Mau dari Kapan Kita Mulai Berbenah Diri Jadi Hamba Allah yang Ta'at?

Mari sama-sama kita sambut cerahnya hidup..!!
Kawan, jangan kau sangka aku ini malaikat karena melihat backgroundku yang lulusan pesantren, atau karena tulisan-tulisanku yang menyuarakan pemikiran dan ajaran-ajaran Islam, atau karena kau melihat aktivitasku yang setiap sore hari (kalau tidak libur) suka mengajarkan poin-poin agama pada anak-anak, atau karena dikehidupan sehari-hariku yang suka menolak berjabatan tangan denga perempuan yang bukan mahram! Sekali-kali jangan pernah kawan! Aku ini manusia sempurna dengan kemanusiaannya, yang ciri kesempurnaannya Allah mengadakan/mengilhamkan ke dalam diriku sifat fujur dan taqwa (fa-alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa - baca surah Asy-Syams: 8). Malaikat tidak dianugerahi sifat itu kawan. Malaikat tidak juga diciptakan dari tanah, kawan. Maka, stop memandang saya sebagai malaikat..!!

Aku ini hanyalah manusia sempurna dengan kemanusiaannya, tapi belum lah sampai pada derajat taqwa. Banyak jejak langkahku yang cukup amat bobrok, bahkan bisa jadi mungkin lebih bobrok dari kawan-kawan yang membaca tulisan ini.

Sayalah orangnya yang pernah melakukan perbuatan mencuri, meski hanya sebatas mencuri makanan kecil-kecilan, tapi itu tetap adalah perbuatan mencuri yang jelas hukumnya adalah dosa apabila dilakukan. Saya juga lah orangnya yang pernah tidak shalat sampai 6 bulan lebih, meski hal itu saya niatkan untuk sebuah penelitian dampak solat dan tidak bagi kehidupan, tapi meninggalkan shalat tetaplah adalah perbuatan dosa, karena meninggalkan kewajiban berarti melakukan ketidak ta'atan. Saya jugalah yang menolak ajakan nikah dari tiga perempuan (dalam waktu yang berbeda) dengan alasan belum siap dan hanya ingin pacaran saja yang jelas-jelas hal itu bagi saya sekarang hanyalah alasan kebodohan saja.

Aku dulu adalah aku yang rapuh, kawan. Aku dulu adalah aku yang juga bergelimang dosa. Dan bisa dibilang lebih bobrok, karena saya melakukannya diwaktu saya sudah tahu bahwa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut adalah dosa, pernah mendengar secara jelas hadits-haditsnya, pernah membaca sendiri ayat-ayat qur'annya.

Pertanyaan yang jadi judul tulisan ini pada awalnya hanyalah pertanyaan yang dikhususkan untuk saya pribadi yang sudah seringkali melanggar etika-etika (hukum) Allah dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya. Padahal di lain sisi banyak sekali kesempatan yang Allah berikan kepada saya untuk melakukan pembenahan hidup itu. Bagaimana dalam waktu dua kali mengalami tabrakan sewaktu di perjalanan, Allah senantiasa masih menyelamatkan nyawaku sementara yang lain sampai hidupnya berakhir. Aku juga yang selalu diberi kemudahan untuk menuntaskan pendidikan dari mulai tingkat Tsanawiyyah hingga kuliyah, padahal kondisi ekonomi keluarga sudah pasti tidak memungkinkannya. Aku juga yang oleh Allah diberi kesempatan menyaksikan keajaiban do'a hingga yang mustahil malah terlihat nyata Allah mewujudkannya.

Jika saja peluang-peluang dari Allah yang senantiasa anugerahkan kepadaku itu, jika saja doa-doa diwaktu putus asa (ya Allah matikanlah aku jika mati itu baik untukku, dan hidupkanlah aku jika hidup itu baik untukku) Allah senantiasa jawab dengan memberikan peluang hidup dan keselamatan dari beragam bahaya itu, nyatanya malah aku isi dengan kelalaian dan menyia-nyiakannya, maka akankah Allah akan masih berkenan juga memberikan peluang lain? Bagaimana jika pada akhirnya Allah sudah muak dengan sikap kita yang tidak ada usaha untuk berubah ke arah yang lebih baik, dan mengakhiri saja memberikan peluang-Nya pada kita? Apa mau kita mati dalam kondisi yang masih tidak layak untuk bersanding di samping-Nya?

Usia tidak memandang tua atau muda, jompo atau pun bayi, bukan begitu kawan? Dalam setahun ini saja, teman yang seusia dengan saya, bahkan lebih muda dari saya, sudah dua orang yang menemui ajalnya. Apakah kondisi itu kita sudah bisa pastikan tidak akan mengenai kita, kawan?

Maka, mau mulai kapan kita akan mulai merintis diri menjadi ummat yang ta'at, kalau bukan sekarang???

Saya kini selalu berharap, Semoga Allah senantiasa menghidupkan hati kita dalam menerima  setiap kebenaran dan menjaga kita tetap senantiasa dalam istiqamah menta'ati segala aturan agama-Nya saat saya dan kawan-kawan semua mengisi kehidupan ini, hari ini, dan masa-masa berikutnya hingga ajal tiba... Aamiin

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.