/s1600/11391228_1000261603348090_5755142792645088203_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-GXzKxvt2MJY/VXWvM9ARBdI/AAAAAAAAA4I/8Lrd8V-t5O4/s320/11391228_1000261603348090_5755142792645088203_n.jpg" /></a>Selain mengadakan pembinaan dan penyuluhan terhadap seluruh anggota dan simpatisan pemuda Persatuan Islam se-Kabupaten Bandung, acara Perkemahan Sabtu Ahad (Persada) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Persatuan Islam tiap dua tahun sekali itu juga mempasilitasi ta’aruf antar Cabang lewat beragam lomba kreasi seni dan olah raga yang dimungkinkan sering digeluti oleh para insan muda.<br />
<br />
Acara yang berlangsung dari tanggal 29-31 Mei kemarin itu secara garis besarnya mengusung tema “Kokohkan Aqidah untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dalam Jihad Jam’iyyah”.<br />
<br />
Tentu saja, dengan hadirnya ulama-ulama dari Pusat, semisal KH.M. Romli, KH. Zae Nandang dan Ust. Hamdan, pembekalan materi ketauhidan berupa stimulus gagasan dan pencerahan mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam upaya menguatkan nilai-nilai aqidah jihad jam’iyyah sangatlah terasa dalamnya. <br />
<br />
Apalagi dengan ditambahnya wawasan dan keilmuan tentang pemetaan ladang jihad yang disampaikan oleh Ust. Amin Muchtar, Ust. Tiar Anwar dan Ust. Atip Latiful Hayat. Lewat mereka-mereka ini para peserta Persada seakan dibawa berkelana melintas masa hingga jelaslah langkah jihad apa yang harus ditempuh oleh para pemuda Islam di masa yang akan datang. <br />
<br />
Di atas pegunungan Puntang yang suhu udaranya sangat dingin dan menggigil itu, selain air kopi dan makanan yang hangat-hangat, tentu saja acara perlombaan olah raga juga menjadi menu obat penghangat yang mujarab. Dan dari beragam perlombaan olah raga yang digelar panitia, di acara Persada kali ini Pemuda Persis PC. Arjasari alhamdulillah prestasinya meningkat. Jika di Persada yang lalu hanya bisa meraih kejuaraan Outbond, kali ini Pemuda PC Arjasari bertambah juara dengan berhasilnya meraih medali emas di perlombaan outbond dan medali perunggu di kejuaraan bola volli.<br />
<br />
Tentu saja peningkatan prestasi ini harus menjadi modal semangat bagi kita untuk semakin mempererat kesolidan serta semakin mengintensifkan program-program kegiatan pemberdayaan jam’iyyah ke depannya. ***<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-1814917648280296112015-06-08T21:51:00.004+07:002015-06-08T21:52:30.338+07:00Jiga Rugi Padahal Untung<div style="text-align: justify;">
Pikeun jalma nu matok perkara kahirupan ku ukuran dunyawi hungkul, bakal loba pasualan hirup nu bakal ngaregedan usahana, nepi ka rasa ngedul jeung hoream </div>
mineng ngawujud jadi hahalang. <br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usum panen bisa jadi waktu nu ditungguan baris mere rasa kabungah. Tapi teu saeutik dina hiji waktu mah usum panen teh ngadon jadi mangsa nu pinuh ku rasa hanjelu tur kuciwa. Pare nu dipelak ngadon hapa, beak ku hama manuk jeung beurit. Sampeu jeung jagong di kebon ngadon ledeg beak diidek begu. Tanaga nu dibual katayoh euweuh gunana. Duit nu dipake modal karasa ledis, jinis teu mulang. Cape hirup nu dilakonan mang bulan-bulan teh karasa pisan euweuh jang buruhna. Nepi ka hatena ngocoblak ku gerentes, <i>“Mun teu ras ku butuh mah, cadu ngaduakalian tani deui!”</i> pokna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beda halna jeung jalma iman, nu sagala usahana lain saukur diukur ku hasil dunya hungkul, tapi oge didasaran ku kaimanan. Gawena lain diniatan ku saukur rek babanda, tapi hayang nedunan parentah, hayang ibadah. Nalika hasil teu saigel jeung harepan, tangtu sikep nyanghareupan kaayaan model kitu teh moal ujug hanjelu tur kuciwa, sabab dirina boga keneh ceungceuman harepan. Kaimanan dina dirina mere angkeuhan hasil nu leuwih punjul alah batan saguruntul harta banda dunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Komo deui saparantos dikuatan ku pang jejer ti gusti rasul anu mulya, yen tatanen jalma muslim mah nyatana hasil mucekil teh lain saukur pas panen hasilna bencing wae, tapi nalika ku hama nepi ka hapa, aya nu maok nepi ka beak, eta oge hakikatna mah jadi kauntungan pikeun dirina.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dawuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-JBFhAunbDJQ/VXWryAuJK2I/AAAAAAAAA38/bwZmgntegcE/s1600/burung%2Bpadi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="http://1.bp.blogspot.com/-JBFhAunbDJQ/VXWryAuJK2I/AAAAAAAAA38/bwZmgntegcE/s400/burung%2Bpadi.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Teu aya saurang muslim nu tatanen, kajaba tina satiap pepelakan nu didaharna aya niley sedekah pikeun dirina, nu dipaok ku batur jadi sedekah oge pikeun dirina, nu dihakan ku sato liar jadi sedekah pikeun dirina, tina nu dihakan manuk ngajadi sedekah pikeun dirina. Sarta teu aya salah-saurang nyokot tina tatanenna eta, kajaba barang nu dicokot eta baris jadi sedekah piekun dirina.</i>" (HR. Muslim ti shahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jaminan ti Rasulullah ieu mibanda wejangan ka urang sarerea rehna nalika usaha nu dilakonan make dadasar niat seja ibadah, guruntul hasil mangrupa harta nu dipimilik di alam dunya mah ulah jadi patokan utama. Tapi tempo mah geus sabaraha loba jalma di sabudeureun urang, sato di satukangeun urang, nu bisa ngarasakeun ni’matna hasil tina tanaga, usaha, jeung jerih payah nu dikaluarkeun ku urang. Najan manuk telihna ngagenol, beurit hirupna ngalintuhan, lain ku cara ngahaja diparaban jeung disuguhan ku urang, tapi di payuneun Allah Subhanahu wa ta’ala mah eta sadayana tetep baris diitung jadi amal. Baris disajajarkeun jeung sodakoh nu berniley ibadah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pikeun saurang muslim, teu aya sakeclak kesang nu teu dihargaan. Teu aya sa guruntul modal jeung ikhtiar nu teu meunang ganjaran. Usaha nu karna Allah, moal pernah nepi ka teu dipalire jeung disapirakeun ku Allah. Estu Allah ta’ala salawasna mencrong tur perhatian ka urang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam. ***</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-88268755985546660602015-06-08T21:37:00.002+07:002015-06-08T21:37:58.177+07:00Cai nu Jadi Panyuci Diri (bag.1)<div style="text-align: justify;">
Sakapeung mah pikiran sorangan sok hayang ulubiung mauran perkara nu lain hakna. Nepika nu sakuduna jempe jeung ta’at hungkul ge make dilalawuhan ku pameunteun jeung pamadegan pribadi. Antukna, lain bebeneran nu disorang, tapi ngalantur jiga jelema ngalindur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkara suci tangtu beda jeung beresih. Pasucian nyangkut jeung persoalan niley-niley mutlak nu diwengku ku papagon dieniyah (kaagamaan) sahingga tolok ukurna kedah ngangge ukuran ti Allah sareng Rosul-Na. Manusa palebah dieu teu bisa ngurus, ngareka-reka, atawa nyawang-nyawang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akal manusa mibanda watesan kamampuan, sarta niley hasilna oge nisbi. Pasualan beresih wae, nu diukur ku ukuran panileyan jalma mah sifatna relative. Warna bodas sakapeungmah sok direndengkeun jeung sifat bersih. Tapi nalika barang nu bodas eta napel kana baju atawa calana hideung, bisa jadi nu bodasteh disebutna kokotor. Kitu deui kebul nu narapel teh ceuk urang mah pan kokotor, sahingga sok diberesihkeun tina parabotan. Tapi numutkeun Allah mah justru kebul eta bisa jadi panyuci diri dina nalika tayamum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nalika jalma aya dina kaayaan beresih, beres mandi jeung kukumbah, kaberesihan nana eta can ngajamin suci lamun mah awakna geus milampah hadas tuluy can ngalakukeun susuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dina cutatan sajarah Indonesia, Soekarno pernah diprotes bebeakan ku M. Natsir —murid A. Hassan ti Persatuan Islam, lantaran Soekarno salah merenahkeun posisi antara beresih jeung suci. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dina anggapan Soekarno, ayana parentah wadah cai nu diletakan caina ku anjing kudu dikumbah tujuh kali (nu kahjina ku taneuh) teh lantaran zaman Rasulullah mah cenah can aya alat nu bisa ngabasmi kuman (samisal gasolin). Pikeun urang nu hirup di zaman modern mah, ceuk pikiran Soekarno, teu perlu make kudu dikumbah nepi ka tujuh kali, cukup sakali make gasolin, wadah eta bersih. Kitu ceuk Soekarno kalayan pinuh rasa bangga gumbira. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/--ldADv_WMHY/VXWoo9st_OI/AAAAAAAAA3w/uusr1yJgRmQ/s1600/tetesan-air.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="262" src="http://3.bp.blogspot.com/--ldADv_WMHY/VXWoo9st_OI/AAAAAAAAA3w/uusr1yJgRmQ/s320/tetesan-air.jpg" width="320" /></a>Tapi saur pak Natsir teu bisa kitu. Pasualan ayana parentah ngumbah nepi ka dibejer beaskeun tatacarana ku Rasulullah teh lantaran di dinya aya sifat ubudiyah (ibadah). Mun ceuk Soekarno hal eta pakuat-pakait jeung urusan beresih hungkul, saur pak Natsir mah justru di dinya lain saukur persoalan beresih, tapi kumaha carana ngasucikeun wadah nu ceuk agama geus ka najisan. Sahingga, lamun tea mah di jaman modern ieu wadah nu dikumbah hayang suci jeung beresih, lain hartina bisa cukup make anti bakteri, tapi kudu oge make pituduh rasul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cai kaasup kana salah-sahiji alat nu bisa nyucikeun diri nu geus teu suci. Kasauran hadits; Alma-u thahurun laa yunajjisuhu syai-un. Dina hukum asalna, cai teh beresih, taya nu bisa ngarobah jadi najis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha ngalakukeun susuci bakal gumantung kana hadas nu dipiboga. Hadas leutik nu dilantarankeun ku hitut, kahampangan, jeung kabeuratan, nyucikeun nana cekap ku ngabasuh sabagian tina anggota awak ku cara wudlu nu dicontokeun. Tapi lamun hadas nu dipiboga teh lantaran milampah jima, kaluar getih hed, atawa nifas (saba’da lahiran), susuci nu disyari’atkeun teh kudu ngabasuh sakujur awak, ti luhur sausap rambut nepi ka handak sausap dampal. Saur kolot baheula mah kudu adus (mandi janabat).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngusahakeun awak nu geus teu suci sangkan balik deui suci, teu aya cara iwalti kudu ngalakukeun tata cara nu ku Allah katut Rasul-Na diparentahkeun. .. ***</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-9755246826024709592014-12-01T08:15:00.002+07:002014-12-01T08:52:17.963+07:00Miska: Kami Ingin Masyarakat Lebih Cintai Para Sahabat Rasul<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-94xEBj9jzJc/VHvATnbA5RI/AAAAAAAAApI/INnfBcMwoYw/s1600/IMG_7995.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-94xEBj9jzJc/VHvATnbA5RI/AAAAAAAAApI/INnfBcMwoYw/s1600/IMG_7995.JPG" height="424" width="640" /></a></div>
Bandung - Di tengah sejuknya taman Dago, Bandung, pagi tadi ( Ahad 30/11) ibu-ibu berpakaian muslimah seragam rapi terlihat tengah berkumpul penuh semangat. Di badan trotoar jalan mereka menenteng seabreg balon-balon gas bertuliskan “Gerakan Muslimah Cinta Sahabat Rasulullah” untuk dibagikan kepada siapa saja yang lewat ke sana. “Misi kita di sini ingin menumbuhkan kecintaan masyarakat untuk lebih mencintai para shahabat Rasulullah.” Jawab ibu Ajeng, koordinator acara, saat dimintai kejelasannya.</div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Makin masifnya upaya penyesatan yang dilakukan Syi’ah lewat berbagai media, telah menggugah para ibu-ibu majlis taklim Miska ini untuk berbuat sesuatu. “Ini merupakan salah-satu pergerakan kami. Kami dakwah langsung turun ke jalan, tapi dakwah tanpa orasi. Karena ibu-ibu itu jihadnya kan tetep harus mengikuti jihad yang syar’i. tak harus turun ke jalan kemudian teriak-teriak.” Jelas ibu Ajeng yang juga menjabat sebagai ketua majlis taklim Miska.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain membagi-bagikan balon, yang di puncak acara akan diterbangkan secara bersama-sama, majlis taklim yang berada di bawah naungan Aliansi Nasional Anti Syi’ah (ANNAS) ini, dalam kesempatan yang sama juga memberikan arahan senam pernapasan dan jalan santai. Sementara bakti sosialnya sendiri adalah berupa cek gula darah untuk 100 orang secara gratis, serta membagikan pin dan beragam bahan konsumsi, seperti snack dan minuman mineral yang sudah dilengkapi dengan beragam kutipan hadits yang menuntun bagaimana seharusnya seorang muslim mencintai para sahabat Rasulullah.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat ditanya apakah kegiatan serupa akan terus berlanjut di kemudian hari, ibu Ajeng menjawab: “Insya Allah.” Sementara kajian rutin yang sudah berjalan pasti adalah setiap hari Senin. “Kami mengadakan acara rutinnya di Demoss, jl. Buahbatu 149, dengan ustadz-ustadz yang bagus-bagus, seperti pak Atian Ali, ustadz Amin Muchtar, dan lain-lain.” sambungnya. </div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Acara yang bertajuk "Dakwah dengan Cinta" ini berjalan tertib dan aman. Pukul 07.45 ratusan balon pun melayang ke udara menandai berakhirnya acara.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0Dago, Bandung, West Java, Indonesia-6.8713816780469648 107.61468887329102-6.8792641780469648 107.60460387329101 -6.8634991780469647 107.62477387329102tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-26190566451587822432014-11-14T05:53:00.000+07:002014-11-14T05:57:16.165+07:00Kolom Agama Bukan Sekedar Ada atau Kosongnya Kolom <div style="text-align: justify;">
Dari semenjak musim kampanye PEMILU 2014 hingga terpilihnya sejumlah orang untuk mengisi kursi jabatan pemerintahan, isu tentang kolom agama dalam kartu kependudukan (KTP) masih terus bergulir. Isu yang pertama kali digulirkan oleh kalangan liberal dan sekular ini masih terus menuai pro dan kontra, baik di kalangan masyarakat bawah, maupun di kalangan pemerintah sendiri. Kalangan liberal dan sekular dengan isu kolom agamanya dari semenjak musim kampanye itu nampaknya tidak sekedar bermain wacana, atau untuk menarik sorotan dan perhatian semata, mereka kali ini terlihat serius benar-benar ingin mewujudkan isunya tersebut. Terbukti dengan berhasilnya mereka menduduki kursi jabatan tertinggi pemerintahan sekarang ini, isu tersebut terus mereka bahas, baik oleh pejabat yang berwenang dan terkait langsung dengan persoalan tersebut (dalam hal ini MENDAGRI) maupun oleh elemen-elemen lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidaklah heran apabila kemudian persoalan ini berbuntut panjang. Pasalnya, persoalan agama di negara yang berketuhanan, seperti Indonesia, akan melibatkan perudang-undangan dan asas filosofinya. Adanya keinginan dan upaya untuk mengosongkan kolom agama dalam kartu kependudukan adalah bentuk representasi dari rasa perlawanan dan upaya pemberontakan terhadap undang-undang dan filosofi negara. Persoalan kolom agama bagi bangsa Indonesia bukan hanya sekedar ada atau tidaknya. Ia adalah cerminan dari filosofi dan perundang-undangan itu sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adanya batasan agama mana saja yang sah diakui oleh negara dalam perundang-undangannya tentu saja bukan buah dari usaha sederhana dalam upaya penetapannya. Sama halnya dengan persoalan antara mengakui komunisme atau menolaknya, mengakui NASAKOM atau menolaknya, adalah cerminan dari menetapkan negara berketuhanan atau tidak. Semua itu adalah berkat usaha perdebatan, diskusi, dan musyawarah yang panjang terkait kita dan para <i>pounding father</i> kita dalam menyikapi perjalanan dan perjuangan mendirikan bangsa ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-b0a3wa51FuM/VGU1_F5aHfI/AAAAAAAAAo0/iLzLfEkYkpA/s1600/Pengosongan%2BKolom%2BAgama.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="173" src="https://1.bp.blogspot.com/-b0a3wa51FuM/VGU1_F5aHfI/AAAAAAAAAo0/iLzLfEkYkpA/s320/Pengosongan%2BKolom%2BAgama.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keterdesakan kalangan liberalis dan ateis sekularis pada akhirnya mundur sedikit dari upayanya itu dengan meluncurkan isu bukan menghilangkan kolom agama, namun hendak meniadakan kolom agama bagi yang menganut agama di luar enam agama yang diakui negara, sementara yang beragamakan enam agama yang diakui tetap agamanya tercantum KTP. Akan tetapi persoalannya kemudian, jika hal itu terjadi adalah, kebijakan dan peraturan khusus apa yang telah negara kita gariskan untuk menaungi dan mengakomodasi masyarakat yang mengosongkan kolom agamanya? Hal ini tentu bukan mencari-cari persoalan baru sebab persoalan kebijakan khusus yang membedakan sesuatu dari yang lainnya tentu harus didukung dan dinaungi oleh peraturan yang khusus pula. Kalau hanya sekedar mencantumkan dan tidak tanpa ada aturan lain yang membedakannya di mata hukum, buat kami hal itu hanyalah pemborosan pemikiran dan pekerjaan yang tidak ada dampak signifikan buat keberlangsungan hidup bernegara kita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan persoalan berikutnya tentu saja kami berhak untuk bertanya, kalau ada dibolehkan kebijakan khusus bagi suatu kelompok tertentu, kenapa di saat ummat Islam menghendaki adanya kekhususan agar mereka diberi kewenangan menegakkan syari'at Islam, dalam Piagam Jakarta, mereka-mereka yang mengajukan pengosongan kolom agama dari KTP ini malah menolaknya?</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-19316943963885396632014-10-23T09:53:00.001+07:002015-03-05T11:15:24.365+07:00Kumpulan Ceramah K.H. Shiddiq Amien mp3<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTQAqIdvm_xEtky_amscTjCkfz6Fzod3lpHCXgUWnFVz0KfSg_BgoxvwKIWh5SSmpBXH4GGFDR16LxADJZG208qjnJhyphenhyphenoGCqKtcoFFcgInawoMAhVUUSWhWUogaVnbjDGSb6p7XkwjLBo/s1600/KH.Drs.+Shiddiq+Amien+MBA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTQAqIdvm_xEtky_amscTjCkfz6Fzod3lpHCXgUWnFVz0KfSg_BgoxvwKIWh5SSmpBXH4GGFDR16LxADJZG208qjnJhyphenhyphenoGCqKtcoFFcgInawoMAhVUUSWhWUogaVnbjDGSb6p7XkwjLBo/s320/KH.Drs.+Shiddiq+Amien+MBA.JPG" height="428" width="640" /></a></div>
<ol>
<li>Adzan dan Permasalahannya:<a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE1MzMxNF9xT2p6Ql9iN2Rj/ADZAN%20&%20PERMASALAHANNYA%20040307.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Alkabaair: <a href="http://www.mediafire.com/download/7orp66002yqzkr2/AL_KABAIR_271208.rar" target="new"> Download</a></li>
<li>Al-Qiyamah:<a href="http://www.mediafire.com/download/73vmjcc78jzg0un/AL_QIYAMAH.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Al-Qur'an dan Kejadian Manusia: <a href="http://www.mediafire.com/download/f4spwqr7x8u0qfc/ALQURAN_&_KEJADIAN_MANUSIA.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Antara Dosa dan Bencana: <a href="http://www.mediafire.com/download/gm54l3yfq96cau5/ANTARA_DOSA_&_BENCANA.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Belajar Dari Kisah Nabi Nuh: <a href="http://www.mediafire.com/download/mpbw0nl3z1g0alu/BELAJAR_DARI_KISAH_NABI_NUH_300907.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Cep Gilang (PLKJ): <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTIwODA4OF9UZE9RMV8zYmFj/Cep%20Gilang.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Do'a: <a href="http://www.mediafire.com/download/y8103iecdwus7cz/DOA.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Firqatun Najiyah: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2MTI0OV9iTGtva19iMzQ3/FIRQATUN%20NAJIYAH.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Halaqah: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2MTg0OV9hcGFBRV80MjBm/HALAQOH%20270108.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Iblis dan Teroris Zionis: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2MjQzNV9aVUllWl8wOGRj/IBLIS%20&%20TERORIS%20ZIONIS%20061206.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Janaiz: <a href="http://www.mediafire.com/download/ra7iyge1ly3z36z/JANAIZ.rar" trget="new">Download</a></li>
<li>Jenggot, Isbal dan Burukul Bair: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTIxMzU4OF9kaEhqMl83Mzdj/JENGGOT,%20ISBAL%20&%20BURUKUL%20BAIR%20030607.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Jihad Fi Sabielillah: <a href="http://www.mediafire.com/download/184fp518o78ufcr/JIHAD_FI_SABILILLAH_010209.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Lima Penyesalan: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2NTEzMV93UzhPaF9jZThh/LIMA%20PENYESALAN%20040207.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Memaknai Shilaturahmi: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2NTgyM19TSjBLS180ZDY5/MEMAKNAI%20SILATURAHMI%20021108.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Millah Ibrahim: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2NjQ5MF96b2dBQl9kODk2/MILLAH%20IBRAHIM.rar" target="new">Download</a> </li>
<li>Pemimpin Ideal: <a href="http://www.mediafire.com/download/rxbq57tig3dnnay/PEMIMPIN_IDEAL_060408.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Pemimpin Zalim: <a href="http://www.mediafire.com/download/lqjmi2llqrzs60z/PEMIMPIN_ZALIM_050409.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Perhiasan Dunia: <a href="http://www.mediafire.com/download/ke817yovmdjo11h/PERHIASAN_DUNIA_020406.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Qalbun Salim: <a href="http://www.mediafire.com/download/39ng7b2r3gyow7f/QOLBUN_SALIM_050807.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Rahasia Pengharaman Babi: <a href="http://www.mediafire.com/download/a4kylioh33oon4d/RAHASIA_PENGHARAMAN_BABI_020809.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Ramadhan Syahru al-Qur'an: <a href="https://www.opendrive.com/files/OV81MTE2OTI4Nl90SjZIal9jMDYx/RAMADAN%20SAHRU%20QURAN%20060909.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Tobat dan Istighfar: <a href="http://www.mediafire.com/download/433aft68wwfsqwr/TOBAT+%26+ISTIGFAR+051106.rar" target="new">Download</a></li>
<li>Wakaf Tunai: <a href="http://www.mediafire.com/download/k5yfn4mb7iy57d4/WAKAF_TUNAI_121207.rar" target="new">Download</a></li>
</ol>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-82855494894528045762014-09-09T22:29:00.002+07:002014-09-09T22:36:00.611+07:00Pengobatan Alami dan Deteksi Sakit dari Gejala Tubuh (Bagian 1)<div style="text-align: justify;">
Saya bukanlah seorang dokter atau sekolah dikedokteran, namun saya merasa tergugah untuk membahas persoalan ini atas dasar pertimbangan akan banyaknya masyarakat yang masih kurang tahu tentang hal ini. Dan saya setidaknya punya pengalaman dan sedikit wawasan terkait hal ini setelah mengikuti kegiatan training kesehatan semasa sekolah di pesantren dulu. Untuk itu. jika terdapat kekeliruan atau kesalah fahaman dalam tulisan ini mohon untuk dikoreksi dan diberi masukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-HUGw_r3v8mQ/VA8cpAxmweI/AAAAAAAAAmo/4R9MSlSBlyU/s1600/stetoskop.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-HUGw_r3v8mQ/VA8cpAxmweI/AAAAAAAAAmo/4R9MSlSBlyU/s1600/stetoskop.jpg" height="372" width="400" /></a>Ketika mengikuti sebuah training kesehatan di tahun 2000, untuk mempersiapkan tenaga pengelola PUSKESTREN (Pusat Kesehatan Pesantren), saya mendapat sedikit wawasan tentang dunia kesehatan dari dokter-dokter pemateri waktu itu. Wawasan kesehatan paling pokok yang menurut saya layak untuk digaris bawahi, sehingga menjadi bekal berharga bagi kehidupan saya selanjutnya, adalah bahwa apabila kita sakit kita jangan mudah membeli atau mengkonsumsi obat-obat warung. Jika kita pada akhirnya membutuhkan bantuan obat, setidaknya kita harus menganalisa terlebih dahulu gejala apa yang diderita oleh kita. Untuk itu kita mesti tahu dulu karakter tubuh dalam menimbulkan sebuah reaksi. Contohnya seperti apabila kita sakit perut janganlah kita mudah menyimpulkan bahwa sakit itu diakibatkan barusan memakan makanan pedas. Hal ini disebabkan bahwa kebiasaan tubuh (lambung) dalam merespon makanan tidaklah terjadi secara tiba-tiba. Menurut para dokter tersebut, reaksi tubuh merespon makanan dalam lambung tidaklah secara langsung, tapi memiliki jangka waktu enam jam. Untuk itu, lanjut para dokter tersebut, apabila kita mengalami sakit perut, hal yang harus dideteksi awal adalah makanan apa yang kita konsumsi enam jam yang lalu, sebab kemungkinan besar, makanan yang enam jam itulah yang menjadi penyebab timbulnya rasa sakit itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal semacam ini jelas jarang sekali diberitahukan kepada masyarakat luas, padahal persoalan ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat, apalagi bila dibanding dengan bagaimana bahayanya apabila tubuh terlalu banyak menkonsumsi zat-zat kimia yang banyak dikandung dalam obat-obat warung. Dan hal itu tentu pada waktu itu dibebankan kepada kami unuk menyebarkannya kepada santri-santri lain yang sepesantren dengan kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah kedudukan atau fungsi obat-obat kimia itu sendiri. Menurut mereka bahwa obat-obat kimia yang beredar sekarang sebetulnya bukan alat penyembuh. Obat-obat itu hanyalah pereda rasa sakit yang ditimbulkan penyakit selama imun tubuh melaksanakan tugas penyembuhan tubuhnya, rasa sakit tidak terlalu terasa oleh kita. Dengan kata lain, obat-obatan kimia tidak berperan menyembuhkan, imun tubuh kita lah yang berusaha menyebuhkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Insya Allah <i>bersambung...</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-4604523095709836382014-08-21T09:30:00.000+07:002014-08-21T09:30:25.870+07:00Apakah Berbaju Koko, Bersarung dan Berpeci Adalah Penampilan Resmi Untuk Shalat?<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13.63636302947998px; line-height: 20px;">
Sebagai makhluq yang tidak bisa lepas dari kekurangan dan keterbatasan, persepsi dan pemaknaan manusia sering kali tidak bisa lepas dari hasil pengamatan dan penghayatan yang bisa, atau pernah, mereka lakukan. Apa yang mereka pandang indah serta baik tidak bisa lepas dari apa yang pernah mereka hadapi dan ke sananya diyakini hal itu sebagai keindah<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">an dan kebaikan. Pada akhirnya penggambaran, pencitraan, pemaknaan, terhadap sesuatu yang indah dan baik tersebut akan berkutat pada pengalaman yang pernah dirinya alami itu. Pengalamannya akan menjadi baro meter utama dalam menilainya. Kebiasaan yang telah mengurat-mengakar dalam sendi kehidupan sehari-hari biasanya akan masuk menjadi khazanah diri dalam arus kasus pemaknaan ini. Apa yang dipandangnya baik dan buruk sangat sulit untuk lepas dari cengkraman adat kebiasaan yang telah berjalan "biasa" dalam kehidupannya.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13.63636302947998px; line-height: 20px;">
<br />
Ketika kita selaku orang muslim asia, lebih khususnya Indonesia, sudah terbiasa melaksanakan shalat dengan memakai pakaian berbajukan koko sebagai modelnya serta kain sarung sebagai pakaian bawahannya, maka penilaian layak dan tidaknya, sopan dan tidaknya, seorang hamba berpakaian saat melakukan ritual ibadah shalat, kebiasaan itu menjadi baro meter dalam menilainya. Dan tentu baro meter tersebut akan tidak digunakan untuk menilai baik buruknya seseorang berpenampilan saat menghadap presiden, hanya lantaran kebiasaan yang sudah biasa diterapkan saat menghadap presiden tidaklah dengan menggunakan pakaian koko, berpeci dan bersarung. Akibat pengaruh budaya dan kebiasaan itu, kebanyakan dari kita akan merasa berat hati tatkala kebiasaan tersebut pada suatu saat tidak digunakan atau dilanggar. Perasaan kita akan terganggu karena secara otomatis, tanpa berpikir panjang ini itu, rasa ketidak elokan kita untuk memandang dan menilainya akan segera hadir.<br />
<br />
Kita mungkin masih ingat sebuah kejadian di tahun 2008 yang menggegerkan media masa saat itu, ketika salah satu band ternama “Ungu”, yang lagi <em>booming</em> dengan album religinya kala itu, yang karena lirik-lirik lagu bernafaskan religinya sangat menyentuh dan disukai banyak orang, kemudian mendapat kehormatan dari pihak pemerintah dengan diundangnya mereka oleh presiden untuk menghadiri acara kenegaraan di istana negara.<br />
<br />
Yang paling menghebohkan pihak media selanjutnya adalah tatkala kemudian ternyata pada hari acaranya berlangsung, para personil Ungu itu malah dilarang masuk oleh pihak istana lantaran sebab mereka mengenakan pakaian yang dipandang tidak sopan, tidak layak, atau kesananya tidak keren, menurut penilaian pihak istana. Para personil band “Ungu” tidak diizinkan masuk ke ruang istana lantaran mereka mengenakan celana bolong-bolong di bagian lututnya, sementara rambut dipangkas dan disisir ala model gaul masa itu. Kejadian ini bagi saya menjadi cerminan nyata betapa persepsi manusia dalam memaknai dan memahami suatu hal memang lebih besarnya dipengaruhi oleh sudut pandang kebiasaan dirinya, kelompoknya, masyarakatnya. Bagi kelompok musisi mungkin stelan penampilan, pakaian, yang keren itu ya modelnya demikian, tapi lain halnya dengan penilaian komunitas lainnya.<br />
<br />
Kejadian yang dialami band Ungu dengan istana negara tentu baru sebatas hubungan antara manusia dengan manusia. Lalu bagaimana nantinya apabila hubungan yang terjadi dengan hubungan kita dengan tuhan kita apabila hubungan itu serta merta hanya diukur dengan modal persepsi dari sudut pandang kita semata? Apakah bagi Allah sendiri pakaian koko dengan bawahan kain sarung adalah penampilan yang sangat disukai oleh-Nya saat hamba menghadap kepada-Nya? Sehingga ada beberapa kalangan yang justru menganggap pakaian demikian sebagai pakaian yang wajib dan rela tidak mau shalat sebelum pakaian tersebut tersedia? Padahal Allah sendiri mewanti-wanti kita bahwa bisa jadi persepsi kita dengan persepsi Allah berbeda? Bukankah Allah berpesan bahwa bisa jadi apa yang dipandang suka oleh kita malah justru yang Ia benci, dan apa yang kita benci jutru yang Ia sukai, bahkan bisa jadi apa yang kita sukai justru sebetulnya jelek bagi kita, dan yang kita benci justru baik bagi kita? “’<em>Asya an takrahu syaian wahuwa khairun lakum, wa’asya an tuhibbu syai’an wahuwa syarrun lakum</em>”</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-63021658087366083842014-05-25T11:39:00.005+07:002014-05-25T11:39:51.443+07:00Jalan Pulang<div align="justify">
Jika mau berbicara tentang masa lalu, Panyileukan adalah nama tempat yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan hidup saya. Baik dan buruknya perilaku, gagasan, usaha dan pengharapan saya di sana, semua itu adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri dari yang namanya kehidupan saya. Bermula dari sekedar tempat persinggahan untuk mengejar dan meraih mimpi-mimpi yang tinggi, hingga usaha mencari nafkah kehidupan, ikhtiar mewujudkan beragam ide, gagasan, keyakinan dan pengharapan pun akhirnya tertorehkan.
