Di Bawah Lindungan Ka'bah, Antara Film dan Roman


"Di Bawah Lindungan Ka'bah" merupakan karya sastra yang amat penomenal bagi masyarakat Indonesia, baik bagi kalangan anak muada maupun tua. Karya sastra yang masuk dalam kategori Roman ini selalu dijadikan contoh dalam mata pelajaran bahasa indonesia terkait sejarah sastra indonesianya. Ini juga yang menjadikan karya sastra miliki buah tangan HAMKA yang amat penomenal selain "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijlk". Boleh dibilang, roman karya sastra HAMKA ini bagi para pembacanya adalah kisah Romeo and Julietnya Indonesia.

Selain kisahnya yang amat menyentuh perasaan cinta kasih, roman ini juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang tiada lepasnya dari balutan tutur bahasa yang mempesona. Begitu juga dengan gambaran nilai-nilai budaya melayunya yang sangat kental hingga mampu membawa para pembaca pada suasana yang seakan dirinya tengah berada pada kehidupan sosio kultur Melayu tersebut.
Selaku orang yang pernah membaca buku "Di Bawah Lindungan Ka'bah", awalnya saya sangat senang ketika mendapat kabar bahwa kisah roman dalam b uku tersebut akan difilmkan. Namun perasaan kecewa pada akhirnya muncul setelah menontonnya.

Selain perporma para pemainnya yang kurang mewakili kultur melayu yang kental dengan keislamannya, cerita tambahan yang hampir mengubah pesan utama cerita tersebut pun sangat tidak relepan jika mau disandingkan pada karya HAMKA yang luhur.

Penambahan cerita, yang lebih cocoknya dibilang perubahan cerita, saya menilainya tidak konsisten dengan tokoh yang digambarkan HAMKA. Salah satu contohnya dalam kasus Hamid menyelamatkan Zaenab. Hamid yang digambarkan HAMKA sebagai pemuda yang cerdik, alim, dan hati-hati, dalam filmnya, seperti yang tergamba dalam kasus penyelamatan Zainab, Hamid malah terkesan ceroboh dan lemah pertimbangan. Begitu pula usaha Hamid untuk naik haji yang digambarkan HAMKA sebagai pemuda yang ulet dengan tanpa mengenal lelah untuk terus berusaha meski usahanya menjadi buruh kasar saat mewujudkan cita-citanya, dalam filmnya malah digambarkan naik hajinya dengan cara gampang. Selain itu, sosok Zainab yang sangat lemah lembut dan sopan malah digambarkan menjadi sosok perempuan yang memiliki jiwa pemberontak.

Wal hasil, film "Di Bawah Lindungan Ka'bah" bagi saya adalah cerita yang jauh beda dengan sastra roman karya HAMKA yang penomenal. :(

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

2 comments:

  1. Setidaknya novel ini sudah diparafrasakan ke dalam bentuk film. Masalah kekurangan itu sudah pati. karena narasumbernya pun sudah tiada. Yang perlu kita ambil + nya. Generasi sekarang kurang lebihnya tahu isi novel ini. dan menangkap amanat yang yang terkandung dalam novel ini. Tak Ada Gading yang Tak retak, karena keretakan itulah maka gading itu bertuah... Nah dengan kekukarangan itu...mungkin dilain waktu ada yang menyempurnakan film ini menjadi lebih baik...Amin...!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi saya, memang betul sebuah novel, legenda, ataupun cerpen akan berbeda saat difilmkan karena mengalami pengadaptasian namun tentunya bentuk adaptasi itu sendiri alangkah baiknya apabila tidak merusak nilai-nilai pokoknya, apalagi merusak nilai sisi-sisi tarbiyah keislamannya.
      saya juga berharap Mudah-mudahan saja penomena ini justru menjadi perangsang bagi para generasi setelah HAMKA, seperti kita, untuk membaca sumber aslinya, apalagi lahir generasi yang lebih gemilang melebihi HAMKA. Semoga...

      Syukran katsira atas komentarnya, dan syukran pula atas masukannya, Insya Allah bermanfaat... :)

      Hapus

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.