<br />
<br />
Sungguh tak terasa bahwa waktu terus mengalir pada samudera tempatnya berkumpul dan bermuara. Sembilan tahun perjalanan usia hidup saya telah dihabiskan di sana, di Panyileukan tempatnya. Tempat kedua yang paling lama saya singgahi setelah kampung kelahiran sendiri. Dari yang mulanya tak kenal hingga akhirnya menjadi teman, dari yang awalnya bukan siapa-siapa hingga menjadi kerabat dekat, semua terjadi di sana. Tak heran apabila di kemudian hari, Panyileukan dirasa tak ubahnya kampung halaman dan tempat kelahiran sendiri. Bahkan sampai pernah terbersit dalam pikiran ini bahwa bisa jadi saya tidak akan bisa lepas dari tempat itu untuk selamanya.
<br />
<br />
Namun apalah daya, perasaan dan pemikiran terkadang memang bukan cerminan kenyataan. Apa yang dirasa belum tentu sesuatu yang sebenarnya harus kita rasakan. Apa yang dipikirkan bisa jadi bukan yang seharusnya diterima. Keadaan yang tengah dijalani bisa jadi hanya hiasan semata, sementara nilai hakikinya bisa jadi adalah yang akan kita lewati nanti. Kita tidak bisa memastikan kesimpulan kisah kehidupan, sepanjang kehidupan itu belum mengakhiri kisahnya.
<br />
<br />
Namun hal itu bukan berarti kita tidak bisa mengetahui hakikat kita yang sebenarnya, sebab masa awal tempat kita bermula bisa jadi menjadi tolok ukur pasti buat kita untuk mengetahui siapa kita yang sebenarnya. Ada kalanya pikiran harus diberi luang untuk menerawang terbang ke masa silam, mengingat kembali titik mula awal kita melangkah. Ada kalanya ingatan harus kembali dibangunkan tatkala niat keras yang membatu itu nyatanya telah diselimuti lumpur kelupaan yang membenamkannya. Agar jangan sampai terjadi niat kuat di awal dulu hanya menjadi fosil yang tidak menjadi berguna apa-apa jika tidak diketemukan keberadaannya. Dan di akhir petualangan muhasabah diri itu ingatan saya terbangun untuk pulang. Pulang untuk kembali ke asal tempat saya bermula dibesarkan.
<br />
<br />
Lima bulan yang lalu, tepatnya pukul sebelas pagi di hari minggu lima januari 2014, saya melangkahkan kaki meninggalkan Panyileukan. Jika saja hati bisa diumpamakan memiliki mata, maka di kala itulah hati itu meneteskan air matanya. Bukan oleh karena rasa sedih harus meninggalkan tempat yang sudah lama didiami, tapi lebih diakibatkan oleh kenyataan bahwa ketika pulang itu nyatanya tidak banyak yang bisa saya bawa ke kampung halaman sebagai hasil usaha se-lama-nya ada di sana. Sembilan tahun bukan waktu yang sebentar untuk seseorang yang merantau berikhtiar. Rasa pilu tentu hinggap, melekat erat dalam sauasana kepulangan, di kala yang dihadapinya kala itu, yang mengantarkannya pulang hanya seorang supir yang baru dikenalnya semalam. Di kursi belakangnya hanya tumpukan beberapa dus-dus buku, buah dari kerja kerasnya. jumlah hasil yang sangat sedikit jika harus dibanding dengan lamanya waktu yang ditempuh. Tak ada teman dan keluarga yang ikut, hingga perjalanan pulang tak bisa diisi dengan candaan, obrolan, atau salam-salam perpisahan. Perjalanan yang sebentar namun terasa panjang jika diisi dengan suasana sunyi menembus jalan Sapan yang sepi.
<br />
<br />
Sandaran jok mobil menjadi tempat merebahnya tubuh saya, sementara kedua mata saya pejamkan, dan topi penutup kepala yang saya pakai sewaktu pertama kali menaiki mobil rentalan itu pun saya jadikan penutup muka. "Biarkan kesepian ini kuhabiskan saja dengan tidur" pikir saya menggumam sambil terpejam.
<br />
<br />
Namun sausana ngantuk tak datang-datang menyapa. Tidur yang diharapkan tak jua kunjung tiba. Terpejamnya mata hanya membuat pikiran terus berputar. Tak terasa air mata pun mengalir tanpa sungai di permukaan wajah yang tertutup topi. Keharuan seketika datang tak bisa terbendung, tatkala suasana kepulangan yang sunyi sepi itu oleh pikiran saya tak sengaja terbandingkan dengan suasana sepinya kepulangan seorang insan menghadap Tuhannya yang digambarkan oleh Rasulullah SAW.
<br />
<br />
Pikiran saya waktu itu bergumam "Jika kepulangan dari perantauan antar dunia saja sesepi, sesedih dan seharu ini, bagai mana dengan suasana ketika mati nanti? Jika saya mati dan amal shaleh saya hanya seperti tumpukan dus-dus buku yang sedikit dan tak seberapa harganya ini, jika malaikat penjemput nyawa saya bagaikan sopir rentalan yang tidak saya kenal dan baru dilihat sewatu deal-dealan keberangkatan tadi saja, sementara teman dan keluarga tak ada yang ikut menemani perjalanan ini, perjalanan pulang yang panjang tanpa ada percakapan dan canda tawa yang membahagiakan. Sementara di depan, sidang penghisaban yang besar tengah menanti saya untuk memperhitungkan antara lama waktu yang ditempuh dengan hasil yang diperoleh, yaa Allaah... pantaskah saya pulang?? Haruskah saya pulang ke haddapan-Mu nanti seperti ini??"
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-72426177647416125062014-04-02T00:15:00.004+07:002014-04-02T20:14:59.103+07:00ASUS Notebook Terbaik dan Favoritku<div style="text-align: justify;">
<br />
Bila di tulisan-tulisan yang lalu saya biasa mengupas terkait gagasan dan wawasan yang didapat dari hasil bacaan dan renungan, kali ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi terkait teknologi elektronik yang sudah setahun lebih biasa saya gunakan dalam menekuni aktivitas baca tulis dan berkomunikasi lewat internet.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski pun ada acara dari ASUS yang hadiahnya cukup menjanjikan, namun rasa keterpanggilan saya yang paling besar untuk berbagi pengalaman ini adalah karena unsur realitanya. Kalau pun ada acara-acara lain yang kebetulan saya memiliki produknya dan hadiah yang dijanjikannya besar, kalau realitanya sendiri ternyata kualitas barang tersebut tidak memuaskan sudah pasti saya tidak akan mengikutinya. Apa yang saya tuliskan di sini benar-benar saya alami. Itulah yang menjadi faktor terbesar saya memberanikan diri untuk menuliskan pengalaman ini.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-3HYQGIbLhKQ/Uzrq0kNg-uI/AAAAAAAAAls/ltQouC-hLec/s1600/ASUS+A45A+3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-3HYQGIbLhKQ/Uzrq0kNg-uI/AAAAAAAAAls/ltQouC-hLec/s1600/ASUS+A45A+3.jpg" height="400" width="400" /></a>Kebiasaan menggunakan komputer PC sudah saya tinggalkan semenjak akhir tahun 2012. Selain pertimbangan untuk menghemat energi, faktor kepraktisan juga menjadi bagian yang mendasari pertimbangan saya untuk meninggalkan kebiasaan lama itu.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat memegang uang yang kira-kira cukup bagi saya untuk membeli laptop, pada mulanya saya akan membeli produk yang biasa dipakai oleh orang-orang yang ada di sekitar saya. Namun niat itu kemudian berpaling setelah saya mendapatkan informasi dari buku layanan ASUS yang memberikan jaminan garansi lebih lama dari yang lain (rata-rata garansinya 2 tahun), dari sisi harganya pun cukup bersaing, ditambah keunggulan-keunggu<span id="goog_524988505"></span><span id="goog_524988506"></span>lan dari segi komponen lainnya. Meski teman-teman saya bisa dibilang waktu itu belum ada yang memakai notebook buatan ASUS, saya memberanikan diri untuk mencobanya. Produk ASUS yang saya beli adalah notebook tipe A45A.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa bulan dipakai, ternyata janji manis yang diberikan ASUS dalam buku-buku selebarannya itu mulai saya rasakan. <i>Hardware</i>nya tidak cepat panas meski dipakai berjam-jam lamanya. Bahkan hingga umur laptop ini sudah menginjak satu tahun lebih, saya tidak pernah memakai kipas <i>blower</i> untuk mendinginkannya selama dipakai. Sementara itu, dari sisi kualitas suara, kecerahan layar, dan daya tahan baterainya pun, bila saya banding-banding dengan produk lain yang <i>space</i>nya masih satu tipe, notebook ASUS kualitasnya jauh lebih unggul. Bahkan di saat banyak orang yang mengatakan bahwa sebuah mesin komputer akan cepat panas bila komponennya banyak terkena debu, hal itu <i>alhamdulillah</i> belum pernah menjadi kendala saya.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-u0_MpGDE7C0/UzrngeidkqI/AAAAAAAAAlg/n1Uiz43spZ8/s1600/Asus+A45A+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-u0_MpGDE7C0/UzrngeidkqI/AAAAAAAAAlg/n1Uiz43spZ8/s1600/Asus+A45A+1.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa bulan setelah saya memakai laptop ASUS ini, beberapa teman saya di Yayasan Izzul Islam dan teman kerja di pabrik brownies kala itu bertanya mengenai kesan saya selama menggunakannya, dan saya sebutkan seperti apa yang saya utarakan di atas. Hingga pada akhirnya mereka ikut mencoba membelinya, <i>Alhamdulillah</i> hingga sekarang ini saya juga belum pernah mendapat keluhan dari mereka. Dengan pengalaman yang memuaskan itulah pada akhirnya saya berani merekomendasikan ASUS kepada teman-teman di sini yang hendak membeli laptop. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bermodalkan pengalaman yang dialami sendiri selama setahun lebih tiga bulan tanpa ada keluhan, di tambah pengalam dari teman-teman dekat saya, kiranya tidaklah berlebihan apabila saya simpulkan untuk sementara ini notebook ASUS termasuk kelas <a href="http://id.asus.com/">Notebook terbaik</a> di antara produk-produk notebook lainnya. Di tengah persaingan bisnis yang ketat hingga banyak pihak yang berani membual janji kosong dalam iklan-iklannya, rasa pesimis saya dalam mempercayai sebuah produk dapat sedikitnya terobati oleh langkah ASUS yang lebih mengedepankan bukti yang nyata. Semoga saja ASUS bisa tetap menjaga kualitasnya. <br />
<br />
Semoga berbagi pengalaman ini besar gunanya bagi saudara-saudara yang tengah mencari referensi informasi laptop yang sedang dibutuhkan.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-84423706592125746932013-11-27T06:22:00.000+07:002014-11-12T19:55:43.823+07:00Asy-Syura; Antara Sunnah dan Syi'ah <div align="justify">Pada bulam Muharram terdapat satu hari yang dianggap istimewa oleh berbagai kalangan, baik umat Islam maupun di luar umat Islam. Hari yang dimaksud adalah hari Asyura, sebutan untuk tanggal 10 bulan Muharram. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-YJMksLO7A4w/UzwwA9ux6lI/AAAAAAAAAmI/-gOvCZbdggU/s1600/Asy-Syura+antara+tuntunan+sunnah+Rasulullah+dan+Si%27ah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-YJMksLO7A4w/UzwwA9ux6lI/AAAAAAAAAmI/-gOvCZbdggU/s1600/Asy-Syura+antara+tuntunan+sunnah+Rasulullah+dan+Si'ah.jpg" height="400" width="400" /></a></div><br />
Bagi kaum muslimin, <i>asyura</i> ini harus disikapi dengan hati-hati sebab banyak bertebaran ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam namun mengatasnamakan sunnah. Terutama antara apa yang diajarkan oleh syi'ah yang sangat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah dalam sunnahnya.<br />
<br />
Untuk itulah dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba membagikan isi tulisan yang disusun oleh al-Ustadz Amin Muchtar. Tulisan ini saya ambil dari halaman facebook beliau. Untuk mengunjungi halaman facebooknya, silahkan <a href="https://www.facebook.com/pages/Amin-Saefullah-Muchtar/116613611704734?sk=notes">klik di sini</a>. <br />
<br />
Berhubung tulisan beliau cukup panjang maka saya mencoba mempostingkannya dengan metode tampilan halaman terpisah-pisah namun dijamin tidak akan pindah halaman atau meloading halaman baru. Saudara tinggal mengklik nomor urut yang tertera di bawah untuk membaca isi tulisan per page-nya. <br />
Halaman: <sup><a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1781927657613915702#page-1">1</a></sup> <sup><a href="#page-2">2</a></sup> <sup><a href="#page-3">3</a></sup> <sup><a href="#page-4">4</a></sup> <sup><a href="#page-5">5</a></sup> <sup><a href="#page-6">6</a></sup> <br />
<br />
<div class="page" id="page-1"><h3>Pengertian Asyura dan Sejarahnya</h3><div style="text-align: left;">Al-Qurthubi berkata:</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَاشُوْرَاءُ مَعْدُوْلٌ عَنْ عَاشِرَةٍ لِلْمُبَالَغَةِ وَالتَّعْظِيْمِ وَهُوَ فِي الأَصْلِ صِفَةٌ لِلَّيْلَةِ الْعَاشِرَةِ لأَنَّهُ مَأْخُوْذٌ مِنَ الْعَشْرِ الَّذِي هُوَ إِسْمُ الْعَقْدِ وَالْيَوْمُ مُضَافٌ إِلَيْهَا فَإِذَا قِيْلَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ فَكَأَنَّهُ قِيْلَ يَوْمُ اللَّيْلَةِ الْعَاشِرَةِ اَلاَ إِنَّهُمْ لَمَّا عَدَلُوْا بِهِ عَنِ الصِّفَةِ غَلَبَتْ عَلَيْهِ الإِسْمِيَّةُ فَاسْتَغْنَوْا عَنِ الْمَوْصُوْفِ فَحَذَفُوْا اللَّيْلَةَ فَصَارَ هذَا اللَّفْظُ عَلَمًا عَلَى الْيَوْمِ الْعَاشِرِ </span></div><i>“Kata Asyura adalah shigah mubalagah, yaitu dirubah dari kata ‘asyirah yang berfungsi untuk menyangatkan arti (mengandung makna sangat) dan mengagungkan. Pada asalnya digunakan sebagai sifat malam ke-10, karena diambil dari kata al-asyr sebagai nama bilangan puluhan, dan kata yaum disandarkan kepadanya. Bila dikatakan Yaum Asyura seolah-olah perkataan itu bermakna: Hari malam Asyirah. Ketahuilah, ketika mereka merubah kata itu dari sifat, dan didominasi oleh isim (nama), mereka mengangap cukup dengan mausuf (kata yang disifatinya), lalu membuang kata “al-lail”, sehingga kata itu menjadi nama bagi hari ke-10”</i> (Lihat, Fath al-Bari, IV:245; Tanwir al-Hawalik, IV:326)<br />
<br />
Sebagian ulama berpendapat bahwa hari ke-10 bulan Muharram dinamakan Asyura karena pada hari itu Allah memuliakan 10 Nabi dengan 10 kemuliaan. Para nabi yang dimaksud adalah sebagai berikut: <br />
<ol><li>Pertama, Adam (diperkirakan hidup pada 5872-4942 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diterima taubatnya.</li>
<li>Kedua, Nuh (diperkirakan hidup pada 3993-3043 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diselamatkannya dari banjir besar dan bahteranya berlabuh di atas bukit Judi.</li>
<li>Ketiga, Ibrahim (diperkirakan hidup pada 1997 -1822 SM). Pada hari itu ia dilahirkan.</li>
<li>Keempat, Ya'qub (diperkirakan hidup pada 1837 - 1690 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan disembuhkannya dari kebutaan.</li>
<li>Kelima, Yusuf (diperkirakan hidup pada 1754 - 1635 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diselamatkannya dari sumur.</li>
<li>Keenam, Musa (diperkirakan hidup pada 1527 - 1407 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diselamatkannya dari kejaran Fir’aun.</li>
<li>Ketujuh, Dawud (diperkirakan hidup pada 1041 - 971 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diterima taubatnya.</li>
<li>Kedelapan, Yunus (diperkirakan hidup pada 820 - 750 SM). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diselamatkannya dari perut ikan.</li>
<li>Kesembilan, Isa (diperkirakan hidup di bumi pada 1 SM – 32 M). Pada hari itu ia dilahirkan dan diangkat ke langit dalam keadaan hidup.</li>
<li>Kesepuluh, Muhammad (diperkirakan hidup pada 571 – 632 M). Pada hari itu ia dimuliakan oleh Allah dengan diampuni dosa-dosanya, baik di masa lalu maupun masa mendatang.</li>
</ol>Sementara menurut ulama yang lain, kategori 10 Nabi itu meliputi Idris, Ayub, dan Sulaiman. Adapun bentuk pengistimewaannya sebagai berikut: <br />
<ol><li>Idris (diperkirakan hidup pada 4533 - 4188 SM). Pada hari itu ia diangkat ke langit.</li>
<li>Ayyub (diperkirakan hidup pada 1540 - 1420 SM). Pada hari itu ia disembuhkan dari penyakitnya.</li>
<li>Sulaiman (diperkirakan hidup pada 989 - 931 SM). Pada hari itu ia dianugerahi kekuasaan sebagai raja.</li>
(Lihat, Umdah al-Qari, XI:117-118)</ol>Keterangan di atas menunjukkan bahwa dilihat dari aspek kronologi Asyura memiliki rentang waktu yang cukup panjang. Meski demikian, yang akan diuraikan di sini hanya beberapa periode nabi yang diterangkan di dalam al-Quran dan Sunnah, di mulai pada masa Nabi Nuh (diperkirakan hidup pada 3993-3043 SM). <br />
<h3>Asyura Zaman Nabi Nuh</h3>Pada zaman ini, Asyura berhubungan erat dengan suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Nuh As., sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt. sebagai berikut:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ </span></div>"Dan difirmankan: '<i>Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' </i>dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:<i> </i><br />
<i>'Binasalah orang-orang yang zalim .'"</i> Q.s. Hud:44 <br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Peristiwa berlabuhnya kapal Nabi Nuh di atas bukit Judi terjadi pada hari Asyura sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut ini:</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ، قَالَ: مَرَّ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم بِأُنَاسٍ مِنَ الْيَهُودِ قَدْ صَامُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: ...وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِىِّ، فَصَامَهُ نُوحٌ وَمُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى... </span></div>Dari Abu Huraerah, ia berkata, <i>“Nabi saw. melewati beberapa orang Yahudi, sungguh mereka shaum hari Asyura, mereka berkata, “…Ini adalah hari di mana perahu itu (Nuh) berlabuh di atas bukit Judi, lalu Nuh dan Musa melaksanakan shaum hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah…</i> (H.r. Ahmad, al-Musnad, II:359, No. hadis 8702)<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Kata Imam al-Qurtubi:</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">إِسْتَوَتْ عَلَيْهِ فِي الْعَاشِرِ مِنَ الْمُحَرَّمِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَصَامَهُ نُوْحٌ وَأَمَرَ جَمِيْعَ مَنْ مَعَهُ مِنَ النَّاسِ وَالْوَحْشِ وَالطَّيْرِ وَالدَّوَابِ وَغَيْرِهَا فَصَامُوْهُ شُكْرًا للهِ تعالى </span></div><i>“Perahu itu (Nuh) berlabuh di atasnya pada 10 Muharram, hari Asyura. Maka Nabi Nuh melaksanakan shaum (hari itu) dan ia memerintah kepada semua makhluk yang menyertainya: manusia, binatang liar, burung, dan binatang ternak, dan lain-lain, lalu mereka melaksanakan saum itu sebagai rasa syukur kepada Allah”</i> (Lihat, Tafsir al-Qurtubi, IX:41) <br />
<br />
Kata Ibnu Hajar:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">وَحَاصِلُهَا أَنَّ السَّفِيْنَةَ اسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ فِيْهِ فَصَامَهُ نُوْحٌ وَمُوْسَى شُكْرًا </span></div>“Dan kesimpulannya bahwa perahu itu (Nuh) berlabuh di atas bukit Judi pada hari itu (10 Muharram), lalu Nuh dan Musa melaksanakan shaum hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah” (Lihat, Fath al-Bari, IV:248) <br />
<br />
Berbagai keterangan di atas menunjukkan bahwa bagi Nabi Nuh hari Asyura dianggap istimewa karena pada hari itu Allah menyelamatkan beliau dan kaumnya yang beriman dari banjir besar. Lalu Nabi Nuh melaksanakan shaum pada hari itu sebagai sebagai rasa syukur kepada Allah. <br />
<br />
Adapun posisi bukit judi berhadapan dengan semenanjung Ibnu Umar, yang sekarang menjadi perbatasan Suriah-Turki, di tepian sebelah timur sungai Tigris. Bukit Judi ini terlihat jelas dari daerah Ainu Diwar, Suriah. (Lihat, Athlas al-Qur’an, hal. 25) <br />
<br />
<h3>Asyura Zaman Nabi Musa</h3>Pada zaman ini, Asyura berhubungan erat dengan suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Musa As., sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt. sebagai berikut:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ </span></div><i>Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.</i> (Q.s. Al-Baqarah:49) <br />
<br />
Peristiwa di atas terjadi pada hari Asyura sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هذَا قَالُوا هذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ</span>. </div>Dari Ibnu Abbas berkata, Ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang melaksanakan shaum pada hari Asyura. Maka beliau bertanya mengenai hal itu, maka mereka berkata, “Pada hari ini Allah Swt. pernah menyelamatkan Nabi Musa dan bani Israil atas (kejaran) Fir’aun, maka Musa menshauminya.” Rasulullah Saw. menjawab, “Kamilah yang paling berhak dengan Musa.” Kemudian beliau shaum dan memerintah para shahabat agar menshauminya. (H.r. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, II:704, No. 1900.)<br />
<br />
Imam al-Bukhari meriwayatkan pula dengan redaksi:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْن فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ </span></div>“Maka mereka berkata, ‘Ini adalah hari agung, yaitu hari ini di mana Allah Swt. pernah menyelamatkan Nabi Musa dan menenggelamkan Fir’aun beserta tentaranya, maka Musa menshauminya sebagai rasa syukur kepada Allah.” (Shahih al-Bukhari, III:1245, No. 3216)<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْفَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ </span></div>“Maka mereka berkata, ‘Ini adalah hari di mana Allah Swt. pernah memenangkan Nabi Musa dan bani Israil atas Fir’aun, dan kami menshauminya karena mengagungkannya’.” (Shahih al-Bukhari, III:1434, No. 3727) <br />
<br />
Hadis di atas menunjukkan bahwa bagi orang Yahudi hari Asyura dianggap istimewa karena pada hari itu Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun dan tentaranya. Di mana waktu itu Fir’aun dan tentaranya mati tenggelam. Lalu Musa melaksanakan shaum pada hari itu. Dan peristiwa selamatnya Nabi Musa diperingati oleh Yahudi dengan cara melaksanakan shaum Asyura.<br />
<br />
<h3>Asyura Zaman Nabi Isa</h3><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">حِينَ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَنَا بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى </span></div>Di saat Rasulullah Saw. shaum pada hari Asyura dan beliau memerintah shaum (kepada para sahabat) mereka berkata, “Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.” … (H.r. Muslim, Shahih Muslim, II:797, No. 1134; Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, II:327, No. 2445; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, IV:287, No. 8184) <br />
<br />
<i><b>Keterangan:</b></i> Bagi orang Nashrani hari Asyura dianggap istimewa karena pada hari itu Nabi Isa melaksanakan shaum, dan Shaum Nabi Isa merupakan kelanjutan syariat shaum Nabi Musa yang tidak dimansukh oleh syariat Nabi Isa. Karena itu orang Nashrani pun melaksanakan shaum Asyura. (Lihat, Fath al-Bari, IV:248) <br />
<h3>Asyura Zaman Jahiliyyah</h3>Jahiliyah adalah konsep dalam agama Islam yang menunjukkan masa dimana penduduk Mekah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan). Akar istilah jahiliyyah adalah bentuk kata kerja jahala, yang memiliki arti menjadi bodoh, bodoh, bersikap dengan bodoh atau tidak peduli.<br />
<br />
Kemudian dalam syariat Islam memiliki arti "ketidaktahuan akan petunjuk Ilahi". Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa Arab kuno, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diutusnya seorang rasul yang bernama Muhammad. (Lihat penjelasan selengkapnya dalam I’anah al-Mustafid bi Syarah Kitab at-Tawhid, II:219) <br />
<br />
Oleh Ibnu Abas, masa ini disebut pula masa fatrah yang memakan waktu selama 434 tahun, dihitung sejak Nabi Isa diangkat ke langit (sekitar 32 M) hingga masa diangkatnya Muhammad saw. menjadi Nabi dan Rasul. (Lihat, Tarikh Madinah Dimasyqa, I:2) <br />
<br />
Bagi orang Arab Jahiliyyah, Asyura dianggap istimewa karena pada hari itu diperbarui penutup (kiswah) Ka’bah. Dan untuk melengkapi pengagungannya mereka melaksanakan shaum pada hari itu. Penjelasan tentang itu kita peroleh dari hadis berikut ini<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَن عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ </span></div>Dari Aisyah, ia berkata, “Hari Asyura adalah waktunya shaum orang-orang Quraisy di zaman jahiliyah” (H.r. al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, III:1393, No. 3619) <br />
<br />
Pada masa ini, Nabi Muhamad saw. turut serta menshauminya karena masih mengikuti tradisi jahiliyyah. Aisyah menjelaskan:<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ </span></div>“Dan Rasulullah saw. menshauminya pada masa jahiliyyah” (HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, II:326, No. 2442; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, IV:288, No. 8192; Malik, al-Muwatha, I:299, No. 662; asy-Syafi’I, Musnad asy-Syafi’I, I:161.) <br />
<br />
Adapun latar belakang orang jahiliyyah menghormati Asyura, dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut:<br />
Imam Al-‘Ainiy berkata:<br />
<span style="font-size: large;"></span><br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: large;">كَانَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيْهِ الْكَعْبَةُ وَكَانَتْ تُكْسَى فِي كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ</span> </span></div><span style="font-size: large;"> </span></div><div class="page" id="page-1">Hari Asyura adalah hari ditutupnya Ka’bah. Dan ia ditutup pada setiap tahun satu kali pada hari Asyura. (Lihat, Umdah al- Qari, juz XIV:455)<br />
Syekh Athiyyah Muhamad bin Salim berkata:<br />
<div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">وَقُرَيْشٌ كَانَتْ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَتُجَدِّدُ فِيْهِ كِسْوَةَ الْكَعْبَةِ</span> </div></div><div class="page" id="page-1">Orang-orang Quraisy saum pada hari Asyura dan pada hari itu (pula) mereka memperbarui kiswah Ka’bah. (Lihat, Syarh Bulughul Maram, VII:153)<br />
Dr. Jawwad Ali berkata:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تُعَظِّمُ هذَا الْيَوْمَ، وَكَانُوْا يَكْسُوْنَ الْكَعْبَةَ فِيْهِ، وَصَوْمُهُ مِنْ تَمَامِ تَعْظِيْمِهِ</span> </div>Sesungguhnya orang-orang Quraisy mengagungkan hari ini, dan pada hari itu mereka menutup ka’bah, dan melaksanakan saum karena melengkapi pengagungannya. (Lihat, Al-Mufashal fi Tarikh al-‘Arab Qabl al-Islam, XVI:114)</div><div class="page" id="page-2"><h3>Asyura Zaman Nabi Muhammad</h3>Nabi Muhammad saw. hidup di Mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, terhitung sejak masa bi’tsah (pengangkatan Nabi dan Rasul) tanggal 17 atau 25 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi, yang bertepatan dengan 6 atau 14 Agustus 610 M, hingga 1 Rabi’ul Awwal tahun ke-54 dari tahun kelahirannya atau tahun 13 kenabian, yang bertepatan dengan 13 September 622 M. Dari data di atas kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa selama hidup di Mekah sebagai Nabi & Rasul, beliau telah “mengalami” Asyura sebanyak 11 kali. Selama periode Mekah ini, beliau telah menyikapi Asyura dengan melaksanakan shaum.<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَن عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ </span></div>Dari Aisyah, ia berkata, “Hari Asyura adalah waktunya shaum orang-orang Quraisy di zaman jahiliyah dan Rasulullah Saw. pun menshauminya…” H.r. Al-Bukhari, (Shahih Al-Bukhari, II:704, No. 1898.)<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ ، وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ </span></div>Dari Ibnu Umar (ia berkata), “Sesungguhnya kaum jahiliyah melakukan shaum pada hari Asyura dan sesungguhnya Rasulullah Saw. beserta kaum muslimin melaksanakan shaum itu sebelum diwajibkannya shaum Ramadhan” (H.r. Al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, IV:289, No. 8195.)<br />
<br />
Setelah datang perintah berhijrah kepada Nabi saw. untuk, maka beliau melaksanakan perintah itu dan ditemani oleh Abu Bakar. Imam at-Thabari dan Ibnu Ishaq menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah (waktu itu bernama Yatsrib), Rasulullah saw. singgah di Quba pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian/24 September 622 M waktu Dhuha (sekitar jam 8.00 atau 9.00). Di tempat ini, beliau tinggal di keluarga Amr bin Auf selama empat hari (hingga hari Kamis 15 Rabi’ul Awwal/27 September 622 M. dan membangun mesjid pertama (yang disebut mesjid Quba). Pada hari Jumat 16 Rabi’ul Awwal/28 September 622 M, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika beliau berada di Bathni wadin (lembah di sekitar Madinah) milik keluarga Banu Salim bin ‘Auf, datang kewajiban Jumat (dengan turunnya ayat 9 surat al-Jum’ah). Maka Nabi salat Jumat bersama mereka dan khutbah di tempat itu. Inilah salat Jumat yang pertama di dalam sejarah Islam. Setelah melaksanakan salat Jumat, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Madinah”. (Lihat,Tarikh at-Thabari, I:571; Sirah Ibnu Hisyam, juz III, hal. 22; Tafsir al-Qurthubi, juz XVIII, hal. 98).<br />
<br />
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa Nabi tiba di Madinah pada hari Jumat 16 Rabi’ul Awwal/28 September 622 M. Sedangkan ahli tarikh lainnya berpendapat hari Senin 12 Rabi’ul Awwal/5 Oktober 621 M, namun ada pula yang menyatakan hari Jumat 12 Rabi’ul Awwal/24 Maret 622 M. Terlepas dari perbedaan tanggal dan tahun, baik hijriah maupun masehi, namun para ahli tarikh semuanya bersepakat bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan bulan Muharram (awal Muharram ketika itu jatuh pada tanggal 15 Juli 622 M).<br />
<br />
Memasuki bulan Muharram tahun ke-2 hijriah, Nabi saw. mendapati orang-orang Yahudi di Madinah melaksanakan shaum pada hari Asyura, maka beliau bertanya kepada mereka mengenai hal itu, lantas mereka menjawab, “Pada hari ini Allah Swt. pernah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil atas (kejaran) Fir’aun, maka Musa menshauminya.” Rasulullah Saw. menjawab, “Kamilah yang paling berhak dengan Musa.” Kemudian beliau shaum dan memerintah para shahabat agar menshauminya. Demikian sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari (Lihat, Shahih al-Bukhari, II:704, No. 1900)<br />
<br />
Perintah shaum Asyura pada masa awal hijrah itu dipertegas oleh keterangan Abu Musa sebagai berikut:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> عَنْ أَبِى مُوسَى - رضى الله عنه - قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « صُومُوهُ أَنْتُمْ</span></div>Dari Abu Musa Ra., ia berkata, “Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan dijadikan sebagai hari raya. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Shaumlah kalian pada hari itu.” H.r. Muslim, Shahih Muslim, II:796, No. 1131<br />
<br />
Kemudian Aisyah menjelaskan:<br />
<div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ</span></div>Ketika difardhukan shaum Ramadhan, beliau meninggalkannya (tidak shaum). Beliau bersabda, “Barangsiapa yang hendak shaum, maka shaumlah. Dan barangsiapa yang hendak berbuka, maka berbukalah.” H.r. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, III:1434, No. 3727.<br />
<br />
Perkataan Aisyah di atas diperkuat oleh keterangan Ibnu Umar sebagai berikut:<br />
<div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ بَعْدَمَا نَزَلَ صَوْمُ رَمَضَانَ : مَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَهُ.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"></span>“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda—tentang shaum Asyura setelah turun kewajiban shaum Ramadhan—‘Barangsiapa yang hendak shaum (maka shaumlah). Dan barangsiapa yang hendak berbuka (maka berbukalah).” H.r. Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:387, No. 3622. </div><br />
Dari berbagai keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya—ketika tahun pertama Nabi saw. berada di Madinah—shaum ini hukumnya wajib. Namun setelah datang kewajiban shaum bulan Ramadan pada tahun ke-2 hijrah, shaum ini beralih hukumnya menjadi sunat, dan ketika itu pelaksanaannya hanya satu hari tanggal 10 muharram.<br />
<br />
Memasuki masa akhir periode Madinah, ketika para sahabat telah merasa kurang nyaman melakukan shaum Asyura yang sama persis dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani, Nabi saw. mencanangkan untuk melakukan perbedaan. Ibnu Abas mengatakan:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> لمَاَّ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَ أَمَرَ بِصَيَامِهِ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ اليَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ : فَإِذَا كَانَ عَامُ الْمُقْبِلِ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا اليَوْمَ التَّاسِعَ . قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ العَامُ المُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ</span> </div>"Ketika Rasulullah saw. melakukan Shaum Asyura dan beliau memerintah (para sahabat) untuk melakukannya. Mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu merupakan hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani’ Beliau menjawab, ’Nanti tahun depan (12 H) insya Allah kita akan melaksanakan shaum tanggal sembilannya’ Ia berkata, ‘Tetapi tahun depan itu belum datang Rasulullah saw. telah berpulang keharibaan-Nya (tahun 11 H).”HR. Muslim, Shahih Muslim, II:797, No. 1134; Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, II:327, No. 2445<br />
<br />
Di dalam riwayat lain, Ibnu Abas mengatakan dengan redaksi :<br />
<div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ يَعْنِي يَوْمَ عَاشُورَاءَ </span></div>Rasulullah saw, telah bersabda, ”Jika aku masih hidup sampai tahun depan (12 H), niscaya aku akan shaum tanggal sembilannya yaitu hari Asyura” HR. Ahmad, Musnad Ahmad, I:224, No. 344; Muslim, Shahih Muslim, II:798, No. 1135<br />
<br />
Rasululah saw. sendiri tidak berkesempatan melaksanakan shaum tanggal sembilan Muharam di tahun itu (12 H), tetapi rencana beliau untuk melaksanakannya membuktikan bahwa shaum di tanggal itu telah disyariatkan. Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa pada mulanya saum sunat muharram hanya dilaksanakan satu hari tanggal 10 muharram yang disebut Asyura. Namun untuk membedai kebiasaan Jahiliyah, Yahudi atau Nasrani Rasulullah saw. memerintahkan agar kita melakukan shaum sehari sebelumnya yaitu tanggal sembilan Muharam yang disebut Tasu’a. Sehingga pelaksanaan saum sunat muharram disyariatkan dua hari tanggal sembilan dan sepuluh bulan Muharam yang disebut saum Tasu’a-Asyura.<br />
<br />
Demikianlah bentuk penghormatan dan cara menyikapi hari Asyura sesuai Sunnah Rasulullah saw. Mudah-mudahan apa yang dikemukakan ini menjadikan motifasi untuk melaksanakan sunnah Nabi Saw., sehingga dapat melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang semestinya.<br />
<br />
Adapun mengenai hadits yang menerangkan shaum 9 dan 10 atau 10 dan 11 sebagai pembeda dengan Yahudi adalah dh’if, kata Imam asy-Syaukani:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">رواية أحمد هذه ضعيفة منكرة من طريق داود بن علي عن أبيه عن جده رواه عنه ابن أبي ليلى</span> </div>“Riwayat Ahmad ini adalah dh’aif munkar melalui jalur Dawud bin Ali, dari Bapaknya, dari Kakeknya. Hadis ini diriwayatkan dari Dawud oleh Ibnu Abi Laila” (Lihat, Nail al-Awthar, V:328) Hadis ini dikemukakan pula oleh Imam adz-Dzahabi sebagai bagian dari hadis-hadis munkar riwayat Dawud bin Ali. (Lihat, Mizan al-I’tidal, II:13) </div><div class="page" id="page-3"><h3>Sikap Orang Syi’ah Terhadap Asyura</h3>Orang Syiah menjadikan Asyura sebagai hari berkabung, duka cita, dan menyiksa diri sebagai ungkapan dari kesedihan dan penyesalan. Pada setiap Asyura, mereka memperingati kematian Husen dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela seperti berkumpul, menangis, meratapi Husen secara histeria, membentuk kelompok-kelompok untuk berkeliling di jalan-jalan dan di pasar-pasar sambil memukul badan mereka dengan rantai besi, melukai kepala dengan pedang, mengikat tangan dan sebagainya. (Lihat, At-Tasyayyu’ Wa asy-Syi’ah, karya Ahmad al-Kisrawiy Asy-Syi’iy, Tahqiq Dr. Nasyir Al-Qafari, hal. 141)<br />
<br />
Menurut pengakuan ulama mereka, perbuatan ini adalah usaha mereka dalam menebus dosa-dosa orang-orang Syi’ah yang terdahulu, yang karena perbuatan mereka, Husen sampai mati terbunuh (syahid) di Karbala.<br />
<br />
Adapun asal muasal kemunculan bid’ah yang demikian itu telah dijelaskan oleh Syekh Islam Ibn Taimiyah sebagai berikut:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> وكانت الكوفة بها قوم من الشيعة المنتصرين للحسين وكان رأسهم المختار بن أبي عبيد الكذاب وقوم من الناصبة المبغضين لعلي رضي الله عنه وأولاده ومهم الحجاج بن يوسف الثقفي وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال سيكون في ثقيف كذاب ومبير فكان ذلك الشيعي هو الكذاب وهذا الناصبي هو المبير فأحدث أولئك الحزن وأحدث هؤلاء السرور ... وهذه بدعة أصلها من المتعصبين بالباطل على الحسين رضي الله عنه وتلك بدعة أصلها من المتعصبين بالباطل له وكل بدعة ضلالة ولم يستحب أحد من أئمة المسلمين الأربعة وغيرهم لا هذا ولا هذا ولا في شيء من استحباب ذلك حجة شرعية </span></div><blockquote class="tr_bq"><div style="text-align: justify;">Dulu di Kufah terdapat kelompok Syiah, yang mengkultuskan Husen. Pemimpin mereka adalah Al-Mukhtar bin Ubaid Ats-Tsaqafi Al-Kadzab (Sang pendusta). Ada juga kelompok An-Nashibah (penentang), yang membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka kelompok An-nashibah adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis yang shahih dari Nabi saw., bahwa beliau bersabda, سَيَكُونُ فِي ثَقِيفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيرٌ ‘Akan ada seorang pendusta dan seorang perusak dari bani Tsaqif.’ (HR. Muslim)<br />
</div><div style="text-align: justify;">Si pendusta adalah Al-Mukhtar bin Ubaid – gembong Syiah – sedangkan si perusak adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Orang Syiah menampakkan kesedihan di hari Asyura, sementara orang Khawarij menampakkan kegembiraan. Bid’ah gembira berasal dari manusia pengekor kebatilan karena benci Husain Ra, sementara bid’ah kesedihan berasal dari pengekor kebatilan karena cinta Husain. Dan semuanya adalah bid’ah yang sesat.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak ada satupun ulama besar empat madzhab dan ulama lainnya yang menganjurkan untuk mengikuti salah satunya. Demikian pula tidak ada dalil syar’i yang menganjurkan melakukan hal tersebut. (Lihat, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah, IV:333-334) </div></blockquote><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam perkembangan Syiah selanjutnya, ekspresi kesedihan itu diwujudkan dalam beragam bentuk ritual, antara lain pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, di sebagian negara seperti Iran, sebagian wilayah Pakistan dan Irak, cahaya dimatikan, orang-orang keluar rumah, anak-anak memenuhi jalan, mereka meneriakkan: <i>wahai Husein, wahai Husein… </i>bunyi gendang terdengar di mana-mana. Ada juga yang menusuk dan menyayat tubuhnya dengan pedang. Sebagai bentuk bela sungkawa yang mendalam atas kematian Husein. Pada saat yang sama, tokoh mereka berkhutbah menyampaikan kebaikan-kebaikan Husein dan mencela para sahabat lainnya. Mereka mencela Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, ketika tanggal 10 Muharram (hari Asyura), dihidangkan berbagai makanan khusus. Semua orang keluar rumah, berkumpul di satu tempat yang disebut ‘tanah suci karbala’. Di sinilah mereka melampiaskan berbagai bentuk kesyirikan, thawaf mengelilingi kuburan, mencari berkah dengan mengusap-usap berbagai tempat yang mereka anggap suci, sambil mendendangkan lagu dan menabuh rebana. Berbagai rekaman kegiatan mereka tersebar di internet. Anda yang ingin melihat gambar ritual Syiah, bisa mengakses di <i>google</i> atau <i>youtube</i> dengan kata kunci: كربلاء </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk menguatkan motifasi dan cara memperingati hari tersebut, ulama Syi’ah telah merekayasa hadis-hadis palsu dengan memanipulasikan nama Ahlul Bait dalam usaha mereka, di antara hadisnya sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> إن من بكى على الحسين أو تباكى غفر الله له ما تقدم من ذنبه وما تأخر </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husain, maka Allah akan mengampuni segala dosanya baik yang sudah dilakukkan maupun yang akan dilakukan.”</i> (Lihat, asy-Syi’ah wa at-Tashhih ash-Shara’ baina asy-Syi’ah wa at-Tasyayu’, hal. 93) </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> كل الجزع والبكاء مكروه إلا الجزع والبكاء لقتل الحسين </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Setiap kesedihan dan tangisan adalah tercela kecuali kesedihan dan tangisan karena terbunuhnya Huisen.” </i>(Lihat, Amaliy Syekh ath-Thusi, I:163, bab 7, hadis No. 20; Wasaa’il asy-Syi’ah, IV:505, bab 66, hadis No. 10; Bihar al-Anwar, XXXXIV:280, hadis No. 9; XXXXV:312, hadis No. 14)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">ان البكاء والجزع مكروه للعبد في كل ما جزع ما خلا البكاء على الحسين بن على (ع) فانه فيه مأجور </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya tangisan dan kesedihan adalah tercela bagi hamba pada setiap kesedihan apapun kecuali tangisan atas Huisen bin Ali, karena tangisan padanya akan diberi pahala.”</i> (Lihat, Kaamil az-Ziyarat, hal. 100, bab 32, Wasaa’il asy-Syi’ah, XIV:505, bab 66, hadis No. 13; Bihar al-Anwar, XXXXIV:280, hadis No. 9; XXXXV:312, hadis No. 14) </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selain riwayat-riwayat di atas, masih banyak lagi riwayat-riwayat palsu yang mereka rekayasa. Kurang lebih 458 riwayat, yang menerangkan kewajiban menziarahi makam para imam Syi’ah. Bahkan dari jumlah tersebut, 338 riwayat di antaranya dikhususkan mengenai kebesaran dan keutamaan serta pahala besar bagi peziarah makam Imam Husen Ra. atau ke Karbala, di antaranya:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> إنّ زيارة قبر الحسين تعدل عشرين حجّة، وأفضل من عشرين عمرة وحجّة </span></div><div style="text-align: justify;">“<i>Sesungguhnya ziarah ke makam Husen pahalanya sebanding dengan haji 20 kali, dan lebih utama daripada 20 kali umrah dan haji.</i>” (Lihat, Furu’ al-Kafiy, I:324; Tsawab al-A’mal , karya Ibnu Babawaih, hal. 52; Tahdzib al-Ahkam, karya at-Thusiy, II:16; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 161; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:348)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> من أتى قبر الحسين عليه السّلام عارفًا بحقّه كان كمن حجّ مائة حجّة مع رسول الله صلى الله عليه وسلم </span></div><div style="text-align: justify;"><i> “Siapa yang ziarah ke makam Husen As. dalam keadaan mengenal haqnya, dia bagaikan orang yang berhaji 100 kali bersama Rasulullah saw.</i> (Lihat, Tsawab al-A’mal , karya Ibnu Babawaih, hal. 52; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:350)</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> من زار الحسين عليه السلام يوم عاشوراء حتى يظل عنده باكيًا لقي الله عز وجل يوم القيامة بثواب ألفي ألف حجة، وألفي ألف عمرة، وألفي ألف غزوة... </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa menziarahi Husen pada hari Asyura hingga terus-menerus menangis di sisinya, niscaya ia bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan membawa pahala haji 2 juta kali, pahala umrah 2 juta kali, pahala perang 2 juta kali…”</i> (Lihat, Bihar al-Anwar, karya al-Majlisiy, 100:290; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 176) </div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> من أتى قبر الحسين عارفًا بحقّه في غير يوم عيد كتب الله له عشرين حجّة وعشرين عمرة مبرورات مقبولات.. ومن أتاه في يوم عيد كتب الله له مائة حجّة ومائة عمرة.. ومن أتاه يوم عرفة عارفًا بحقّه كتب الله له ألف حجّة وألف عمرة مبرورات متقبّلات </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Siapa yang ziarah ke makam Husen As. bukan pada hari ied—dalam keadaan mengenal haqnya—niscaya Allah mencatat baginya pahala 20 kali haji dan 2o kali umrah yang mabrur lagi maqbul…dan siapa yang mendatanginya pada hari ied, niscaya Allah mencatat baginya pahala 100 kali haji dan 100 kali umrah… dan siapa yang mendatanginya pada hari Arafah—dalam keadaan mengenal haqnya—, niscaya Allah mencatat baginya pahala 1000 kali haji dan 1000 kali umrah… yang mabrur lagi maqbul …</i> (Lihat, Furu’ al-Kafiy, I:324; Tsawab al-A’mal, karya Ibnu Babawaih, hal. 50; Man Laa Yahdhuruh al-Faqih, karya Ibnu Babawaih, I:182;Tahdzib al-Ahkam, karya at-Thusiy, II:16; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 169; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:359) </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Ja’far ash-Shadiq berkata: </div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">لو أنّي حدّثتكم بفضل زيارته وبفضل قبره لتركتم الحجّ رأسًا وما حجّ منكم أحد، ويحك أما علمت أنّ الله اتّخذ كربلاء حرمًا آمنًا مباركًا قبل أن يتّخذ مكّة حرمًا.. </span></div><div style="text-align: justify;"><i>“Sekiranya saya menceritakan kepada kalian tentang keutamaan menziarahinya dan keutamaan kuburannya niscaya kalian meninggalkan haji dan tidak seorang pun di Antara kalian melaksanakan haji. Adapun saya tahu bahwa Allah telah menjadikan Karbala sebagai tanah haram yang aman lagi diberkati sebelum Dia menjadikan Mekah tanah haram.”</i> (Lihat, Bihar al-Anwar, karya al-Majlisiy, 101:33; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 266) </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah perilaku gerombolan Syiah Rafidhah, sekelompok orang yang membangun agama dan keyakinannya berdasarkan kedustaan tokoh dan pemuka Syiah. Orang-orang yang beraqidah sesat. (Al-Bida’ Al-Hailiyah, Hal. 56 – 57). Semoga Allah menjauhkan dan menyelamatkan kaum muslimin dari pengaruh buruk mereka. Dan kita wajib berikhtiar untuk mengawal kaum muslimin dari hal itu dengan segenap jiwa raga.</div></div><div class="page" id="page-4"><h3>Membaca Tragedi Karbala Secara Jernih</h3>Apabila membicarakan tentang hari Asyura (10 Muharam) maka kita tidak dapat menghindarkan diri dari pembicaraan tentang peristiwa Karbala yang begitu menyayat hati. Peristiwa tersebut merupakan kisah di mana Husen Ra.—cucu Rasulullah saw. dan anak Ali Ra.—telah dibunuh dengan kejam di sebuah tempat yang bernama Karbala, di Irak. Rentetan dari peristiwa ini terdapat upacara-upacara khusus yang diadakan pada Hari Asyura dengan cara yang amat bertentangan dengan syariat Islam.<br />
<br />
Lebih jauh dari itu, kelompok Syiah juga telah mempergunakan peristiwa Karbala ini demi meraih simpati umat Islam kepada kelompok mereka bahwa merekalah satu-satunya kelompok yang membela <i>Ahlul Bait </i>(keluarga Rasulullah), tentu saja <i>Ahlu Bait</i> dalam konsep mereka. Karena itu, tragedi Karbala merupakan persoalan yang memberi peluang kelompok Syi’ah mempermainkan opini banyak orang. Pada peluang yang sama, mereka pun berupaya merancukan sejarah umat ini. Pergulatan yang terjadi antara tokoh yang dilambangkan sebagai Syi’ah, yaitu Husen, di satu pihak, dengan Yazid yang dilambangkan sebagai tokoh Ahlus Sunah di pihak yang lain. Seperti itulah opini yang hendak dibangun kelompok Syi’ah berkaitan pergulatan tersebut. Padahal, sejatinya Husen Ra., juga termasuk salah seorang pimpinan Ahlus Sunah.<br />
<br />
Keyakinan Ahlus Sunah terhadap beliau, ialah bahwa beliau mati sebagai syahid, beliau dimuliakan oleh Allah dengan mati sebagai syuhada, dan Allah menghinakan orang yang membunuh beliau. Jadi, kasus pembunuhan beliau itu merupakan musibah besar. Dalam kondisi demikian Ahlus Sunah pun merujuk kepada firman Allah ‘Azza wa Jalla:<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ, الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا ِللهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ</span>. </div><div style="text-align: justify;">"Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah 155-157). </div><div style="text-align: right;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Sehubungan dengan itu, ketika kita membicarakan peristiwa Karbala kita dituntut setidaknya untuk melakukan dua hal: Pertama, kita perlu selektif terhadap berbagai riwayat yang mengisahkan tragedi itu—yang bertebaran dalam kitab-kitab tarikh (sejarah)—karena sebagian besar riwayat tentang peristiwa menyedihkan ini adalah kebohongan belaka. Sebagian lagi dhaif dan ada juga yang shahih. Riwayat yang dinyatakan shahih oleh para ulama ahli hadis yang bersesuaian dengan kaidah ilmiah dalam ilmu hadis, inilah yang wajib dijadikan pedoman dalam mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Dari sini, kita dapat memahami betapa sanad itu sangat penting untuk membungkam para pendusta dan membongkar niat busuk mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam konteks inilah, Syekh Islam Ibnu Taimiyyah telah mengingatkan: </div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> والذين نقلوا مصرع الحسين زادوا أشياء من الكذب كما زادوا في قتل عثمان وكما زادوا فيما يراد تعظيمه من الحوادث وكما زادوا في المغازي والفتوحات وغير ذلك والمصنفون في أخبار قتل الحسين منهم من هو من أهل العلم كالبغوي وابن أبي الدنيا وغيرهما ومع ذلك فيما يروونه اثار منقطعة وأمور باطلة وأما ما يرويه المصنفون في المصرح بلا إسناد فالكذب فيه كثير </span></div><div style="text-align: right;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> <i>"Orang-orang yang meriwayatkan peristiwa gugurnya Husen Ra. telah memberikan tambahan dusta, sebagaimana juga mereka telah menambahkan dusta pada peristiwa pembunuhan terhadap Usman Ra, sebagaimana mereka juga memberikan tambahan cerita (dusta) pada peristiwa-peristiwa yang ingin mereka besar-besarkan, seperti dalam riwayat mengenai peperangan, penaklukan dan lain sebagainya. Para penulis berita tentang pembunuhan Husen Ra, ada di antara mereka sebagai ahli ilmu (ulama) seperti al-Baghawi dan Ibnu Abi Dun-ya dan lain sebagainya. Namun demikian, di antara riwayat yang mereka sampaikan ada yang terputus sanadnya dan beberapa perkara batil. Sedangkan yang menyampaikan cerita tentang peristiwa ini dengan tanpa sanad, kedustaannya sangat banyak"</i> (Lihat, Minhâj as-Sunnah an-Nabawiyyah, IV:334) </div><br />
Kedua, focus peristiwa tidak hanya pada peristiwa pembunuhan itu saja, melainkan harus mengikuti episode sejarah sebelumnya yang memberi kita gambaran utuh tentang bagaimana peristiwa itu terjadi.<br />
<br />
Pada umumnya, episode sebelum peristiwa Karbala terjadi sangat jarang diulas, kelompok mereka yang selalu mengulas dan menganalisa kisah Karbala jarang menyinggung peristiwa yang terjadi sebelumnya, yang mengakibatkan cucu Nabi ini dibunuh. Ini menimbulkan tanda tanya, dan kesan yang ditangkap adalah episode ini sengaja untuk tidak terlalu dibahas panjang lebar. (Bandingkan dengan versi Syiah tentang peristiwa itu pada http://www.majulah-ijabi.org/9/post/2012/11/mengenal-lebih-dekat-fakta-karbala.html) <br />
<br />
Perlu dipahami oleh kita bersama, bahwa satu peristiwa tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya sebagai satu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan, tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja, apa yang terjadi saat ini adalah bagaikan memisahkan ayat dan sabab nuzulnya. Memisahkan peristiwa Karbala dengan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya terjadi, yang akhirnya ikut menyebabkan terjadinya pembantaian Karbala. Tapi sayang peristiwa itu seolah terkubur di telan bumi, jarang kita mendengar tentang peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi dan merangkai pembantaian Karbala.<br />
<br />
Barangkali bisa kita mulai dari pertanyaan penting, yang sayangnya jarang kita dengar. Barangkali akal sehat kita sering tertutupi oleh “kesedihan mereka yang mendalam”, yang barangkali dibuat-buat oleh mereka sendiri, dengan mendengarkan kisah-kisah sedih pembunuhan Husen, dengan diberi bumbu suara yang menyayat hati, dan lain- lain akhirnya kita lupa bertanya:<br />
<i>Mengapa peristiwa itu terjadi</i>?<br />
<i>Peristiwa apa yang menjadi latar belakang peristiwa itu?</i><br />
<i>Mengapa Husen berangkat ke Karbala? </i><br />
<br />
Barangkali pertanyaan terakhir ini menjadi titik awal bagi perjalanan kita kali ini untuk menelusuri peristiwa-perstiwa yang melatarbelakangi peristiwa Karbala. <br />
<br />
Untuk memenuhi tuntutan di atas, di dalam pembahasan menentang Syi’ah ini, sedapat mungkin kami mempergunakan riwayat-riwayat mereka sendiri yang tersusun di dalam kitab-kitab sumber mereka, baik ortodoks maupun moderen, yang dianggap terpercaya dan dijadikan pegangan, dan yang dijadikan dalil di kalangan mereka sendiri. <br />
<h3>Latar Belakang Peristiwa</h3>Peristiwa ini diawali ketika Yazid menggantikan Muawiyah (602 – 680 M) yang wafat dan segera meminta agar Husen berbaiat. Namun Husen menolak bersama Abdullah bin Zubair, dan keduanya pergi diam-diam ke kota Mekah. Seperti kita ketahui bahwa Husen Ra.adalah salah satu figur umat Islam karena hubungan kekerabatannya dengan Nabi, seluruh umat Islam mencintainya, dari dulu hingga hari ini, hanya orang menyimpang dan menyimpan penyakit di hatinya bisa membenci keluarga Nabi. Hingga ketika dia menolak berbaiat maka kabar beritanya tersebar ke segala penjuru, di antara mereka yang mendengar kabar berita mengenai Husen Ra.adalah warga Kufah. Lalu mereka mengirimkan surat-surat kepada Husen Ra.mengajaknya untuk datang ke kufah dan memberontak pada Yazid. Surat-surat itu begitu banyak berdatangan kepada imam, hingga jumlahnya mencapai puluhan ribu. <br />
<br />
Dr. Ahmad Rasim an-Nafis—seorang penulis syiah—menerangkan: "Surat-surat penduduk Kufah kepada Husen a.s. menyatakan: "Kami tidak memiliki Imam, oleh karena itu datanglah, semoga Allah berkenan mempersatukan kita di atas kebenaran." Surat-surat itu mengandung berbagai tanda tangan menghimbau kedatangan untuk menerima bai'at dan memimpin umat untuk gerakan menghadapi para pendurhaka Bani Umayah. Begitulah, kian sempurnalah unsur-unsur dasar bagi gerakan Huseniyah. Di antaranya: . . . Adanya hasrat mayoritas masyarakat yang menuntut reformasi dan mendorong Husen Ra. untuk segera memegang tampuk kepemimpinan bagi gerakan tersebut. Juga peristiwa dorongan-dorongan di Kufah ini diungkapkan di dalam surat-surat baiat dari penduduk Kufah." (Lihat, 'Alaa Khuthaa al-Husain, hal. 94) <br />
<br />
Muhammad Kazhim al-Qazwaini—seorang ulama syiah—menyatakan: "Penduduk Irak menulis surat kepada Husen, mengirim utusan, dan memohon agar beliau berangkat ke negeri mereka untuk menerima baiat sebagai khalifah, sehingga terkumpul pada Husen sebanyak 12.000 surat dari penduduk Irak yang semuanya berisikan satu keinginan. Mereka menulis: "Buah sudah ranum, tanaman sudah menghijau, Anda hanya datang untuk menjumpai pasukan anda yang sudah bersiaga. Anda di Kufah memiliki 100.000 (seratus ribu) pedang. Apabila Anda tidak bersedia datang, maka kelak kami akan menuntut Anda di hadapan Allah." (Lihat, Faaji'ah ath-Thaff, hal. 6) <br />
<br />
Seorang ulama syiah, Abbas Al Qummi menerangkan: "Melimpah ruahlah surat-surat sehingga terkumpul pada beliau di dalam satu hari sebanyak 600 surat berisikan janji hampa. Dalam pada itu pun beliau menunda-nunda dan tidak menjawab mereka. Sehingga terkumpul pada beliau sebanyak 12.000 surat.” (Lihat, Muntahaa al-Aamaal, I:430) <br />
<br />
Ribuan—tepatnya puluhan ribu—surat yang berdatangan berhasil meyakinkan Husen mengenai kesungguhan penduduk Kufah. Husen mengutus Muslim bin Aqil untuk mengecek keadaan kota Kufah dan melihat sendiri apa yang terjadi di sana. Dan ternyata benar, sesampainya Muslim disana ternyata banyak orang berbaiat pada muslim untuk “membela” Husen Ra. melawan penguasa zhalim. Mereka menunggu kedatangan sang Imam untuk memimpin mereka. <br />
<h3>Kedatangan Muslim di Kufah</h3>Ridha Husen Shubh Al-Husaini—seorang penulis Syi'ah—mengatakan: "Lalu Muslim berangkat dari Mekah pada pertengahan bulan Sya'ban, dan tiba di Kufah selepas lima hari bulan Syawal. Orang-orang Syi'ah berdatangan berbaiat kepadanya, sehingga jumlah mereka mencapai 18.000 orang. Sedang di dalam riwayat asy Sya'bi, jumlah orang yang berbaiat kepadanya mencapai 40.000 orang. (Lihat, asy-Syii'ah wa Asyuura', hal. 167) <br />
<br />
Dari situ ia mulai menerima masyarakat. Dan menyebarluaslah seruan agar berbaiat kepada Husen a.s., sehingga jumlah orang-orang yang "bersumpah setia sampai mati" mencapai 40.000 orang. Ada juga yang mengatakan, kurang dari jumlah tersebut. Gubernur Yazid yang berada di Kufah ketika itu adalah an Nu'man bin Basyir. Sebagaimana disifatkan oleh para sejarawan, gubernur ini seorang muslim yang tidak menyukai perpecahan dan lebih mengutamakan kesejahteraan." (Lihat, Siirah al-A’immah al-Itsna 'Asyar, II:57-58). <br />
<br />
Seorang ulama Syi'i, Abdur Razaq al-Musawi al-Muqarram menerangkan: "Orang-orang Syi'ah menjumpai Muslim di rumah al Mukhtar dengan sambutan hangat dan menampilkan sikap taat dan patuh. Sikap yang membuat ia lebih gembira dan lebih bersemangat. . . ., selanjutnya orang-orang Syi'ah pun datang saling berbaiat kepadanya sampai tercatat sejumlah 18.000 orang. Bahkan ada yang mengatakan sampai sejumlah 25.000 orang. Sedang di dalam riwayat asy Sya'bi dinyatakan, orang-orang yang berbaiat kepadanya berjumlah 40.000 orang. Kemudian Muslim menulis surat kepada Husen bersama Abs bin Syabib asy Syakiri, memberitakan kepada beliau tentang kesepakatan penduduk Kufah untuk patuh dan mereka yang menanti-nanti. Di dalamnya ia menyatakan: "Seorang penunjuk jalan tidak akan mendustai keluarganya sendiri. Bahkan sudah terdapat 18.000 orang penduduk Kufah yang berbaiat kepadaku. . ." (Lihat, Maqtal al-Husain, hal. 147. Ma'saah Ihdaa wa Sittiin, karya Abdul Husain al-‘Amiliy, hal. 24) <br />
<br />
Seorang tokoh mereka bernama Abbas al-Qumi mengatakan: "Al-Mufid dan mereka yang lain menerangkan: "Masyarakat ber-baiat kepadanya (kepada Muslim bin Uqail) sampai jumlah me-reka mencapai 18.000 orang. Lalu Muslim menulis surat kepada Husein As. memberitahukan kepada beliau tentang 18.000 orang yang berbaiat kepadanya dan memerintahkan agar beliau datang." (Lihat, Muntahaa al-Aamaal, I:436) <br />
<br />
Abbas Al Qummi juga menerangkan: "Melalui riwayat yang lalu, membuktikan bahwa orang-orang Syi'ah secara diam-diam menjumpai Muslim di rumah Hani, secara rahasia. Lalu mereka pun saling mengikutinya, dan Muslim menekankan kepada tiap-tiap orang yang berbaiat kepadanya agar tutup mulut dan merahasiakan hal itu, sampai jumlah orang yang berbaiat kepadanya mencapai 25.000 laki-laki. Sementara Ibnu Ziyad masih belum mengetahui posisinya. (Lihat, Muntahaa al-Aamaal, I:437) <br />
<br />
Sampai di sini barangkali kita membayangkan bagaimana puluhan ribu orang bersiap siaga untuk menyambut kedatangan Husen, bagaimana mereka mempersiapkan persenjataan untuk “melawan penguasa zhalim” di bawah pimpinan sang Imam. Tapi jangan berhenti membaca di sini, karena ternyata ending kisah tak seindah yang kita bayangkan. </div><div class="page" id="page-5"><h3>Pengkhianatan Terhadap Muslim bin ‘Aqil</h3>Hasyim Ma'ruf asy-Syi'i menerangkan: "Gubernur baru berkuasa untuk membuat rekayasa guna menangkap Hani bin Urwah pemilik rumah di mana utusan Husen Ra. berada, dan yang telah menjamunya dengan sangat baik, bekerja sama di dalam pemikiran-pemikiran dan strategi. Lalu Gubernur itu pun menangkapnya dan membunuhnya setelah melalui perdebatan panjang di antara mereka berdua. Dan ia pun melemparkan bangkainya dari atas istana ke bahwa ke arah masyarakat yang berkerumun di sekitar istana. Lalu timbullah ketakutan dan kecemasan di kalangan masyarakat. Masing-masing orang pulang kerumahnya sendiri-sendiri. Seolah-olah tidak lagi perduli dengan situasi." (Lihat, Siirah al-Aimmah al-Itsna 'Asyar, II:61) <br />
<br />
Pemuka Syi'i Muhammad Kazhim al-Qazwaini menerangkan: "Lalu Ibnu Ziyad masuk Kufah. Ia mengirim utusan kepada para pemuka setempat dan pimpinan-pimpinan kabilah, mengancam mereka dengan datangnya pasukan dari Syam, dan memikat mereka, sehingga mereka pun membubarkan diri sedikit demi sedikit meninggalkan Muslim sehingga tingggal Muslim seorang diri." (Lihat, Faaji'ah ath-Thaff, hal. 7. Pernyataan serupa juga tersebut di dalam Tazhlim az-Zahraa', hal. 149). <br />
<br />
Abdul Husein Nuruddin al-'Amili mengatakan:<br />
<blockquote class="tr_bq">"Kemudian masyarakat pun bercerai-berai. Ketika itu para wanita menjumpai putranya dan saudaranya, lalu berkata, <i>‘Pulanglah, orang lain sudah cukup bagimu !’</i> Sementara kaum lelaki datang menjumpai putra dan saudaranya, lalu berkata, <i>‘Besok akan datang orang-orang Syam, apa yang akan engkau perbuat terhadap peperangan dan musibah? Pulanglah !’</i> Kemudian ia pun membawanya pergi. Dan secara terus menerus mereka bercerai berai, sehingga ketika tiba sore harinya dan hendak melakukan salat Maghrib, sudah tidak lebih orang-orang yang tinggal bersamanya kecuali tiga puluh orang di dalam masjid. Tatkala ia melihat sudah tiba sore hari sedang ia hanya berada bersama mereka ini. Lalu ia pun keluar dari masjid dan pergi menuju gerbang-gerbang kabilah Kindah, tetapi belum lagi sampai ke gerbang-gerbang tersebut, kini orang-orang yang bersamanya sudah tinggal sepuluh orang. Dan ketika keluar dari gerbang tersebut, ia sudah tidak bersama seorang pun.” (Lihat, Ma'saah Ihda wa Sittiin, hal. 27) </blockquote>Menurut hemat kami: "Inilah situasi yang terjadi pada diri Muslim bin 'Aqil ketika ia meminta kepada Husen Ra. agar memaafkan dirinya karena situasi ini. Sebab sekarang ia telah menyadari pengkhianatan Syi'ah terhadap pamannya Ali, juga terhadap putra pamannya Hasan Ra. Kini kian nyata bukti peristiwa itu. Dan Muslim pun dibunuh di hadapan dan di depan mata dan telinga orang-orang yang telah mengundangnya untuk dibaiat atas nama Husein."<br />
<br />
Seorang pemuka Syi'i fanatik Abdul Husein Syarafuddin dalam menyinggung pengkhianatan para pendahulunya (orang-orang Syi'ah) terhadap Muslim bin Aqil, ia mengatakan: <i>"Tetapi justru sesudah itu mereka mengingkarinya, sesudah berbaiat kepadanya, menguburkan beban tanggung jawabnya, tidak teguh memegang janji, pun tidak kokoh memegang ikrar. Sungguh itu merupakan peristiwa paling tragis, merobek-ro-bek hak-hak, kehinaan paling rendah, peristiwa yang paling layak untuk dikenang. Tetapi berkaitan dengan sikapnya ketika diterima oleh para sahabatnya dan situasi kian menekan antara dirinya dengan musuh-musuhnya, terbukti ia bersikap mulia, dan berpendirian teguh. Pada saat datang musuh-musuh dari atas, dari bawah, dan mengepungnya dari berbagai penjuru, sedang dia hanyalah seorang diri, tanpa penolong tak ada pembela . . . , sehingga terjatulah ia ke tangan mereka selaku tawanan perang."</i> (Lihat, al-Majaalis al-Faakhirah, hal. 62). <br />
<h4>Husein Ra. Menuju Ke Kufah</h4>Para Sahabat seperti Ibnu Abbâs Ra. kerap kali menasehati Husen Ra. agar tidak memenuhi keinginan mereka, karena ayah Husen Ra, Ali bin Abi Thalib Ra, dibunuh di Kufah dan Ibnu Abbas Ra. khawatir mereka membunuh Husen Ra juga di sana. <br />
<br />
Sebagian riwayat menyatakan bahwa beliau Ra. mengambil keputusan ini karena belum mendengar kabar tentang sepupunya Muslim bin 'Aqil yang telah dibunuh di sana. <br />
<br />
Nasehat yang sama disampaikan pula oleh Muhammad bin Ali bin Abu Thalib atau yang populer dengan gelar Ibnu al-Hanif. Ia berkata, “Wahai saudaraku, penduduk Kufah sudah Anda ketahui betapa pengkhianatan mereka terhadap bapakmu (Ali Ra.) dan saudaramu (Hasan Ra.). Saya khawatir nanti keadaanmu akan sama seperti keadaan mereka sebelumnya!” (Lihat, al-Luhuuf, karya Ibnu Thawus, hal. 39; Asyuura', karya al-Ihsa’I, hal. 115; Al-Majaalis al-Faakhirah, karya Abdul Husen, hal. 75; Muntaha al-Aamaal, I:454; Alaa Khathi al-Husain, hal. 96) <br />
<br />
Menyikapi nasehat-nasehat itu, Husen Ra. mengatakan, "Saya sudah melakukan istikharah dan akan berangkat kesana." Akhirnya, berangkatlah Husen Ra. bersama keluarga menuju Kufah. <br />
<br />
Dikutip oleh seorang pakar hadis Syi'i Abbas al-Qumi, dan juga oleh seorang tokoh penulis Syi'i Abdul Hadi ash-Shalih, bahwa al-Husein ketika hendak berangkat dari Mekah, beliau melalukan thawaf dan sa'i, memotong rambut beliau dan berta-halul dari ihram beliau. Sebab, beliau tidak tenang untuk menyelesaikan hajinya karena takut akan ditangkap atau di-bunuh di Mekah. Lalu beliau mengumpulkan sahabat-sahabat beliau pada malam delapan Dzul Hijjah dan berpidato kepada mereka seraya berkata: <i>"Segala puji bagi Allah. Segala sesuatu adalah atas kehendak Allah. Tiada kekuatan melainkan dari Allah. Semoga sholawat terlimpah kepada Rasul-Nya. Dia telah menetapkan kematian atas anak Adam, dan telah pula mene-tapkan kepemimpinan kepada sebaik-baik pemuda. Alasan yang mendorongku untuk mengenang orang-orang sebelumku adalah se-bagaimana kerinduan Ya'qub kepada Yusuf. Dan sebaik-baik tempat kematianku adalah yang akan kudapati. Seolah-olah de-ngan kedatanganku terhalang oleh lebah-lebah padang belan-tara di antara an-Nawawis dan Karbala'. Lalu merenggut da-riku sepenuh perutnya dengan sangat rakus. Tiada jalan kelu-ar dari hari-hari yang telah tertulis oleh "Pena" (takdir). Kerelaan Allah adalah kerelaan kami para Ahlul Bayt. Kami akan bersabar terhadap ujian-Nya, dan semoga kami dikaruniai pahala orang-orang yang bersabar. . . "</i> (Lihat, Muntaha al-Aamaal, I:453; Khair al-Ashhaab, hal. 33) <br />
<br />
Dr. Ahmad Rasim an-Nafis mengatakan:<br />
<blockquote class="tr_bq"> "Bahkan Farazdaq si penyair telah berjumpa dengan kafilah Husein. Ia mengucapkan salam kepada beliau, dan berkata kepada beliau, ‘Demi bapak dan ibuku, wahai putra Rasulullah, dorongan apa yang membuat tuan menyegerakan ibadah haji?’ Beliau menjawab, ‘Sekiranya saya tidak terburu-buru, niscaya saya akan ditangkap..,’ Lalu Abu Abdillah (Husein) bertanya tentang keadaan masyarakat. Farazdaq menjawab, ‘Hati mereka ada pada tuan, tetapi pedang mereka pun akan menyerang tuan.’ Beliau menjawab, ‘Maha Benar Allah di dalam mengatur dan setiap hari Dia dengan urusan-Nya. Sekiranya terjadi ketentuan sesuai yang kami sukai dan kami rela, maka kami pun akan memuji karunia-Nya. Sedang Dia-lah tempat kita memanjatkan syukur. Tetapi jika yang terjadi di luar harapan, maka tidak akan tersia-sia orang yang baik niatnya dan takwa batinnya’." (Lihat, 'Alla Khathi al-Husain, hal. 99-100; asy-Syii'ah wa Asyuura', hal. 178). </blockquote><br />
Perhatikanlah keterangan tentang ucapan beliau:<br />
<blockquote class="tr_bq">"Sekiranya terjadi ketentuan sesuai yang kami sukai ..." Keterangan ini berlawanan dengan pernyataan yang dikutip oleh Abbas al-Qumi: "Seolah-olah dengan kedatanganku terhalang oleh lebah-lebah padang belantara di antara an-Nawawis dan Karbala'."<br />
Pemuka Syi'i bernama Ali bin Musa bin Ja'far bin Thawus al-Huseini mengatakan: "Si perawi menerangkan: "Husen As. berangkat sehingga tinggal berjarak dua hari perjalanan dari Kufah. Tiba-tiba beliau berjumpa dengan al-Hurr bin Yazid bersama seribu orang penunggang kuda. Husen Ra. pun bertanya kepadanya, ‘Adakah Anda berpihak kepada kami ataukah memusuhi kami?’ Ia menjawab, ‘Kami akan memusuhi Anda wahai Abu Abdillah.’ Beliau berkata, ‘Tiada daya maupun kekuatan melainkan dari Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.’ Selanjutnya terjadilah dialog di antara mereka berdua, sehingga Husen Ra. berkata kepadanya, ‘Jika kalian pada posisi yang berbeda dari surat-surat kalian yang datang kepadaku, dan juga utusan-utusan yang Anda utus kepadaku. Maka saya akan kembali ke tempat saya pergi."<br />
Al-Hurr melarang beliau bersama para sahabat beliau untuk melakukan itu. Dan ia pun berkata: "Wahai putra Rasulullah, ambillah jalan yang kiranya tidak memasukkan Anda ke Kufah, dan tidak pula mengantar Anda ke Madinah, agar saya dapat beralasan kepada Ibnu az-Ziyad, seolah-olah Anda telah berlawanan jalan denganku di perjalanan." Kemudian Husen Ra. berbelok ke kiri, sehingga beliau sampai di Adzib al-Hajanat." (Lihat, al-Luhuuf, hal. 47; al-Majaalis al-Faakhirah, hal. 87). </blockquote><br />
Ayatullah Muhammad Taqiy Ali Bahri al-Ulum menerangkan:<br />
<blockquote class="tr_bq">" Husein keluar seraya mengenakan kain, selendang, sepasang sendal, dan bersandar pada penghulu pedang beliau. Lalu beliau menghadapi kelompok tersebut, memuji dan menyanjung Allah, lalu berkata, ‘<i>Dengan merendahkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla dan juga kepada kalian. Sebenarnya saya tidak datang kepada kalian sehingga datang kepada saya surat-surat kalian. Dan dinyatakan oleh utusan-utusan kalian, ‘Datanglah kepada kami karena kami tidak memiliki imam. Semoga Allah berkenan mempersatukan kita di atas petunjuk.’ Jika kalian memang bersikap seperti itu, maka sekarang kami datang kepada kalian, maka penuhilah janji dan ikrar kalian dengan si kap yang baik. Tetapi sekiranya kalian tidak menyukai kehadiranku, maka saya pun akan meninggalkan kalian kembali ke tempat di mana saya berangkat.’</i> Mereka pun terdiam semuanya. Lalu al-Hajjaj bin Masruq al-Ju'fi menyerukan salat zhuhur. Kemudian Husen berkata kepada al-Hurr, ‘<i>Apakah Anda hendak bertindak sebagai imam salat sahabat-sahabat Anda?</i>’ Ia menjawab, ‘<i>Tidak, namun kami semuanya akan bermakmum kepada Anda.</i>’ Kemudian Husein pun bertindak sebagai imam salat mereka. Seusai salat, beliau menghadap mereka, memuji dan menyanjung Allah, dan bersholawat kepada Nabi Muhammad, beliau berkata, ‘<i>Wahai hadirin, sekiranya kalian bertakwa kepada Allah dan memahami hak-hak ahli-Nya, niscaya itu lebih diridhai Allah. Kami adalah Ahlul Bayt Muhammad saw., lebih layak untuk menduduki jabatan ini dibanding mereka yang merasa memiliki apa-apa yang tiada pada mereka. Dan mereka orang-orang yang suka melakukan kejahatan dan permu-suhan. Tetapi sekiranya kalian merasa enggan dan tidak menyukai kami, tidak memahami hak-hak kami, dan sekarang kalian berpendapat (dengan pendapat baru) yang berbeda dengan pernyataan-pernyataan surat-surat kalian. Kami akan pergi meninggalkan kalian</i>’."<br />
Al-Hurr berkata, "<i>Saya tidak mengerti tentang surat-surat yang Anda sebutkan itu?</i>" Lalu Husein memerintahkan kepada Uqbah bin Sam'an (agar mengeluarkan surat-surat tersebut). Ia pun mengeluarkan dua kantung penuh dengan surat-surat.<br />
Al-Hurr berkata, "<i>Saya bukan dari golongan mereka. Bahkan saya diperintah untuk tidak berpisah dari Anda apabila bisa menjumpai Anda sampai saya membawa Anda ke Kufah menjumpai Ibnu Ziyad.</i>" Husein menjawab, "<i>Maut lebih dekat pada diri Anda daripada melaksanakan hal itu.</i>"<br />
Lalu beliau memerintahkan sahabat-sahabat beliau agar menunggangi kendaraan, para wanita pun sudah menunggangi kendaraan. Tetapi tiba-tiba al-Hurr melarang mereka pergi menuju ke Madinah." Husen berkata kepada al-Hurr, "<i>Celakalah ibumu, apakah yang kalian harap dari kami?</i>"<br />
Al-Hurr berkata, <i>"Sekiranya yang mengucapkan kata-kata itu orang Arab lain selain Anda, dan ia dalam posisi seperti Anda sekarang, niscaya tidak akan kubiarkan ia menyebut celaka terhadap ibunya, betapa pun alasannya. Demi Allah, saya tidak memiliki kemampuan untuk menyebut ibu Anda, kecuali dengan ucapan yang baik dan kami hormati. Tetapi sekarang silahkan ambil jalan tengah yang mana tidak memasukkan Anda ke Kufah dan bukan ke arah Madinah, sehingga saya dapat menulis surat kepada Ibnu Ziyad. Semoga Allah berkenan mengaruniakan kesejahteraan kepada kita, dan saya pun tidak mendapat musibah karena persoalan Anda ini."</i> (Lihat, Waaqi'ah ath-Thaff, karya Bahr al-'Ulum, hal. 191-192) </blockquote><br />
Peristiwa yang berkaitan dengan upaya Husen Ra. hendak pulang kembali ke tempat semula, dan betapa beliau dihinakan dan dikhianati oleh orang-orang Syi'ah Kufah, pada dasarnya telah dikutip oleh beberapa pakar sejarah Syi'ah, bahkan diterangkan juga oleh para tokoh Syi’ah seperti Abbas al-Qumi (dalam Muntahaa al-AAmaal, I:464), Abdur Razaq al-Musawi al-Muqarram (dalam Maqtal al-Husain, hal. 183), Baqir Syarif al-Qurasyi (dalam Fii Hayaah al-Imaam al-Husain, hal. 102), Dr. Ahmad Rasim an-Nafis (dalam ‘Alaa Khathi al-Husain, hal. 102), Fadhil Abbas al-Hayawi (dalam Maqtal al-Husain, hal. 11), Syarif al-Jawahiri (dalam Mutsiiru al-Ahzaan, hal. 43), Asad Haidar (dalam Ma'a al-Husaini fii Nahdhatih, hal. 165), Arwa Qushair Qalith (dalam Khuthbu al-Masiirah al-Karbala’iyyah, hal. 49), Muhsin al-Huseini (Al-Imaam al-Husain Bashiirah wan Hadhaarah), juga oleh pemikir Syi'i Abdul Hadi ash-Shalih, sebagaimana diterangkan Abdul Husein Syarafuddin (dalam al-Majaalis al-Faakhirah, hal. 87). Juga dinyatakan oleh Ridha al-Qazwaini (dalam Tadhlim az-Zahraa', hal. 174 dan halaman berikutnya). <br />
<br />
Abbas al-Qumi juga mengutip riwayat, bahwa Husen Ra. melakukan perjalanan sehingga sampai di Qashr Bani Muqatil. Ternyata di sana sudah tersedia tenda-tenda terbentang, anak-anak panah yang disiagakan, kuda-kuda yang dipersiapkan. Lalu Husen Ra. Bertanya, "<i>Bagi siapakah tenda-tenda ini?</i>’ Mereka menjawab, ‘Bagi Ubaidullah bin al-Hurr al-Ju'fi.’ Kemudian Husen Ra. mengutus salah seorang sa-habat beliau bernama al-Hajjaj bin Masruq al-Ju'fi untuk menghadap kepadanya. Ia pun menghadap dan mengucapkan salam kepadanya. Ubaidullah menjawab salamnya, kemudian berkata, "<i>Siapakah di belakang Anda?</i>’ Ia menjawab, ‘<i>Di belakang saya wahai Ibnu al-Hurr, kiranya Allah akan mengaruniakan kehormatan kepada tuan sekiranya tuan bersedia menerima beliau.</i>’ Ibnu al-Hurr bertanya, ‘<i>Apakah karunia kehormatan itu?</i>’ Ia menjawab, ‘<i>Beliau adalah Husen bin Ali, beliau mengundang Anda agar bersedia membelanya. Sekiranya Anda berperang di hadapan beliau, niscaya Anda akan dikaruniai pahala, dan jika Anda terbunuh di hadapannya, niscaya Anda akan mati syahid</i>’.<br />
<br />
Ubaidullah bin al-Hurr menjawab, <i>"Demi Allah, hai Hajjaj, saya tidak berangkat dari Kufah melainkan karena khawatir, bahwa Husen Ra. akan masuk ke sana, sedang saya berada di sana dan tidak dapat membelanya. Sebab di Kufah tidak ada orang-orang Syi'ah maupun penolong-penolong melainkan para materialistis, kecuali (beberapa orang) yang diselamatkan Allah dari kalangan mereka. Sekarang kembalilah kepada beliau dan beritahukan hal itu kepada beliau." </i><br />
<br />
Kemudian Husen bangkit memakai sendal dan pergi menjumpainya bersama sejumlah sahabat dari kalangan saudara-saudara dan Ahlul Bayt beliau. Tatkala masuk dan mengucapkan salam, melonjaklah Ubaidillah bin al-Hurr dari posisi duduknya, mencium kedua tangan dan kaki beliau. Kemudian Husen duduk seraya memuji dan menyanjung Allah, lalu ber-kata, <i>‘Hai Ibnu al-Hurr, sebenarnya penduduk kota Anda telah menulis surat kepada saya dan menjelaskan kepada saya bahwa mereka telah berkumpul hendak membelaku, dan mereka pun memohon kepadaku untuk datang kepada mereka. Saya pun datang, dan persoalannya bukan seperti anggapan mereka. Sekarang saya mengajak Anda untuk membela kami para Ahlul Bayt. Sekiranya hak-hak kami diberikan, niscaya kami akan memuji Allah dan menerimanya. Tetapi sekiranya hak-hak kami ditolak dan dianggap kami melakukan kezaliman, maka sebenarnya tujuan saya adalah menuntut kebenaran." </i><br />
<br />
Ubaidillah menjawab, <i>"Wahai putra Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam wa aalih, sekiranya di Kufah terdapat Syi'ah (sejati) dan para pembela yang akan berperang bersama Anda, niscaya saya orang yang paling mengetahuinya. Tetapi saya mengetahui bahwa Syi'ah Anda di Kufah itu telah meninggalkan rumah-rumah mereka masing-masing karena takut kepada pedang-pedang Bani Umayah." Husein tidak menjawab ucapan itu, dan beliau berlalu. . . "</i> Peristiwa tersebut diterangkan oleh Abbas al-Qumi di dalam <i>Muntahaa al-Aamaal</i>, I:466. Juga di catatan pinggir (haamisy), kitab <i>an-Nafs al-Mahmuum</i>, hal. 177. <br />
<br />
<h4>Kabar Buruk</h4>Abbas al-Qumi menerangkan: "Lebih lanjut perhatikanlah (maksudnya Husein), sehingga ketika tiba waktu sahur, beliau berkata kepada bujang-bujang dan pelayan-pelayan beliau, "Perbanyaklah air, sehingga kalian memiliki persediaan minum. Dan perbanyak lagi, kemudian berangkatlah. Lalu beliau melakukan perjalanan. Sehingga ketika beliau sampai di tempat sampah, datang kepada beliau berita tentang Abdullah bin Yaqthar. Kemudian beliau mengumpulkan para sahabat beliau. Mengeluarkan sepucuk surat di hadapan hadirin, dan beliau membacakannya di hadapan mereka. Ternyata tertulis di dalamnya sebagai berikut: <br />
<br />
"Bismillahirrahmanirrahim. Lebih lanjut, telah datang berita buruk kepada kami, Muslim bin Aqil dibunuh, Hani bin Urwah, dan juga Abdullah bin Yaqthar. Kita telah dihinakan oleh Syi'ah kita sendiri. Barangsiapa di antara kalian hendak pulang, silahkan pulang tanpa dipersalahkan dan tanpa dibebani sangsi." <br />
<br />
Kemudian para hadirin pun bercerai-berai meninggalkan beliau, yaitu dari kalangan orang-orang yang mengikuti beliau demi memperoleh harta rampasan dan kehormatan. Sehingga beliau hanya tinggal bersama Ahlul Bayt beliau dan para sahabat-sahabat beliau yang tetap memilih tinggal dan patuh bersama beliau atas dasar yakin dan iman."(Lihat, Muntahaa al-Aamaal, I:462) diterangkan pula oleh al-Majlisi di dalam kitab Bihaar al-Anwaar, XXXXIV:374; Muhsin al-Amin dalam Lawaa’ij al-Asyhaan, hal. 67; Abdul Husein al-Musawi dalam al-Majaalis al-Faakhirah, hal. 85; Abdul Hadi ash-Shalih di dalam Khair Ashhaab, hal. 37, dan hal. 107.</div><div class="page" id="page-6"><h3>Syi’ah Harus Bertanggung Jawab atas Pembunuhan Husen Ra.</h3>Penjelasan tentang peristiwa pembunuhan Husen Ra. dan berbagai pihak yang terlibat dalam pembunuhan itu kami ambil dari dua sumber: <br />
<br />
<u>Pertama, Kelompok Syi’ah</u><br />
<br />
Seorang penyair tersohor, Farazdaq berpantun berkaitan dengan Husen Ra., tatkala ia ditanya tentang Syi’ah beliau yang hendak dijumpai oleh beliau. Ia menjelaskan: <i>“Hati mereka bersama Anda, sedang pedang beliau melawan An-da. Ketetapan turun dari langit, dan Allah kuasa berbuat se-kehendak-Nya.”</i> Al-Husein menjawab: <i>“Anda benar, Allahlah yang kuasa menetapkan persoalan. Dan setiap hari ia berada di dalam urusan. Sekiranya datang ketentuan sebagaimana kesukaan dan kerelaan kami, kami pun memuji Allah atas karu-nia-karunia nikmatnya, bahkan Dialah tempat tujuan selayak-nya untuk mengungkapkan syukur. Tetapi apabila terjadi si-tuasi yang di luar harapan, niscaya Dia tidak akan jauh dari orang-orang yang berniat baik dan berbatin takwa.”</i> (Lihat, al-Majaalis al-Faakhirah, hal. 79; 'Alaa Khathi al-Husen, hal 100; Lawaa'ij al-Asyjaan, hal. 60; Ma'aalim al-Madrasatain, III:62) <br />
<br />
Husen Ra. tatkala beliau berpidato kepada mereka, beliau telah menyinggung sikap pendahulu mereka dan juga sikap mereka terhadap bapak dan saudara beliau. Di dalam pidato beliau itu, beliau menyatakan: <i>“ . . ., sekiranya kalian tidak bersedia melaksanakannya dan kalian hendak membatalkan janji kalian, kalian hendak menanggalkan baiat terhadapku dari pundak kalian, maka memang kalian sudah dikenal dengan sikap demikian, karena kalian pun telah bersikap serupa itu terhadap bapakku, saudaraku, dan juga putra pamanku Muslim. Akan tertipulah orang-orang yang cenderung kepada kalian, . . . “</i>(Lihat, Ma'aalim al-Madrasatain, II:71-72; Ma'aali as-Sibthain, I:275; Bahr al-'Uluum, hal. 194; Nafs al-Mahmuum, hal. 172; Khoir al-Ashhaab, hal. 39; Tadhlim az-Zahraa', hal. 170.) <br />
<br />
Dan pernyataan-pernyataan Husen Ra. sebelumnya yang meragukan surat-surat mereka. Kata beliau: <i>“Sesungguhnya mereka itu telah membuat diriku cemas, dan inilah surat-surat penduduk Kufah, sedang mereka memerangiku.”</i> (Lihat, Maqtal al-Husain, hal. 175) <br />
<br />
Pada kesempatan lainnya, beliau mengatakan: “<i>Wahai Allah, turunkanlah ketetapan antara kami dengan kaum yang telah mengundang diri kami yang hendak membela, tetapi justru memerangi kami!”</i>(Lihat, Muntahaa al-Aamaal, I:535). <br />
<br />
Dari pernyataan-pernyataan Husen Ra. di atas tampak jelas bahwa Syi’ah (pengikut) Husein ra. telah mengundang beliau dengan dalih hendak membelanya, namun faktanya mereka justru memerangi beliau. <br />
<br />
Salah seorang Syi’i bernama Husein Kurani mengatakan:<br />
<blockquote class="tr_bq">“Penduduk Kufah tidak puas sekedar berpisah meninggalkan Imam Husen, bahkan mereka berubah sikap, mengubah pendirian mereka ke pendirian ketiga, yaitu kini mereka bergegas berangkat menuju Karbala dan memerangi Imam Husen Ra. di Karbala’. Mereka saling berlomba menyatakan pendirian mereka sesuai dengan kepuasan setan dan mendatangkan murka Sang Mahapemurah. Contohnya, kita lihat, bahwa Amru bin al-Hajjaj, lelaki yang baru kemarin bersiap siaga di Kufah laksana seorang penggembala gembalaan Ahlul Bayt, berjuang membela mereka, juga merupakan orang yang telah mengerahkan pasukan untuk menyelamatkan orang besar Hani bin Urwah, secara nyata-nyata telah berbalik pendirian, yaitu menganggap bahwa Imam Husen telah keluar dari agama (Islam). Marilah kita renungkan pernyataan berikut: “Ketika itu Amru bin al-Hajjaj berkata kepada rekan-rekannya: “Perangilah orang-orang yang telah keluar dari agama dan meninggalkan jamaah ...” </blockquote>(Lihat, Fii Rihaab Karbalaa', hal. 60-61) <br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">Husein Kurani juga menjelaskan: <i>“Kita lihat pendirian lain yang membuktikan sikap munafik penduduk Kufah. Abdullah bin Hauzah at-Taimi datang berdiri di hadapan Imam Husen Ra. seraya berteriak, ‘Adakah di antara kalian yang bernama Husein?’</i><br />
<i>"Orang ini termasuk penduduk Kufah sedang kemarin ia tergolong Syi’ah Ali As. dan boleh jadi ia termasuk orang yang turut menulis surat kepada Imam, atau termasuk jamaah yang terlibat dan mereka yang lain yang juga menulis surat . . . , “</i> Lebih lanjut ia berkata, <i>“Hai Husen, berbahagialah dengan masuk neraka !”</i></blockquote>(Lihat, Fii Rihaab Karbalaa', hal. 61).<br />
<br />
Murtadha Muthahari mempertanyakan: <i>“Bagaimana penduduk Kufah sampai berangkat untuk memerangi Husen Ra. pada saat menganggap cinta kepada mereka dan memiliki jalinan kasih sayang?” </i><br />
<br />
Kemudian ia pun menjawabnya sendiri: <i>“Jawabannya, ialah karena rasa gentar dan takut yang telah menjangkiti penduduk Kufah. Secara umum sejak masa pemerintahan Ziyad dan Mu’awiyah, dan yang kemudian kian meningkat dan bertambah-tambah dengan kehadiran Ubaidillah, lelaki yang dengan serta merta telah membunuh Maitsam at-Tamar, Rasyid, Muslim, dan Hani, . . , dan ini berkaitan dengan perubahan sikap mereka yang terlibat lantaran berambisi dan berhasrat kepada penghasilan, harta, dan kehormatan duniawi. Sebagaimana hal itu terjadi pada diri Umar bin Sa’ad . . .,” </i><br />
<br />
<i>“Adapun sikap orang-orang terpandang dan para tokoh, mereka ini telah dilanda takut terhadap Ibnu Ziyad, terpikat oleh harta sejak hari pertama ia memasuki Kufah. Pada saat ia berseru kepada mereka semua seraya berkata, ‘Barangsiapa di antara kalian berada di barisan yang menentang, maka saya akan menghapuskan soal hadiah kepadanya.’ </i><br />
<br />
Demikianlah, contohnya Amir bin Majma’ atau bernama Majma’ bin Amir, ia berkata: <i>“Adapun para tokoh mereka, maka mereka telah menjadi besarlah korupsi mereka, dan telah memenuhi tabiat mereka.”</i> (Lihat, al-Malhamah al-Huseniyyah, III:47-48). <br />
<br />
Ulama Syi’i Kazhim al-Ihsa’i an-Najafi menjelaskan: <i>“Pasukan yang berangkat hendak memerangi Imam Husen a.s. sebanyak 300.000. Seluruhnya adalah penduduk Kufah. Tidak ada di antara mereka yang berasal dari Syam, Hejaz, India, Pakistan, Sudan, Mesir, maupun Afrika, bahkan seluruhnya adalah penduduk Kufah yang terhimpun dari beraneka ragam kabilah.”</i> (Lihat, Asyuura', hal. 89). <br />
<br />
Seorang sejarawan Syi’i Husein bin Ahmad al-Buraqi an-Najafi menerangkan: <i>“Al-Qazwaini mengatakan: “Balasan yang perlu dilakukan terhadap penduduk Kufah, adalah lantaran mereka telah menikam Hasan bin Ali As., dan mereka membunuh Husen Ra. setelah mereka mengundang beliau.”</i> (Lihat, Taariikh Kuufah, hal. 113). <br />
<br />
Seorang sejarawan Syi’i ternama Ayatullah al-‘Uzhma Muhsin Amin mengatakan: <i>“Lalu berbaiatlah dari penduduk Kufah sebanyak 20.000 orang, di mana mereka mengkhianatinya. Kemudian mereka pun berangkat memerangi beliau pada saat baiat (janji setia) masih berada di pundak mereka. Kemudian mereka pun membunuh beliau.”</i> (Lihat, A'yaan asy-Syii'ah, I:26). <br />
<br />
Jawad Muhaditsi mengatakan: “<i>Segala penyebab seperti ini berdampak menyusahkan Imam Ali As. dalam dua kasus, dan Imam al-Hasan menghadapi pengkhianatan mereka. Di antara mereka Muslim bin ‘Aqil terbunuh dalam kondisi teraniaya. Husein mati dalam keadaan kehausan di Karbala dekat Kufah dan di tangan tentara Kufah.”</i>(Lihat, Mawsuu'ah Asyuura', hal. 59). <br />
<br />
Seorang tokoh Syi’i Abu Manshur ath-Thabrisi, Ibnu Thawus, al-Amin, dan para tokoh lainnya mengutip informasi dari Ali bin Hasan (menurut kami: Husein –pent) bin Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan Zainal Abidin Ra., dari bapak-bapaknya, seraya mencela Syi’ahnya yang telah menghinakan bapaknya dan membunuhnya pula, ia berkata:<br />
<blockquote class="tr_bq"><br />
<i>“Wahai manusia, kuperingatkan kalian terhadap Allah, tidak sadarkah kalian, bahwa kalian telah menulis surat kepada bapakku, lalu kalian khianati? Kalian memberikan janji, ikrar, dan baiat, lalu kalian membunuhnya dan menghinakannya. Celakalah hasil dari perbuatan yang telah kalian lakukan bagi diri kalian, buruknya nalar kalian. Dengan pandangan bagaimanakah kalian akan memandang kepada Rasulullah saw. manakala beliau bertanya kepada kalian, ‘Kalian telah membunuh keturunanku, dan kalian telah mencemarkan kehormatanku. Jadi, kalian bukanlah umatku!’.”</i>Para wanita saling menjerit seraya menangis dari berbagai penjuru. Sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya:<i> “Binasalah kalian lantaran perbuatan kalian.”</i> Lalu beliau As. berkata lagi: <i>“Semoga Allah merahmati orang yang suka menerima nasehatku, menjaga wasiatku berkaitan (hak-hak) Allah, Rasul-Nya, dan Ahlul Baytnya. Sebab, kami telah memperoleh teladan baik dari Rasulullah.”</i>Secara serentak para hadirin berseru: <i>“Kami semua bersedia mendengar, patuh, siap membantu beban tuan, tidak akan mengabaikan tuan dan tidak pula melalaikan tuan. Oleh karena itu, perintahkanlah kami dengan suatu perintah, semoga tuan dirahmati Allah. Sebab, kami siap berperang kepada orang yang memerangi tuan, berdamai dengan orang yang berdamai dengan tuan. Benar-benar kami akan menuntut bela terhadap Yazid, dan kami pun memutuskan hubungan dari mereka yang menzalimi tuan dan menzalimi kami.”</i>Beliau As. menjawab: <i>“Aduhai, aduhai, wahai para pengkhianat penipu. Ambisi kalian telah dihalangi oleh hawa nafsu kalian. Adakah kalian akan bersikap terhadapku sebagaimana sikap kalian terhadap bapak-bapakku sebelumnya? Tidak lagi, betapa banyak orang-orang yang suka menari-nari. Sungguh luka ini belum lagi kering. Baru kemarin bapakku terbunuh dan Ahlul Baytku pun terbunuh bersamanya. Saya belum dapat melupakan derita Rasulullah saw. beserta keluarganya, derita bapakku beserta putra-putra bapakku. Dan itu bisa didapati di antara duka dan kepahitanku, di antara kerongkongan dan tenggorokanku, sedang cabang-cabangnya mengalir di hamparan dadaku…”</i></blockquote><br />
(Pidato ini diterangkan oleh ath-Thabari, al-Ihtijaaj, II:32; Ibnu Thawus, al-Malhuuf, hal 92; Al-Amin, Lawaa'ij al-Asyjaan, hal. 158; Abbas al-Qumi, Muntahaa al-Aamaal, I:572; Husein al-Kurani, Fii Rihaab Karbalaa', hal. 183; Abdur Razaq al-Muqarram, Maqtal al-Husen, hal. 317; Murtadha 'Iyad, Maqtal al-Husen, hal. 87; Diulang pula oleh Abbas al-Qumi di dalam Nafsu al-Mahmuum, hal. 360. Juga dikemukakan oleh Ridha al-Qazwaini di dalam Tadhlim az-Zahraa', hal. 262) <br />
<br />
Tatkala Imam Zain al-Abidin rahimahullahu Ta’ala lewat dan melihat penduduk Kufah sedang meratap dan menangis, lalu beliau menegurnya seraya berkata: “Kalian meratapi dan menangisi kami, lalu siapa yang telah memerangi kami?” (Lihat, <i>al-Malhuuf</i>, hal. 86; <i>Nafsu al-Mahmuum,</i> hal. 257; <i>Maqtal al-Husen</i>, karya Murtadha 'Iyad, hal. 83; <i>Tadhlim az-Zahraa</i>', hal. 257). <br />
<br />
Di dalam sebuah riwayat dikisahkan, tatkala beliau melewati Kufah di mana penduduknya meratap. Ketika itu beliau tinggal sebagai tamu karena terhalang oleh sakit. Dengan suara pelahan beliau berkata: <i>“Kalian meratapi dan menangis kami? Lalu siapa yang telah memerangi kami?”</i> (Lihat, <i>Muntahaa al-Aamaal</i>, I:570). <br />
<br />
Pada riwayat lain tentang diri beliau, dinyatakan bahwa beliau berkata dengan suara lemah karena beliau sedang dirundung sakit: <i>“Sekiranya mereka itu menangisi kami, lalu siapakah yang telah memerangi kami selain mereka?”</i> (Lihat, <i>al-Ihtijaaj</i>, II:29). <br />
<br />
Ummu Kultsum binti Ali berkata:<br />
<blockquote class="tr_bq"><i>“Wahai penduduk Kufah, celakalah kalian, mengapa kalian menghinakan Husen dan membunuhnya, kalian rampok harta bendanya dan kalian warisi, kalian caci maki istri-istrinya dan kalian buat menderita. Celakalah kalian, terazablah kalian.”</i><i>"Tragedi apakah yang menimpa kalian, beban apakah yang terpikulkan di punggung kalian, darah-darah manakah yang telah kalian tumpahkan, kehormatan-kehormatan mana pulakah yang telah kalian cemarkan, anak-anak manakah yang telah kalian bajak, harta-harta mana yang telah kalian rampok. Kalian telah membunuh orang-orang baik sesudah Nabi saw. dan keluarganya, dan kasih sayang sudah tercabut dari hati kalian!”</i></blockquote>(Lihat, al-Luhuuf, hal. 91; Nafsu al-Mahmuum, 363; Maqtal al-Husen, karya al-Muqarram, hal. 316; Lawaa'ij al-Asyjaan, hal. 157; Maqtal al-Husen, karya Murtadha 'Iyad, hal.86; Tadhlim az-Zahraa', hal. 261).<br />
<br />
Tentang riwayat Ummu Kultsum ini juga diterangkan pula oleh ath-Thabrisi dan al-Qumi, al-Muqarram, al-Kurani, Ahmad Rasim, dan juga menjelaskan tentang penyelewengan para pengkhianat yang hina dina. Kata beliau:<br />
<blockquote class="tr_bq">“Kemudian dari itu, wahai penduduk Kufah, hai para pengkhianat, para penipu, dan tukang makar. Inga-lah, sejarah tiada akan terlupakan dan tragedi pun tiada akan tertenteramkan. Orang-orang seperti kalian adalah laksana orang yang merusak jalinan tenunannya sendiri setelah kokoh hingga tercerai berai.”<br />
"Kalian jadikan iman kalian selaku barang dagangan di antara kalian. Adakah pada pribadi kalian selain hasrat hati dan bangga, lirikan dan dusta, merayu budak-budak wanita, bergelimang permusuhan. Seperti seorang penggembala pada tempat sampah, atau perak di dasar tanah. Betapa buruk bidang-bidang yang kalian upayakan bagi diri kalian, karena kemurkaan Allah akan menimpa kalian, dan kalian pun akan kekal di dalam azab. Adakah kalian menangisi saudaraku? Memang, sungguh! Banyak-banyaklah menangis dan tertawalah sedikit, karena kalian mendapat tragedi kehinaan dan terkenang aib karenanya, dan tak akan pernah terlupakan selamanya.<br />
Bagaimana kalian dapat melupakan pembunuhan terhadap keturunan Sang Penutup para nabi? sumber risalah? pemimpin pemuda penghuni surga? tempat berlindung perang kalian dan pembela kelompok kalian? pusat kesejahteraan kalian, wilayah pangkalan kalian, tempat rujukan untuk kalian mengadu, dan menara hujah kalian sendiri? Betapa buruk apa-apa yang telah kalian upayakan bagi diri kalian sendiri, betapa buruk beban yang akan kalian pikul pada hari kebangkitan kalian.<br />
Binasa, binasa, celaka, celaka, sebab upaya telah sia-sia, dan celakalah tangan-tangan manusia, tepukan-tepukan pun merugi. Dan kalian akan kembali dengan menghadap kemurkaan Allah. Kalian akan ditimpa kehinaan dan kenistaan.<br />
Celakalah kalian, tidakkah kalian mengerti betapa susah payah Muhammad telah kalian sia-siakan? Betapa janji telah kalian pungkiri? Betapa kehormatan beliau telah kalian cemarkan? Betapa darah beliau telah kalian tumpahkan?<br />
Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karenanya, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung pun runtuh. Sesungguhnya kalian telah mendatangkan kelusuhan dan ketercabik-cabikan sepenuh bumi dan langit.” </blockquote>(Lihat, al-Ihtijjaaj, II29; Muntahaa al-Aamaal, I:570; Maqtal al-Husen, karya al-Muqarram, hal. 311, dan berikutnya; Fii Rihaab Karbalaa', hal. 146, dan seterusnya; 'Alaa Khathi al-Husen hal. 138; Tadhlim az-Zahraa', 258).<br />
<br />
Seorang pemuka Syi’i Asad Haidar berkenaan Zainab binti Ali, di mana Zainab berpidato kepada segenap orang yang menyambutnya dengan tangisan seraya meratap. Kata beliau seraya mencemooh mereka:<br />
<blockquote class="tr_bq"><i>“Adakah kalian menangis dan berpura-pura sayang? Ya, benar, banyak-banyaklah menangis dan tertawalah sedikit. Sebab kalian akan menderita aib dan kenistaan karenanya, dan kalian tak akan dapat terbebas daripadanya melalui upaya pembersihan selama-lamanya. Bagaimana mungkin kalian akan terbebas dari pembunuhan terhadap cucu Sang Penutup para nabi? …” </i>(Lihat, Ma'a al-Husen fii Nahdhatih, hal. 295, dan seterusnya). </blockquote><br />
Pada riwayat lain dinyatakan, beliau mengeluarkan kepala dari tandu seraya berkata kepada penduduk Kufah: “Celakalah kalian hai penduduk Kufah! Para lelaki kalian membunuhi kami sementara para wanita kalian menangisi kami. Yang akan menjadi hakim bagi kami atas kalian adalah Allah pada hari ditetapkannya hukuman masing-masing.” (Dikutip oleh Abbas al-Qumi di dalam Nafsu al-Mahmuum, hal. 365. Juga disebutkan oleh Syeikh Ridhla bin Nubi al-Qazwaini di dalam Tadhlimu az-Zahraa', hal. 264) <br />
<br />
Berbagai penjelasan yang gamblang dari para saksi sejarah, baik dari Ahli Bait Nabi saw. Maupun lainnya, yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan dan ulama Syi’ah di atas, telah membongkar kedustaan kelompok Syi’ah sendiri, di mana pada hakikatnya mereka tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa Husen As. telah dicela, dihinakan, dikhianati dan dibunuh oleh orang Syiah sendiri, karena mereka pengecut dan rakus akan kehidupan dunia. <br />
<br />
<u><b>Kedua, Ahlus Sunnah</b></u> <br />
'Ubaidullah bin Ziyâd diutus oleh Yazid bin Muawiyah untuk mengatasi pergolakan di Kufah. Akhirnya, 'Ubaidullah dengan pasukannya berhadapan dengan Husen Ra. bersama keluarganya yang sedang dalam perjalanan menuju Kufah. Pergolakan ini sendiri dipicu oleh orang-orang Syiah yang ingin memanfaatkan Husen Ra.. Dua pasukan yang sangat tidak imbang ini bertemu, sementara orang-orang Kufah yang membujuk Husen Ra., dan berjanji akan membantu dan menyiapkan pasukan justru melarikan diri meninggalkan Husen Ra. dan keluarganya yang berhadapan dengan pasukan Ubaidullah. Sampai akhirnya, terbunuhlah Husen Ra. sebagai orang yang terzhalimi dan sebagai syahid. Kepalanya dipenggal lalu dibawa kehadapan 'Ubaidullah bin Ziyâd dan kepala itu diletakkan di bejana. <br />
<br />
Lalu 'Ubaidullah yang durhaka ini menusuk-nusuk hidung, mulut dan gigi Husen, padahal di situ ada Anas bin Mâlik, Zaid bin Arqam dan Abu Barzah al-Aslami. Anas mengatakan, "Singkirkan pedangmu dari mulut itu, karena aku pernah melihat mulut Rasulullah saw. mencium mulut itu!" Mendengarnya, orang durhaka ini mengatakan, "Seandainya saya tidak melihatmu sudah tua renta yang akalnya sudah rusak, maka pasti kepalamu saya penggal." <br />
<br />
Keterangan:<br />
<br />
Ubaidullah disebut orang durhaka, karena dia tidak diperintah untuk membunuh Husen Ra., namun melakukannya. <br />
<br />
Imam al-Bukhari meriwayatkan:<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنِي حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ بِرَأْسِ الْحُسَيْنِ فَجُعِلَ فِي طَسْتٍ فَجَعَلَ يَنْكُتُ وَقَالَ فِي حُسْنِهِ شَيْئًا فَقَالَ أَنَسٌ كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَخْضُوبًا بِالْوَسْمَةِ</span> </div><br />
"Aku diberitahu oleh Muhammad bin Husen bin Ibrâhîm, dia mengatakan, ‘Aku diberitahu oleh Husen bin Muhammad.’ Kami diberitahu oleh Jarîr dari Muhammad, dari Anas bin Mâlik Ra, dia mengatakan, ‘Kepala Husen dibawa dan didatangkan kepada 'Ubaidullah bin Ziyâd. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu 'Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husen. Anas Ra. mengatakan, ‘Di antara Ahlul bait, Husen adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw.’ Saat itu, Husen Ra. disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan, sejenis pacar yang condong ke warna hitam)." (Lihat, Shahih al-Bukhari, III:137, No. 3538) <br />
<br />
Dalam riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Hibbân, dari Hafshah binti Sirîn, dari Anas Ra dinyatakan :<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> فَجَعَلَ يَقُوْلُ بِقَضِيْبٍ لَهُ فِي أَنْفِهِ</span> </div>"Lalu 'Ubaidullah mulai menusukkan pedangnya ke hidung Husen Ra." (Lihat, Sunan at-Tirmidzi, V:660, No. 3778; Shahih Ibnu Hiban, XV:430, No. 6972)<br />
<br />
Dalam riwayat ath-Thabrâni, dari hadis Zaid bin Arqam disebutkan:<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">فَجَعَلَ يَجْعَلُ قَضِيبًا فِي يَدِهِ فِي عَيْنِهِ وَأَنْفِهِ ، فَقَالَ زَيْدُ بن أَرْقَمَ : ارْفَعِ الْقَضِيبَ ، فَقَالَ : لِمَ ؟ فَقَالَ فَقَدْ رَأَيْتُ فَمَّ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْضِعِهِ</span> </div>"Lalu dia mulai menusukkan pedang yang di tangannya ke mata dan hidung Husen.” Maka Zaid bin Arqam mengatakan, “Angkat pedangmu!” Ia bertanya, “Mengapa?” Ia (Zaid) menjawab, “Sungguh aku pernah melihat mulut Rasulullah (mencium) tempat itu’." (Lihat, al-Mu’jam al-Kabir, V:210, No. 5121)<br />
<br />
Demikian juga riwayat yang disampaikan lewat jalur Anas bin Mâlik :<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَلْثِمُ حَيْثُ تَضَعُ قَضِيْبَكَ قَالَ : فَانْقَبَضَ</span></div> Aku (Anas bin Malik) mengatakan kepadanya, "Sungguh aku telah melihat saw. mencium tempat di mana engkau menaruh pedangmu itu." Lalu Ubaidullah mengangkat pedangnya. (Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, XV:144)<br />
<br />
Demikianlah fakta peristiwa yang sesungguhnya, setelah Husen terbunuh, kepala beliau dipenggal dan ditaruh di bejana. Selanjutnya mata, hidung dan gigi beliau ditusuk-tusuk dengan pedang oleh 'Ubaidullah, orang durhaka itu. Para Sahabat Ra. yang menyaksikan tindakan itu segera mencegahnya agar ia menyingkirkan pedang itu, karena mulut Rasulullah pernah menempel tempat itu. Alangkah tinggi rasa hormat mereka kepada Rasulullah saw. dan alangkah sedih hati mereka menyaksikan cucu Rasulullah saw., orang kesayangan beliau dihinakan di depan mata mereka.<br />
<br />
Dari sini, kita mengetahui betapa banyak riwayat palsu tentang peristiwa ini yang menyatakan bahwa “kepala Husen diarak sampai diletakkan di depan Yazid bin Muawiyah. Para wanita dari keluarga Husen dikelilingkan ke seluruh negeri dengan kendaaraan tanpa pelana, ditawan dan dirampas.” Semua ini merupakan kepalsuan yang dibuat Rafidhah (Syiah). Karena Yazid bin Muawiyah saat itu sedang berada di Syam, sementara kejadian memilukan ini berlangsung di Karbala, Irak.<br />
<br />
Syekh Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Dalam riwayat dengan sanad yang majhul (tidak dikenal) dinyatakan bahwa peristiwa penusukan ini terjadi di hadapan Yazid. Kepala Husen dibawa kehadapannya dan dialah yang menusuk-nusuknya gigi Husen. Disamping dalam cerita (dusta) ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa cerita ini bohong, maka—untuk diketahui juga—para Sahabat yang menyaksikan peristiwa penusukan ini tidak berada di Syam, akan tetapi di negeri Irak. Justru sebaliknya, riwayat yang dibawakan oleh beberapa orang menyebutkan bahwa Yazid tidak memerintahkan 'Ubaidullah untuk membunuh Husen." (Lihat, Minhâj as-Sunnah an-Nabawiyyah, IV:557)<br />
<br />
Yazid bin Muawiyah sangat menyesalkan terjadinya peristiwa menyedihkan itu. Karena Mu'awiyah berpesan agar berbuat baik kepada kerabat Rasulullah saw. Maka, saat mendengar kabar bahwa Husen dibunuh, mereka sekeluarga menangis dan melaknat 'Ubaidullah. Hanya saja dia tidak menghukum dan mengqisas 'Ubaidullah, sebagai wujud pembelaan terhadap Husen secara tegas. (Lihat, Minhâj as-Sunnah an-Nabawiyyah, IV:557)<br />
<br />
Jadi memang benar, Husen Ra. dibunuh dan kepalanya dipotong, tapi cerita tentang kepalanya diarak, wanita-wanita dinaikkan kendaraan tanpa pelana dan dirampas, semuanya dhaif (lemah). Alangkah banyak riwayat dhaif serta dusta seputar kejadian menyedihkan ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyyah di atas.<br />
<br />
Selain itu pula, kisah pertumpahan darah yang terjadi di Karbala ditulis dan diberi “bumbu penyedap” berupa berbagai cerita tambahan yang dusta. Tambahan-tambahan dusta ini bertujuan untuk menimbulkan dan memunculkan fitnah perpecahan di tengah kaum muslimin.<br />
<br />
Sehubungan dengan itu, di sini perlu ditegaskan sikap Ahlus Sunnah terhadap tragedy Karbala, bahwa: Husain Ra. bukanlah pemberontak. Sebab, kedatangannya ke Kufah, Irak, bukan untuk memberontak. Seandainya mau memberontak, beliau dapat mengerahkan penduduk Mekah dan sekitarnya yang sangat menghormati dan menghargai beliau. Karena, saat beliau di Mekah, kewibaannya mengalahkan wibawa para Sahabat lain yang masih hidup pada masa itu di Mekkah. Beliau seorang alim dan ahli ibadah. Para Sahabat sangat mencintai dan menghormatinya. Karena beliaulah Ahli Bait yang paling besar. Oleh karena itu, ketika dalam perjalanannya menuju Irak dan mendengar sepupunya Muslim bin 'Aqîl dibunuh di Kufah, Irak, beliau berniat untuk kembali ke Mekkah. Akan tetapi, beliau ditahan dan dipaksa oleh kelompok Syiah di Kufah untuk berhadapan dengan pasukan 'Ubaidullah bin Ziyâd. Akhirnya, beliau tewas terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan mati syahid. Demikian uraian singkat tentang tragedi Karbala, tempat terjadinya pembunuhan Husen Ra.<br />
<br />
Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.<br />
<br />
Kita memohon kepada Allah swt. agar menghindarkan kita semua dari berbagai fitnah yang disebarkan oleh kelompok Syi’ah, <i>laknatullaah ‘alaihim</i>. </div><sup><a href="#page-1">1</a></sup> <sup><a href="#page-2">2</a></sup> <sup><a href="#page-3">3</a></sup> <sup><a href="#page-4">4</a></sup> <sup><a href="#page-5">5</a></sup> <sup><a href="#page-6">6</a></sup></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-62305420490564927812013-11-22T02:38:00.001+07:002013-11-22T02:50:41.201+07:00Islam dan Sekularisme<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-65gQ3fL6FDQ/Uo5gAi-faHI/AAAAAAAAAk8/AOHqKOLiMFk/s1600/islam+dan+sekularisme.jpg" title="Buku yang secara khusus membahas Islam dan Sekularisme" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="277" src="http://2.bp.blogspot.com/-65gQ3fL6FDQ/Uo5gAi-faHI/AAAAAAAAAk8/AOHqKOLiMFk/s400/islam+dan+sekularisme.jpg" width="400" /></a></div>
<ol>
<li>
Islam adalah agama dunia dan akhirat, yaitu agama yang membawa kebahagiaan dan kesejahteraan manusia, materi dan spiritual, di dunia dan akhirat.
</li>
<br />
<li>
Setiap aktivitas muslim di segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual, merupakan ibadah atau pengabdian kepada Allah <i>Subhaanahu wa Ta'ala</i>. Oleh karena setiap bidang kehidupan manusia muslim merupakan arena ibadah atau pengabdian kepada Allah <i>Subhaanahu wa ta'ala</i>, maka bagi setiap muslim tidak ada satu pun yang lepas dari kegiatan beragama (melaksanakan ajaran agama), dari wahyu, dan dari peranan--pengawasan dan penguasaan--Allah <i>Subhaanahu wa ta'ala</i>.</li>
<br />
<li><b>Secara Historis</b>, <i>Sekularisme</i> --sebagaimana juga <i>Marxisme</i>-- timbul di barat sebagai reaksi terhadap <i>kristianisme</i> pada akhir abad pertengahan.
<br />
Sekularisme adalah satu isme dalam kultur yang memiliki ciri berikut.
<ol>
<li>Secara sadar mengonsentrasikan atau memusatkan perhatian semata-mata kepada masalah duniawi.</li>
<li>Dengan sadar pula mau mengasingkan dan menyisihkan peranan agama atau wahyu dan Tuhan dari pelbagai segi kehidupan.<sup><a href="#1">[1]</a></sup></li>
</ol>
</li>
<br />
<li>Islam, sebagai agama dunia dan akhirat, sangat memperhatikan masalah duniawi. Akan tetapi masalah duniawi ini tidak dapat dilepaskan dari masalah ukhrawi, tak dapat dipisahkan dari agama atau wahyu dan Tuhan.
<br />
<br /> Islam dapat sejalan dengan sekularisme dalam hal --sama-sama-- memperhatikan masalah duniawi. Akan tetapi, Islam secara prinsip menolak sekularisme karena yang terakhir ini dalam rangka memusatkan perhatiannya kepada masalah dunia itu, telah secara sadar memalingkan muka dari agama atau wahyu dan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ummat Islam menentang sekularisasi karena sekularisasi adalah proses yang membawa orang, golongan, atau masyarakat semata-mata berhaluan duniawi, kian lama kian memalingkan muka dari nilai-nilai norma-norma Ilahi yang abadi, kian lama kian memalingkan muka dari agama atau wahyu dan Tuhan.<sup><a href="#2">[2]</a></sup>
<br />
<br />
Di lain sisi, Islam adalah agama harmoni, agama keseimbangan antara dunia akhirat.</li>
</ol>
</div>
___________________<br />
<div class="footnote">
<!--Isi pootnote-->
<a name="1">[1]</a>Osman Raliby, <i>Kamus Internasional</i>, Jakarta, 1956, hlm. 403-404. <i>Secular</i>, (Ing. dari Lat. <i>Secularis</i> dan <i>Seculum</i>, 'abad', 'dunia'), bersifat keduniaan atau kefanaan (temporal) sebagai lawan daripada keakhiratan atau keabadian (eternal); dimaksudkan: tidak di bawah pengawasan gereja.<br />
<i>Secularist, </i>orang yang berpendapat bahwa pendidikan dan soal-soal sipil lainnya harus jauh dari unsur-unsur keagamaan; paham seperti itu disebut sekularisme.<br />
<br />
<a name="2">[2]</a>T.S.G. Mulia dan K.H. Hidding, <i>Ensuklopedia Indonesia</i>, artikel <i>Sedulerisasi</i>: <i>Sekularisasi</i> (dari bahasa Latin), 1. Istilah yang dipakai untuk menyatakan suatu proses yang dengan demikian rupa berlakunya, sehingga orang-orang, golongan atau masyarakat yang bersangkutan semakin berhaluan duniawi, artinya semakin memalingkan mukanya dari agama, atau semakin kurang memedulikan nilai-nilai atau norma-norma yang dianggap kekal dan sebagainya. Dalam kebudayaan barat, hal semacam ini tampak misalnya di mana sehabisnya zaman pertengahan dan di zaman pencerahan (<i>Aufklarung</i>); 2. Penyitaan hak milik gereja yang dilakukan oleh badan-badan masyarakat, serikat kerja atau negara. Kejadian semacam ini tampak misalnya di Rusia sewaktu dan sesudah revolusi tahun 1917.<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Ditulis ulang dari buku <i>Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, </i>Karya: <b>H. Endang Saefuddin Anshari, M.A.</b> (2004), Jakarta, Gema Insani Press, hlm: 183-184</blockquote>
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-85438818342431806602013-10-09T19:46:00.001+07:002013-10-15T21:18:50.770+07:00Menengok Isi kitab Taurat Lewat Buku "Naskah Laut Mati" serta Bandingannya dengan Ajaran Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-IKozn9RSvL8/UlUmBs9eR6I/AAAAAAAAAhg/0uRoxvmvQjs/s1600/Books+Naskah+Laut+Mati.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-IKozn9RSvL8/UlUmBs9eR6I/AAAAAAAAAhg/0uRoxvmvQjs/s320/Books+Naskah+Laut+Mati.jpg" width="251" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 2-8 Oktober 2013 kemarin, IKAPI Jabar bersama pemerintah kota Bandung kembali mengadakan acara rutin pameran buku, yang bertempat di gedung Landmark, Bandung. Tadinya saya sudah pesimis untuk bisa mengunjungi pameran tersebut. Maklum keuangan saya, meski awal bulan, kondisinya masih tipis. Dan dua hari sebelum pameran itu berakhir <i>alhamdulillah</i> Allah memberi jalan kepada saya untuk bisa mengunjunginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak buku yang ditawarkan dengan harga murah di pameran buku tersebut, tapi tidak bisa saya beli lantaran keterbatasan uang untuk membelinya. Walhasil saya harus mutar-mutar penuh teliti untuk memaksimalkan uang bisa membeli buku berkualitas dengan harga yang menggiurkan. Ya.. meski pun capek, setidaknya hal itu bisa terobati dengan ditemukannya buku-buku yang lumayan berkualitas. Salah satu buku yang saya beli adalah berjudul "<i><b>Naskah Laut Mati</b></i>" terbitan Serambi. Harga awal dalam bandrol adalah Rp. 79.900 dan harga setelah discontnya Rp. 23.000. Sebuah harga yang sangat pantastis, bukan? Makanya tanpa pikir panjang buku itu langsung saya beli. Lalu apa isi buku tersebut? Awalnya saya menduga bahwa buku tersebut berisikan kajian tentang manuskrip peninggalan ummat Islam di masa keemasannya. Tapi ternyata dugaan saya itu salah total.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="background-color: #f1f1f1; clear: none; color: #666666; font-family: Oswald, sans-serif; font-size: 26px; font-weight: 400; line-height: 31px; margin: 0px 0px 5px; text-align: justify;">
Apa itu <i>"Naskah Laut Mati"</i>?</h3>
<div style="text-align: justify;">
Naskah Laut Mati (<i>Dead Sea Scrolls</i>) merupakan sebutan untuk manuskrip yang berisikan sejarah, ajaran agama, do'a, tafsir kitab, maupun aturan-aturan yang tujuan asalnya kemungkinan besar diperuntukan sebagai panduan hidup setiap pengikut sekte Yahudi yang menyusun manuskrip tersebut. Dalam pendahuluannya, penyusun buku <i>Naskah Laut Mati</i> menjelaskan bahwa gulungan manuskrip Laut Mati tersebut ditemukan pada tahun 1946-1947 oleh orang Bedouin dari suku Taamireh di beberapa goa kecil dan sempit di dataran gurun Yudea. Bentuk manuskrip tersebut ditulis dengan bahasa Arama (induk bahasa Arab maupun Ibrani sekarang) dengan pola penulisan dari kanan ke kiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-LgPeP3gNU00/UlUlsIe1hpI/AAAAAAAAAhI/4ku7yJdSicE/s1600/isaiah-scroll.l.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="169" src="http://4.bp.blogspot.com/-LgPeP3gNU00/UlUlsIe1hpI/AAAAAAAAAhI/4ku7yJdSicE/s320/isaiah-scroll.l.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah membaca buku <i>"Naskah Laut Mati"</i>, yang merupakan terjemahan dari buku <i>The Dead Sea Scrolls</i> karya Michael O Wise dkk, di bab yang berjudul "Dokumen Damaskus (CD)", sebenarnya saya sendiri bisa menarik kesimpulan bahwa manuskrip ini dibuat pada masa kaum Yahudi tengah mengalami kondisi <i>fatrah</i> (masa kekosongan wahyu) dan sedang menunggu kehadiran Mesias yang dijanjikan (nabi Isa <i>'alaihissalam</i>).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam awal bab tersebut, naskah yang disajikan berisi peringatan terhadap kaum Yahudi agar mereka selalu hidup penuh taat pada ajaran <i>nabiyullah</i> Musa dan Harun agar tidak terjadi kembali azab yang pernah menghancurkan nenek moyang mereka yang berusaha mengingkarinya. Si penulis naskah kemudian menjabarkan kembali beberapa kejadian azab yang pernah menimpa kaumnya tersebut. Sehingga dengan pola penulisan itu bisa kita pahami bahwa sampainya mereka di daerah sekitar Laut Mati adalah buah dari usaha Hijrah mereka dalam menyelamatkan diri dari azab yang Allah timpakan kepada kaumnya di tempat asal mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="background-color: #f1f1f1; clear: none; color: #666666; font-family: Oswald, sans-serif; font-size: 26px; font-weight: 400; line-height: 31px; margin: 0px 0px 5px; text-align: justify;">
Tentang Syari'at dalam kitab Taurat</h3>
<div style="text-align: justify;">
Selain berisikan tentang penjabaran azab-azab yang pernah dialami oleh kaum Yahudi dari pertama hingga masa si penulisnya hidup, manuskrip ini juga memuat berbagai ajaran hukum yang ditetapkan kitab Taurat yang diwahyukan untuk pedoman hidup mereka. Dari mulai kewajiban yang sifatnya ritual ibadah, sosial (<i>mu'amalah</i>), tata aturan hubungan gender, hingga tuntunan pengobatan dan tindakan prepentif terhadap suatu penyakit akan kita jumpai di sana. Sehingga dengan membaca buku ini setidaknya kita bisa mengetahui ragam ajaran yang pernah diberlakukan kaum Yahudi di masa yang masih dekat dengan hidupnya nabi mereka (Musa dan Harun <i>'alaihimassalam</i>).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-D70I5xd30jA/UlUmR2CfNHI/AAAAAAAAAho/zNSW3X2wWJ4/s1600/dss.collections.imj.org.il.png" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="379" src="http://3.bp.blogspot.com/-D70I5xd30jA/UlUmR2CfNHI/AAAAAAAAAho/zNSW3X2wWJ4/s640/dss.collections.imj.org.il.png" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Tampilan situs http://dss.collections.imj.org.il yang berhasil saya prinscreen</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Bagi kalangan Yahudi dan Kristen sendiri, ditemukannya manuskrip ini merupakan sesuatu yang sangat dibanggakan. Lewat manuskrip ini mereka bisa mengkaji ulang sejarah dan ajaran agama mereka lewat data sejarah yang ditulis lebih dari 2000 tahun yang lalu itu. Tidak heran apabila kemudian pihak <i>google</i> sendiri bersedia mengadakan kerjasama dengan <span style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; font-weight: bold; line-height: 19px;">The Israel Museum </span> dalam mendokumentasikan manuskrip tersebut ke dalam photo-photo yang kemudian disajikan dalam sebuah website dan bisa diakses oleh seluruh dunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #f1f1f1; color: #666666; font-family: Oswald, sans-serif; font-size: 26px; line-height: 31px;">Ajaran Taurat dalam Manuskrip Laut Mati dan Kesamaannya dengan Ajaran Islam</span></div>
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-XbAptiikTlU/UlUl4bdoDtI/AAAAAAAAAhY/J-yeyhO6uZo/s1600/view+news-dead.scroll1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="238" src="http://3.bp.blogspot.com/-XbAptiikTlU/UlUl4bdoDtI/AAAAAAAAAhY/J-yeyhO6uZo/s320/view+news-dead.scroll1.jpg" width="320" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Bagi kita, ummat Islam, dengan ditemukannya manuskrip laut mati ini juga bisa menjadi bahan kajian yang banyak manfaatnya, terutama dalam melakukan perbandingan antara ajaran Islam dengan ajaran Taurat yang sudah diakui secara mutlaq oleh ajaran Islam sebagai wahyu yang harus diimani pernah diturunkan Allah sebelum al-Qur'an. Meski isi ajaran Taurat tidak dianjurkan untuk kita amalkan, karena Al-Qur'an sendiri adalah penyempurna buat wahyu-wahyu sebelumnya, setidaknya dengan kita mengkaji manuskrip ini bisa menemukan letak kesamaan ajaran syari'at maupun bukti kebenaran sejarah tentang Yahudi yang diberitakan Al-Qur'an. Kabar kebiasaan buruk para pembangkang dari kaum Yahudi yang diberitakan Al-Qur'an suka merubah isi Al-Kitab, suka membunuh para nabi dan orang yang memerintahkan kebenaran dengan tanpa haq (Surah Ali Imran: 21 ), bisa kita baca penegasan kebenaran kondisi tersebut dalam manuskrip ini (<i>lihat</i> hlm: 96-97 di buku Naskah Laut Mati).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga dengan macam-macam hukum yang disyari'atkan dalam kitab Taurat ternyata memiliki letak persamaan dengan apa yang disyari'atkan Islam. Kewajiban bersuci ketika berhadas, dilarangnya memasuki tempat ibadah bagi orang yang sedang berhadas besar maupun wanita sedang haid, adanya waktu haram melakukan hubungan suami istri ketika <i>haid</i> dan <i>nifas</i> (masa pensucian pasca melahirkan pada perempuan), diharamkannya memakan darah dan makanan yang dipersembahkan kepada selain Allah, kewajiban laki-laki untuk dikhitan (karena merupakan bagian terpenting dalam bersuci dari najis), adalah sederet hukum-hukum yang ada dalam Islam dan ternyata juga diberlakukan kepada kaum Yahudi. Selain itu, kewajiban zakat pun ternyata sudah pernah diberlakukan kepada kaum Yahudi itu. Bahkan persentase kewajiban zakatnya sendiri lumayan besar, rata-rata mencapai 10% dalam setiap macam zakatnya. Untuk lebih jelasnya bisa saudara baca dari hlm:114-145. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-9hzo-4_FdDA/UlUvyKlHdtI/AAAAAAAAAh4/MVLa_nWd0OQ/s1600/gulungan-laut-mati-dead-sea-scrolls.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="460" src="http://4.bp.blogspot.com/-9hzo-4_FdDA/UlUvyKlHdtI/AAAAAAAAAh4/MVLa_nWd0OQ/s640/gulungan-laut-mati-dead-sea-scrolls.jpg" width="640" /></a></div>
Lantas kenapa terdapat perbedaan yang sangat jauh antara ajaran agama yahudi dan kristen sekarang dengan isi ajaran taurat? Tentu hal ini menjadi penguat atas ajaran Islam bahwa autentitas ajaran mereka benar-benar sudah diragukan, atau kebenaran ajaran mereka sudah bercampur baur dengan ajaran agama luar yang pada mulanya justru ditidak bolehkan.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini menurut saya patut dibaca oleh orang-orang yang suka sejarah atau yang ingin mengetahui sejarah. Bagi anda yang belum terbiasa membaca buku-buku perbandingan agama mungkin akan banyak menemukan istilah-istilah yang kurang familiar di buku ini, bahkan sulit untuk difhami. Begitu juga dengan nama-nama tokoh yang kurang kita kenal. Untuk itu setidaknya buku "<i>Sejarah Tuhan</i>" karya Karen Armstrong maupun buku "<i>Agama-Agama Manusia</i>" karya Huston Smith perlu juga anda baca untuk lebih mempermudah dalam membaca buku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri belum bisa membaca keseluruhan buku Naskah Laut Mati ini sehingga belum bisa mengetengahkan pandangan secara keseluruhan isi bukunya. Mungkin di waktu setelah saya beres membacanya, jika ada hal-hal yang dipandang penting untuk dibahas kembali, akan saya buatkan lagi bahasan di postingan berikutnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini hanya sekedar opini dari saya selaku pembaca. Mohon maaf jika banyak kekeliruan di dalamnya. dan semoga ada guna dan manfaatnya. T E R I M A K A S I H.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-77721586672684272502013-09-26T03:37:00.001+07:002013-09-26T03:40:09.630+07:00Apa NgeBlog Lebih Baik Isinya Coretan Biasa Saja??? (Renungan Dunia COPAS)<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-HAr94dAzBCk/UkM7fQZ6NKI/AAAAAAAAAgo/Vpf9_NqFMZw/s1600/Dunia+COPAS+internet.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="205" src="http://3.bp.blogspot.com/-HAr94dAzBCk/UkM7fQZ6NKI/AAAAAAAAAgo/Vpf9_NqFMZw/s320/Dunia+COPAS+internet.png" width="320" /></a></div>
Dua hari ini waktu internetan saya dihabiskan dengan mengacak-acak kata untuk dimasukan ke kolom <i>search</i> embah Google. Kegiatan iseng yang mengisi kejenuhan waktu saya selama berinternet ria. Tapi meski pun iseng, hasilnya sih ada saja, meski sedikit. Dan hasil yang sedikit itu nyatanya membuat pikiran saya harus bekerja memutar pilihan antara menulis dengan usaha maksimal yang menelurkan nilai-nilai luhur di dalamnya, atau cukup mencoret-coretkan kata biasa saja.<br />
<br />
Tulisan saya di dunia blog memang terhitung amat sedikit yang isinya betul-betul memenuhi nilai akademis atau ilmiah. Namun jika melihat karya yang masih sedikit itu dicopas habis-habisan dengan tanpa melampirkan sumber asalnya, maka renungan yang berisikan pertimbangan konyol pun tidak heran jika terlintas kembali dalam pikiran ini.<br />
<br />
Tentu saja keadaan semisal tema yang sedang diangkat oleh saya sekarang ini bukan alasan yang pantas untuk ditujukan sebagai keinginan mundur dalam usaha tulis menulis, melainkan mencoba untuk kembali menyadarkan diri sendiri akan kondisi sebenarnya yang tengah terjadi di sekitar kehidupan saya sekarang ini. <br />
<br />
Dunia <i>copy-paste</i> yang tanpa kendali memang masih menjadi budaya yang tidak henti-hentinya berkembang di sekitar kita. Hal ini tidak hanya terjadi di dunia maya (internet), yang penghuninya sekarang sudah tidak terbatasi oleh kalangan-kalangan masyarakat tertentu saja, tapi di dunia akademis yang seharusnya lebih menjunjung tinggi nilai ilmiah saja ternyata budaya <i>copy-paste </i>tanpa etika ilmiah masih saja terjadi. Sebuah karya tulis orang yang disusun dengan penuh pertimbangan ilmu, pemikiran dan pengetahuan yang dimilikinya bisa dengan mudah dicomot tanpa permisi. Hal tersebut sering saya saksikan juga di saat masih duduk di bangku kuliah dulu.<br />
<br />
Penyebab tumbuhnya budaya semacam itu memang ada yang dilatarbelakangi oleh ketidak tahuan terhadap etika tulis-menulis yang seharusnya diberlakukan, ada juga yang disebabkan oleh sikap malas dari individunya sendiri. Yang jelas, menumbuhkan kesadaran dan kefahaman etika <i>copy-paste</i> ini, sekarang saya insafi betul, masih menjadi tantangan besar jika hendak diperbaiki. Merubah budaya sebuah masyarakat tidak cukup hanya dengan diberlakukannya hukum positif, tapi juga dibutuhkan usaha dari kalangan masyarakat yang sudah sadar untuk terus berjuang menegakkannya hingga hal itu tumbuh menjadi budaya yang memperbaikinya.<br />
<br />
Kenapa kita harus tetap konsisten menjunjung tinggi nilai ilmiah dalam dunia tulis menulis, adalah disebabkan kepedulian kita terhadap masa depan perkembangan informasi yang akan semakin kacau jika hal itu tidak kita usahakan. Sebuah informasi tidak akan lagi mudah untuk ditelusuri kebenarannya, jika metode ilmiah dalam dunia kepenulisan tidak lagi diterapkan. Kondisi masyarakat luas akan cepat terpropokasi berita bohong, pemikiran dan kepercayaannya mereka akan penuh dengan kekeliruan yang menyesatkan, dan pandangan penilaian mereka akan mudah dihinggapi kepalsuan, jika dalam setiap berita yang mereka terima sumber asalnya tidak lagi dipandang penting untuk dikabarkan. Pada akhirnya masyarakat tumbuh menjadi pengekor buta yang tidak lagi memperdulikan benar dan salah. Sebuah awal dari ciri-ciri atau gejala situasi kemunduran total suatu zaman selangkah lagi menjadi keharusan.<br />
<br />
Wal hasil, pandangan saya sekarang ini terkait persoalan menyantumkan sebuah sumber rujukan di kala kita menyebar luaskan sesuatu hasil mengutip atau mengambil dari karya orang lain adalah bukan semata-mata usaha untuk mengharkai pembuatnya, tapi lebih kepada tujuan luhur kita menjaga peradaban sebuah zaman.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-40270736598258332842013-09-20T13:41:00.001+07:002013-09-20T14:25:33.290+07:00Benarkah Krisis Ekonomi Jadi Faktor Dominan Gejolak Sosial di Indonesia, seperti di Eropa mengakibatkan 5 ribu warganya bunuh diri?<div style="text-align: justify;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-GABhWFNoLD4/Ujvw9Wp-XwI/AAAAAAAAAfs/uRiKg9Uwt8M/s1600/gantung-diri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-GABhWFNoLD4/Ujvw9Wp-XwI/AAAAAAAAAfs/uRiKg9Uwt8M/s400/gantung-diri.jpg" width="400" /></a>Sebuah berita yang dipublikasikan <a href="http://internasional.kompas.com/read/2013/09/20/0753376/Ribuan.Orang.Bunuh.Diri.di.Eropa.dan.Amerika.Serikat">Kompas.Com</a> tadi pagi, dengan mengutif isi berita <b><i>the British Medical Journal</i></b> yang dilansir pada hari Selasa (17/9/2013), menyebutkan hasil penelitian para ahli kesehatan dari Oxford University, bahwa krisis ekonomi yang melanda Eropa dan AS sejak tahun 2008 ternyata memicu aksi bunuh diri masyarakat yang hidup di belahan dunia tersebut. Mereka berkata sesuai data yang didapatnya bahwa angka kematian satu tahun setelah krisis ekonomi tersebut melanda Eropa dan AS, aksi bunuh diri menjadi kian melonjak. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 5000 jiwa meninggal diakibatkan aksi bunuh diri. Bahkan gejala psikis itu pun melanda Inggris juga yang mencatat angka kematian dengan sebab bunuh diri sebanyak 3000 jiwa di tahun yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini merupakan sebuah berita yang sangat mencengangkan bagi siapa pun yang membacanya. Apalagi jika faktor pemicunya itu hanya disebabkan oleh kondisi ekonomi mereka yang melemah. Sebuah kondisi yang tidak bisa difahami oleh <i>mineset</i> (pola fikir) kita yang hidup di Indonesia, Palestina, Mesir, dan negeri-negeri berpenduduk muslim lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 tentu lebih parah kondisinya bila dibanding dengan krisis ekonomi yang dialami oleh Eropa tahun 2008 lalu. Saya sekeluarga sendiri menjalani hidup di masa krisis 1998 hingga tidak bisa makan nasi yang layak. Lauk pauk berupa hasil tanaman dari kebun pun tidak bisa digoreng dengan minyak goreng karena harganya yang sangat tak terjangkau. Dan hal itu tidak terdengar sampai terjadi di Eropa. Tapi gejolak sosial hingga mengakibatkan bunuh diri di Indonesia pada tahun 1998 tidak separah itu. Begitu juga di Mesir, Suriah, Palestina, Irak, dan negeri-negeri Muslim yang tengah mengalami konflik perang, kondisi mereka yang lebih mengenaskan tidak menjadi pemicu tumbuhnya sikap pesimis yang mendorong diri untuk melakukan aksi bunuh diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu ini menjadi sebuah cerminan bagi kita bahwa pandangan kita selama ini terhadap masyarakat Eropa begaya-hidupkan <i>individualis</i> dan <i>materialis </i>itu benar adanya. Hanya pandangan hidup seperti itulah yang menjadikan krisis ekonomi sebagai bencana besar buat kematian mental seseorang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan seharusnya para politikus Indonesia berfikir jernih dalam menyikapi warga bangsa yang ingin dikelolanya. Tidak lah pantas untuk berkuasa bagi seorang penggerak politik suatu bangsa yang tidak memahami landasan hidup warga bangsanya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah sepantasnya para politikus Indonesia sekarang untuk tidak lagi mengangkat isu kemajuan ekonomi sebagai faktor utama kekuatan bangsa. Sebab faktor dominan, atau utama, yang menguatkan masyarakat bangsa Indonesia bukanlah ekonomi. Melainkan faktor agama yang dianut oleh warga terbesar bangsa ini. Kebobrokan moral, kelemahan mental, dan kericuhan sosial yang terjadi di Indonesia selama ini pemicu terbesarnya bukanlah faktor krisis ekonomi, tapi faktor keberagamaan yang selalu dipandang remeh oleh para pemimpin bangsa ini. Tragedi poso, tragedi tanjung priuk, tragedi perzinahan yang meraja lela, adalah fakta nyata yang disebabkan oleh terjadinya persoalan dalam hal agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai para politikus, berhentilah merendahkan kaum miskin yang masih jadi mayoritas di negeri ini, dengan mengatakan kemiskinan sebagai pemicu gejala kemerosotan sosial. Sayangilah mereka, hargailah mereka, dengan cara kalian mulai bergerak menyusun strategi kongkrit membesarkan mereka dan benar-benar mengabdi untuk kemajuan negeri ini ke arah kemajuan yang hakiki!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga tulisan ini menjadi bahan renungan buat kita semua....</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-2558244964784825142013-08-10T22:29:00.003+07:002013-08-10T22:43:16.048+07:00Di Ambang Batas Waktu, Aku Masih Bisa Menunggu<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-F5N-sc3rM34/UgZeLJAIMoI/AAAAAAAAAfI/oKwc6FPkrAc/s1600/04072013007.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="http://3.bp.blogspot.com/-F5N-sc3rM34/UgZeLJAIMoI/AAAAAAAAAfI/oKwc6FPkrAc/s640/04072013007.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b><i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Di batas waktu sang malam menepati janjinya,<br /> akan datang di kala mentari terbenam,<br /> Merah jingga di upuk barat kian terhapus gelap,<br /> Sesaat dimana nyala lampu-lampu kota gantikan sang surya.<br /> <br /> Dalam langkah kaki menuju gedung berkubah bulan bintang<br /> Masih sempat aku saksikan perubahan alam mengisi jejak kehidupan.<br /> </span></i></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b><i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Dari kubah yang jadi titik pusat aku tujukan kaki ini melangkah,<br /> suara adzan melantunkan<span class="text_exposed_show"> irama kerinduan,<br /> untuk sujudnya setiap makhluq berakal bernama insan.<br /> <br /> Ambang batas masa yang sempat kusaksikan, kuni'mati, serta kuisi,<br /> Nyatanya bukanlah batasan akhir hayat ini menjadi mayat.<br /> Aku masih bisa melangkah, bersujud, dan berharap.<br /> <br /> Di ambang batas penantian janji yang telah kuucapkan,<br /> Bintang-bintang yang kerlipkan cahaya dari tempat nun jauh di sana<br /> Adalah teman-teman setiaku saat menanti rembulan menjadi penerang jalan.<br /> <br /> Wahai rembulan sayang....<br /> Masihkah engkau akan datang?</span></span></i></b></span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">******</span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Bandung, 27 Juli 2013 </span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-46905034888275849462013-08-10T22:10:00.000+07:002013-08-10T22:11:25.068+07:00Cintaku Di Seberang Penantian<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Untaian rasa hampa itu masih terbentang panjang<br /> Melilit waktu di saat sepi, <br /> menjerat masa di kala jaga<br /> <br /> Aku masih bertanya-tanya<br /> Tentang sosoknya yang belum bisa tersapa mata<br /> <br /> Duhai sang rembulan harapan...<br /> Akankah engkau datang melipur kehampaan ini<br /> Berdiri di samping tempatku berdiri, <span class="text_exposed_show"><br /> dan kudengar tutur lembut nasehat dan semangatmu<br /> Dan kulihat ketabahan dari buliran tajam sorot matamu<br /> Meneguhkanku<br /> Menegaskan kekokohan tekad<br /> Bahwa engkau Benar-benar siap mendampingiku</span></span></i></span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">******</span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">Bandung, 6 Agustus 2013 </span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-38040857114019101192013-08-10T21:58:00.001+07:002013-08-10T21:58:54.972+07:00Kesendirianku<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Sebelum gerbang alam qubur itu terbuka<br /> Hembusan angin sepi dan aroma hampanya sudahlah duluan kurasa<br /> Kesendirian, keterasingan, makin hari kian terasa<br /> Oleh teman yang nyatanya tidak sehaluan<br /> Oleh wanita yang tak mau balas mencinta<br /> Oleh keluarga yang telah jauh terpisah lama...<br /> <br /> Oh waktu yang berguguran termakan usia<br /> Bila saja malam selalu senang berdampingan dengan siang<br /> dan bulan gembira berteman<span class="text_exposed_show"> dengan sang fajar<br /> Izinkan pagi di hidupku dan senja di batas usia<br /> Menorehkan kembali segaris pesan senyuman<br /> Bahwa aku sejatinya memiliki teman <br /> Bahwa aku juga tercipta ada yang mencinta...<br /> <br /> Dari balik terowong harapan aku lantunkan <br /> Semoga angin sepi dan aroma hampa itu pergi<br /> seiring hadirnya engkau, duhai teman....</span></span></span></i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-81262971135629951532012-10-06T20:56:00.000+07:002013-09-30T16:05:26.501+07:00Karna Dia Kucinta<i>Karena dia kucinta </i><br />
<i>Sorot mata biasa pun kini terlihat mempesona, penuh makna </i><br />
<i>Tak perlu nada, suara bicaranya pun terdengar merdu buatku rindu </i><br />
<br />
<i>Karena dia kucinta </i><br />
<i>Senyum sapanya kini jadi hiasan terindah pelupuk mata</i><br />
<i>Saat mengenangnya dikala jauh, </i><br />
<i>Saatku mengingatnya dikala rapuh </i><br />
<br />
<i>Karena dia kucinta </i><br />
<i>Cemburu dan marah pun kian mudah merasuk kalbu</i><br />
<i>Kala kudapati Sedikit katanya yang tak seiya </i><br />
<i>Sedikit lakunya yang tak sekufu </i><br />
<br />
<i>Oh cinta </i><br />
<i>Sebegitu mudahkah kau mengubah rasa </i><br />
<i>Membolak-balikkan suasana hati, </i><br />
<i>dari rindu menjadi benci </i><br />
<i>dari tenang jadi gelisah </i><br />
<br />
<i>Bila saja dia tak kucinta, mungkin tak kan begini kumenyikapinya.
</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-43160988089513292582012-10-06T20:03:00.002+07:002013-09-30T16:07:33.771+07:00 Aku Pun Merasa Tak Pantas<div align="justify">
Ketika rasa ini mulai tumbuh dalam gumpalan hatiku, akar-akarnya menghujam kuat ke dasar palungnya dan ujung kuncupnya melebar jadi dedaunan yang rimbun ke permukaan mata dan logikaku, aku hanya sanggup menyiramnya di kala subuh hari agar orang lain tak mampu melihat aku menyiramnya. Aku pendam sekuat tanah mengubur jasad-jasad tak bernyawa hingga tak lagi tercium baunya.<br />
<br />
Meski sesak menahan rasa yang tumbuh semakin kokoh dan kuat mendorong benteng pertahananku, sebisa mugkin aku pertahankan begitu adanya. Aku tak kuasa membiarkan rasa ini berbunga diatas pot pelataran hidupku hingga orang lain bisa sebebas mungkin melihat perkembangannya. Aku tak bisa membiarkan hal itu terjadi, sebab aku merasakan bahwa aku tak pantas memiliki rasa ini. Aku tak pantas memiliki dan memelihara rasa ini.
Bukan karena bentuk rasa itu permukaannya jelek.<br />
<br />
Bukan lantaran nilai rasa itu terpotret hina. Bukan pula karena rasa itu tak berharga. Bukan! Tapi justru karena rasa itu terlalu indah, nilai rasa itu terlalu istimewa, dan kedudukan rasa itu terlalu bermakna, hingga aku minder memilikinya.<br />
<br />
Aku yang dalam menjalani sisa-sisa usia didunia ini tak semulus seperti apa yang kau lalui, aku yang dengan fisik tak menarik ini tertatih-tatih dalam langkah yang tak setegak langkahmu menyusuri jalanan yang datar lagi lurus penuh taqwa dan tawaddu itu, memang tak seharusnya mengidamkan kebahagiaan hidup bersamamu. Aku merasakan bahwa ketidak sekufuan kita itu memang harus menjadi awan hitam yang mampu menutupi keindahan kerlipan bintang dikala purnama tiada. Aku harus membiarkan saja rasa dan keinginan itu tetap terhijab benteng tebal hingga engkau sendiri tak sanggup mengetahuinya.<br />
<br />
Namun, nyatanya semakin aku mempertebal benteng rasa ketidak pantasan yang aku fikirkan itu, daya magnetmu malah semakin kuat menarikku. Daya pikatmu semakin besar menarikku hingga azam dan keberanianku malah melupakan semuanya. Rasa itu meronta hebat ingin memperlihatkan mekaran bunganya, ingin mebagikan buahnya. Otak pertimbanganku kini tumpul, dan lisan pun berujar bebas mengutarakan apa yang selama ini kupendam.<br />
<br />
Rasa dan pertimbangan terkait ketidak pantasanku memiliki rasa, azam dan keberanian ini, hingga kini pun masih tersemat dalam jiwaku. Dan sesekali hal itu bisa saja menggoyahkan semuanya. Aku terkadang merasa letih, malu dan takkan punya kekuatan melakukannya hingga suara-suara putus asa pun berbisik mengajak aku mengakhiri semuanya. Namun janji yang sempat terucap padamu sewaktu angin malam berhembus kencang menyingkap hijab keelokan bintang hatiku itu, selalu saja kuingat dan kujadikan utang yang harus kulunasi dengan perwujudan hakiki tepat pada waktu yang kuucap.<br />
<br />
Semoga ini tidak hanya menjadi sekedar wujud dari ketidak-tau-dirianku yang telah lancang mencintaimu.<br />
<br />
<i>Bandung, 05 oktober 2012 01:16</i>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-8307939199290503352012-08-23T17:31:00.002+07:002014-04-02T22:36:52.412+07:00Kumpulan Khutbah KH. Ikin Shadiqin (lengkap dengan Resensi dan link downloadnya)<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-4z8yWp2zr94/UDYFaEqMUEI/AAAAAAAAAck/YuK-YbDhcM8/s1600/Ustadz%2BIkin%2BShodiqin%2BBandung.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-4z8yWp2zr94/UDYFaEqMUEI/AAAAAAAAAck/YuK-YbDhcM8/s320/Ustadz%2BIkin%2BShodiqin%2BBandung.JPG" height="320" width="228" /></a></div>
<br />
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi secara gratis file-file ceramah al-ustadz Ikin Shodiqin (<i>allahu yarham</i>).<br />
<br />
Menyebarkan file-file ceramah al-Ustadz Ikin Shodiqin ini sebetulnya belum saya pinta persetujuannya secara langsung kepada para ahli warisnya. Ini hanyalah usaha atas buah dari pemikiran <i>husnudhan</i> saya yang mereka para ahli warits beliau Insya Allah akan merestuinya. Namun apabila dikemudian hari ada yang mentidak-bolehkannya pun, Insya Allah file-file yang saya sebarkan di blog ini akan saya hentikan. <br />
<br />
Link download yang saya berikan <i>insya Allah</i> tidak ditautkan pada halaman-halaman web lain selain tempat mendownloadnya langsung. Jika saudara-saudari menemukan file atau linknya yang rusak bisa langsung konfirmasikan lewat kolom komentar... <i>Syukran..!</i><br />
<br />
<br />
<br />
<i> </i> </div>
<div align="justify">
<ol>
<li><b>Bab Waris </b></li>
<ol>link download: <a href="http://www.mediafire.com/?40z471ef5x52yse">http://www.mediafire.com/?40z471ef5x52yse</a></ol>
<li><b>Bab Jenazah (Masjid An-Nuur, Bandung)</b></li>
<ol>link download:
<li>File ke-1: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?r36sdwycbbl0d9r%C2%A0">http://www.mediafire.com/download.php?r36sdwycbbl0d9r </a></li>
<li>File ke-2: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?gxnipsv438wzcxi%C2%A0">http://www.mediafire.com/download.php?gxnipsv438wzcxi </a></li>
</ol>
<li><b>Hakikat Ramadhan </b></li>
<ol>link download: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?7b3l2j5ekawaga1">http://www.mediafire.com/download.php?7b3l2j5ekawaga1</a> </ol>
<li><b>Wasiat</b></li>
<ol>link download: <a href="http://www.mediafire.com/?g9l9qkie424b99h">http://www.mediafire.com/?g9l9qkie424b99h</a></ol>
<li><b>Ibu</b></li>
<ol>link download: <a href="http://www.mediafire.com/?8941t315h42c388">http://www.mediafire.com/?8941t315h42c388</a></ol>
</ol>
Sebetulnya masih banyak lagi file-file ceramah al-Ustadz yang ada di hard disk saya, namun berhubung akses internet yang tidak menentu, terpaksa baru file-file ini yang bisa saya bagikan. Insya Allah di lain kesempatan akan saya tambah lagi.<br />
<br />
Harapan saya, semoga penjelasan-penjelasan dalam ceramah beliau ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat buat kita yang mendengarkannya, bisa mudah juga kita amalkan apa-apa yang benarnya, hingga apa yang beliau usahakan semasa hidupnya ini menjadi amal shaleh dan ilmu beliau yang tidak putus-putusnya menjadi amal jariah yang mengalir kebaikannya. <i>Aaaamiiiin..!!</i></div>
<br />
<h4>
Update 28 Agustus 2012</h4>
<ol>
<li><b>Bab Jenazah (Masjid Viaduct, Bandung)</b></li>
<ol>link download:
<li>File ke-1: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?l2kur9yy7ue9mzl">http://www.mediafire.com/download.php?l2kur9yy7ue9mzl </a></li>
<li>File ke-2: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?v8m548ogbb56ilq">http://www.mediafire.com/download.php?v8m548ogbb56ilq </a></li>
<li>File ke-3: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?ahfz98iap2h2f72">http://www.mediafire.com/download.php?ahfz98iap2h2f72 </a></li>
<li>File ke-4: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?9x2br8sou59kxak">http://www.mediafire.com/download.php?9x2br8sou59kxak </a></li>
<li>File ke-5: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?q2ujd7w7ldfwkzo">http://www.mediafire.com/download.php?q2ujd7w7ldfwkzo </a></li>
</ol>
<li>Jama'ah</li>
link download: <a href="http://www.mediafire.com/download.php?cufz0pyx14u4qkc">http://www.mediafire.com/download.php?cufz0pyx14u4qkc</a>
<li>Tafsier al-Qur'an</li>
<ol>Link Download:
<li>Al-Baqarah:110 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?5bsc1eudvmvp8lu">http://www.mediafire.com/download.php?5bsc1eudvmvp8lu</a></li>
<li>Al-Baqarah:183 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?vccq84qksdjd4qb">http://www.mediafire.com/download.php?vccq84qksdjd4qb</a></li>
<li>Al-Baqarah:184 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?8f8h964jx13a6rq">http://www.mediafire.com/download.php?8f8h964jx13a6rq</a></li>
<li>Al-Baqarah:185 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?obos3urore9em0r">http://www.mediafire.com/download.php?obos3urore9em0r</a></li>
<li>Al-Baqarah:186 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?63721i9o1qcg2l5">http://www.mediafire.com/download.php?63721i9o1qcg2l5</a></li>
<li>Al-Baqarah:196 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?a9c95bwv5cea587">http://www.mediafire.com/download.php?a9c95bwv5cea587</a></li>
<li>Al-Baqarah:197 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?1cvp5gwv531fyyd">http://www.mediafire.com/download.php?1cvp5gwv531fyyd</a></li>
<li>Al-Baqarah:200-202 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?ylgw6txd9z2r1jo">http://www.mediafire.com/download.php?ylgw6txd9z2r1jo</a></li>
<li>Al-Baqarah:204-207 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?rbs6c9xb4ruas3a">http://www.mediafire.com/download.php?rbs6c9xb4ruas3a</a></li>
<li>Al-Baqarah:208-210 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?29rekkn5t8i3f4b">http://www.mediafire.com/download.php?29rekkn5t8i3f4b</a></li>
<li>Al-Baqarah:229 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?2058ic525c1cr26">http://www.mediafire.com/download.php?2058ic525c1cr26</a></li>
<li>Ali Imran:33-37 : <a href="http://www.mediafire.com/download.php?3aippiorshvg944">http://www.mediafire.com/download.php?3aippiorshvg944</a></li>
</ol>
</ol>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-51837147113637173802012-08-22T06:23:00.001+07:002012-08-22T06:26:02.308+07:00Mau dari Kapan Kita Mulai Berbenah Diri Jadi Hamba Allah yang Ta'at?<div align="justify"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-PqVVhUWaf78/UDQVbhgBAlI/AAAAAAAAAcE/poo-LJ53SnU/s1600/Mari%2Bkita%2Bsambut%2Bcerahnya%2Bhidup%2Bini.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="209" src="http://2.bp.blogspot.com/-PqVVhUWaf78/UDQVbhgBAlI/AAAAAAAAAcE/poo-LJ53SnU/s400/Mari%2Bkita%2Bsambut%2Bcerahnya%2Bhidup%2Bini.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Mari sama-sama </i><i>kita </i><i>sambut cerahnya hidup..!!</i></td></tr>
</tbody></table>Kawan, jangan kau sangka aku ini malaikat karena melihat <i>background</i>ku yang lulusan pesantren, atau karena tulisan-tulisanku yang menyuarakan pemikiran dan ajaran-ajaran Islam, atau karena kau melihat aktivitasku yang setiap sore hari (kalau tidak libur) suka mengajarkan poin-poin agama pada anak-anak, atau karena dikehidupan sehari-hariku yang suka menolak berjabatan tangan denga perempuan yang bukan mahram! Sekali-kali jangan pernah kawan! Aku ini manusia sempurna dengan kemanusiaannya, yang ciri kesempurnaannya Allah mengadakan/mengilhamkan ke dalam diriku sifat fujur dan taqwa (<i>fa-alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa</i> - <i>baca</i> surah Asy-Syams: 8). Malaikat tidak dianugerahi sifat itu kawan. Malaikat tidak juga diciptakan dari tanah, kawan. Maka, stop memandang saya sebagai malaikat..!!<br />
<br />
Aku ini hanyalah manusia sempurna dengan kemanusiaannya, tapi belum lah sampai pada derajat taqwa. Banyak jejak langkahku yang cukup amat bobrok, bahkan bisa jadi mungkin lebih bobrok dari kawan-kawan yang membaca tulisan ini. <br />
<br />
Sayalah orangnya yang pernah melakukan perbuatan mencuri, meski hanya sebatas mencuri makanan kecil-kecilan, tapi itu tetap adalah perbuatan mencuri yang jelas hukumnya adalah dosa apabila dilakukan. Saya juga lah orangnya yang pernah tidak shalat sampai 6 bulan lebih, meski hal itu saya niatkan untuk sebuah penelitian dampak solat dan tidak bagi kehidupan, tapi meninggalkan shalat tetaplah adalah perbuatan dosa, karena meninggalkan kewajiban berarti melakukan ketidak ta'atan. Saya jugalah yang menolak ajakan nikah dari tiga perempuan (dalam waktu yang berbeda) dengan alasan belum siap dan hanya ingin pacaran saja yang jelas-jelas hal itu bagi saya sekarang hanyalah alasan kebodohan saja. <br />
<br />
Aku dulu adalah aku yang rapuh, kawan. Aku dulu adalah aku yang juga bergelimang dosa. Dan bisa dibilang lebih bobrok, karena saya melakukannya diwaktu saya sudah tahu bahwa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut adalah dosa, pernah mendengar secara jelas hadits-haditsnya, pernah membaca sendiri ayat-ayat qur'annya.<br />
<br />
Pertanyaan yang jadi judul tulisan ini pada awalnya hanyalah pertanyaan yang dikhususkan untuk saya pribadi yang sudah seringkali melanggar etika-etika (hukum) Allah dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya. Padahal di lain sisi banyak sekali kesempatan yang Allah berikan kepada saya untuk melakukan pembenahan hidup itu. Bagaimana dalam waktu dua kali mengalami tabrakan sewaktu di perjalanan, Allah senantiasa masih menyelamatkan nyawaku sementara yang lain sampai hidupnya berakhir. Aku juga yang selalu diberi kemudahan untuk menuntaskan pendidikan dari mulai tingkat Tsanawiyyah hingga kuliyah, padahal kondisi ekonomi keluarga sudah pasti tidak memungkinkannya. Aku juga yang oleh Allah diberi kesempatan menyaksikan keajaiban do'a hingga yang mustahil malah terlihat nyata Allah mewujudkannya.<br />
<br />
Jika saja peluang-peluang dari Allah yang senantiasa anugerahkan kepadaku itu, jika saja doa-doa diwaktu putus asa (<i>ya Allah matikanlah aku jika mati itu baik untukku, dan hidupkanlah aku jika hidup itu baik untukku</i>) Allah senantiasa jawab dengan memberikan peluang hidup dan keselamatan dari beragam bahaya itu, nyatanya malah aku isi dengan kelalaian dan menyia-nyiakannya, maka akankah Allah akan masih berkenan juga memberikan peluang lain? Bagaimana jika pada akhirnya Allah sudah muak dengan sikap kita yang tidak ada usaha untuk berubah ke arah yang lebih baik, dan mengakhiri saja memberikan peluang-Nya pada kita? Apa mau kita mati dalam kondisi yang masih tidak layak untuk bersanding di samping-Nya?<br />
<br />
Usia tidak memandang tua atau muda, jompo atau pun bayi, bukan begitu kawan? Dalam setahun ini saja, teman yang seusia dengan saya, bahkan lebih muda dari saya, sudah dua orang yang menemui ajalnya. Apakah kondisi itu kita sudah bisa pastikan tidak akan mengenai kita, kawan?<br />
<br />
Maka, mau mulai kapan kita akan mulai merintis diri menjadi ummat yang ta'at, kalau bukan sekarang???<br />
<br />
Saya kini selalu berharap, Semoga Allah senantiasa menghidupkan hati kita dalam menerima setiap kebenaran dan menjaga kita tetap senantiasa dalam <i>istiqamah</i> menta'ati segala aturan agama-Nya saat saya dan kawan-kawan semua mengisi kehidupan ini, hari ini, dan masa-masa berikutnya hingga ajal tiba... <i>Aamiin</i></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1781927657613915702.post-88763345989901234652012-08-21T06:43:00.002+07:002012-08-21T11:45:24.884+07:00Jalan Raya Indonesia Kini Semakin Mencekam<div align="justify">Cerita dulu, perjalanan yang paling menakutkan adalah menelusuri jalanan hutan rimba yang masih banyak serigala, ular berbisa, atau pun singa. Maka di Indonesia zaman sekarang, serigala dan singa sudah sulit kita temui sehingga perjalanan mendaki gunung sudah bukan lagi hal menakutkan, tapi rekreasi bagi para anak-anak "pecinta alam". Rasa mencekam saat menempuh perjalanan kini, di Indonesia, sudah beralih ke kota, sudah beralih dari jalanan setapak ke jalanan raya. Jalanan yang apabila macetnya selalu menimbulkan minta ampun, bila menelan korbannya tidak tanggung-tanggung.<br />
<br />
<a href="http://static.inilah.com/data/berita/foto/1887095.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://static.inilah.com/data/berita/foto/1887095.jpg" width="400" /></a>Tanggal 26 juli 2012 kemarin, saya langsung merinding ketika ketika suara adzan dzuhur terdengar selesai berkumandang, di jalan Soekarno-Hatta, Bandung, tepatnya sebelum pertigaan menuju persimpangan jalan Cipadung, Tatkala saya tengah mengayuh pedal sepeda, dari jarak kira-kira 10m saya melihat warga saling berlarian menuju satu arah. Nyatanya setelah saya mendekat, sesosok jasad laki-laki tinggi tegap tengah terbujur kaku di pinggir jalan. Kini didepanku langsung, Kulihat laki-laki itu matanya sudah tidak bisa lagi terpejam. Darah terlihat masih segar mengalir dari hidung, bibir dan jidat. Menurut kesaksian warga sekitar, laki-laki itu tewas akibat ugal-ugalan saat mengendarai motornya. Dugaan sementara, Dia, masih menurut warga, sepertinya menemukan sesuatu yang mengejutkan sehingga terlihat hendak mememparkan arah ke pinggir jalan namun terlalu kencangnya melaju hingga ke pinggir trotoar jalan dan akhirnya menabrak pohon yang ada di sana. (Untuk memastikan siapa laki-laki yang jadi korbannya saya pun cari2 di internet, saya temukan berita tersebut persi medianya ternyata ada <a href="http://www.inilahjabar.com/read/detail/1887095/tabrak-pohon-pengendara-motor-tewas">Di Sini</a>)<br />
<br />
Yang paling membuat saya merinding, nyatanya lokasi kejadian tersebut adalah tempat di mana dulu (tahun 2007) saya sendiri yang mengalami langsung tertabrak motor. Waktu itu saya tengah bersepeda kumplit dengan barang-barang hasil belanjaan dari pasar Gedebage buat perlengkapan warung saya. Kala kecelakaan itu tubuh saya sampai terpelanting sejauh 2m, kondisi sepeda yang saya kendarai rusak berat, dan seluruh barang belanjaan buat warung saya pun rusak semua. Parahnya lagi, si pengendara motor yang meminta saya untuk tidak mengurusnya ke pihak kepolisian itu dengan dalih janji akan mengganti semua kerugian saya itu malah hingga sekarang tiada wujudnya. Namun saya tetap bersyukur kejadian waktu itu tidak sampai membuat saya kehilangan nyawa.<br />
<br />
Puncak dari pengalaman mengerikan dari kondisi jalan raya sekarang adalah terjadinya kecelakaan yang dialami langsung oleh teman kerja saya kemarin (19/8) lokasi kejadian di seputar Komplek Polisi, Baleendah, Kab. Bandung. Dampak dari kejadian kecelakaan tersebut Teman kerja saya sampai harus merelakan putrinya yang baru berusia 8 tahun pergi untuk selama-lamanya. Wajah yang setiap hari saat bekerja selalu ceria, kemarin penuh isak tangis mencucurkan air mata. Kecelakaan itu menurut penuturannya, terjadi kira-kira pukul 5 sore, saat ia melakukan perjalanan pulang habis silaturahmi dari kampung mertuanya di Ciparay, Kab. Bandung. Saya tidak tega melanjutkan perbincangan kronologi kejadiannya secara pasti karena apabila beliau kembali hendak menuturkan kronologi kejadiannya, terlebih saat hendak menceritakan kondisi putrinya yang terpental dari motor yang ia kendarai kemudian terlindas bus, ia selalu tidak kuasa menahan tangis. Teman kerja saya beserta istrinya sendiri terluka sampai kakinya patah.<br />
<br />
<a href="http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/medium/16529814.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/medium/16529814.jpg" width="400" /></a>Penduduk Indonesia yang menurut statistik kependudukan mayoritas penduduknya beragama Islam itu kini sudah tidak tampak lagi gambaran keislamannya bila dilihat dari kondisi di jalan raya. Islam dengan contoh teladan dari Rasulullah terkait seluruh aspek kehidupan itu kini sudah tidak bisa saya lihat lagi keelokannya di jalan raya. Padahal Rasulullah berkali-kali mengingatkan kepada ummatnya untuk selalu menjalankan adab mulia saat melakukan perjalanan; mulai dari yang bepergian dua orang lebih harus mengangkat seorang pemimpin, orang yang mengendarai kendaraan harus menghormati yang pejalan kaki, yang mengendarai kendaraan besar harus menghormati yang mengendarai kendaraan yang lebih kecil darinya, sampai harusnya seorang muslim senantiasa menyebarkan keselamatan (<i>afsus salam</i>) kepada siapapun yang kita temui diperjalanan, dan adab-adab jalan lainnya. Beginilah kejadiannya apabila ummat Islam sudah jauh dari agamanya, jangankan menghindarkan diri dari adzab neraka, keharmonisan berinteraksi antar sesama pun pada akhirnya akan tercerabut musnah tak tersisa. Saya yang setiap berangkat kerja harus menunggangi sepeda pun pada akhirnya harus selalu terpinggirkan, seakan orang penunggang sepeda seperti saya tidak punya hak untuk ikut memakai jalan raya.<br />
<br />
Lantas sampai kapan Jalan Raya Indonesia harus selalu mencekam seperti sekarang??<br />
<i>Semoga pemerintah dan segenap warga Indonesia mulai berbenah diri dalam persoalan ini...</i></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03431390787971454517noreply@blogger.com0