Membimbing Belajar Anak yang Kurang Konsentrasi

Setelah kurang lebih tiga tahun diamanahi untuk menjadi tenaga pengajar di sebuah lembaga pendidikan anak, banyak sekali suka duka yang saya alami terlebih lagi tantangan yang memang besar untuk dihadapi oleh saya yang memiliki latar belakang pendidikan bukan untuk jadi seorang pengajar. Namun saya selalu bersyukur lantaran dengan sepenuhnya mengandalkan pada ayat-ayat yang Allah SWT wahyukan lewat al-Qur'an dan disertai potensi besar yang Allah karuniakan pada diri manusia umumnya, berbagai kendala dan tantangan itu sedikit demi sedikit bisa kami hadapi.

Terus terang saja, jika diukur dengan kualifikasi kapasitas keilmuan yang dimiliki, beragam kendala dan tantangan itu akan terlihat sangat tidak mungkin untuk bisa saya selesaikan. Untuk itu modal utama yang harus ada dalam diri saya satu-satunya adalah keuletan dan kerjakeras untuk memahami berbagai phenomena yang ada. Oleh karenanya, jangan heran apabila beragam cara yang ditempuh pada akhirnya berawal dari usaha yang sifatnya trial and error, hanya coba-coba, hingga menemukan sebuah langkah yang pas untuk dijalankan selanjutnya.

Satu tahun yang lalu saya dikunjungi oleh seorang orang tua yang berkehendak menitipkan anaknya untuk saya didik dalam soal keilmuan agamanya. Ayah anak itu bercerita dahulu akan kondisi anaknya yang memang dalam hal konsentrasinya agak kurang. Mungkin hal itu patut diceritakan agar saya tidak heran apabila saat mengajar nanti menemukan sikap anaknya yang suka main sendiri dan mudah untuk dibuyarkan konsentrasinya, meski dengan hal-hal kecil. Saya sendiri siap saja asalkan dari pihak orang tuanya sendiri memberikan kepercayaan yang penuh kepada saya sehingga, saat saya mencoba beragam cara untuk mendidik anaknya ke arah yang lebih baik, orang tua mendukungnya. Akhir kata, perbincangan itu diakhiri dengan kesepakatan.

Selama setahun, Yang paling saya rasakan perkembangan dari beragam methode yang dicoba untuk memperbaiki sisi kepribadian anak yang kurang konsentrasinya (khususnya bagi anak yang saya bimbing itu)adalah lewat macam-macam metode tapi semuanya bermuara pada penekanan pentingnya konsentrasi saat belajar.

Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, biasa saya menceritakan satu cerita, baik dari buku ataupun dari hasil pengalaman hidup pribadi, yang mengisahkan manfaat dari upaya konsentrasi saat belajar. Hal ini bagi saya tidak sulit sebab memang pengalaman yang dialami saat sekolah hampir semuanya saya jalani dengan upaya konsentrasi ini. Waktu SD saya tidak banyak waktu untuk membaca buku catatan di sekolah, karena sudah disibukan untuk mencari uang jajan sediri, oleh karenanya hanya berusaha berkonsentrasi pada saat guru sedang menerangkan saja yang menjadi tumpuan saya untuk menyerap ilmu dan memahaminya. Dikuatkan dengan latarbelakang prestasi yang diraih, kelihatannya anak-anak tertarik untuk mengikutinya.

Di sisi lain, penekanan Allah dalam surah an-Nakhl(16):78 dan surah al-A'raf (7):179 pun sangat ampuh untuk menanamkan pada benak anak bahwa kunci penting dalam mengubah nilai hidup dari kebodohan dan menghindarkan diri dari ujung kegagalan dan merugi adalah dengan menggunakan potensi pendengaran, penglihatan, dan perasaan seoptimal mungkin.

Surah an-Nakhl (16): 78 secara jelas memberi gambaran bahwa manusia terlahir ke bumi pada waktu pertama kalinya adalah ada dalam kondisi tidak tahu suatu apapun, tidak memiliki ilmu pengethuan sedikitpun, namun manusia bisa keluar dari kondisi ketidak tahuan itu dengan menggunakan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati nuraninya yang mengantarkan mereka mampu sadar (syukur) terhadap semua keadaan disekitarnya, terutama terhadap Sang Khaliq selaku Penciptanya.

Sementara Surah al-A'raf (7):179 Allah SWT. menjelaskan bagaimana akibat yang akan dihadapi manusia yang tidak menggunakan potensi pendengaran, penglihatan dan hati nuraninya. Dalam ayat tersebut Allah memastikan kepada kita bahwa manusia-manusia yang tidak menggunakan potensi pendengaran, penglihatan dan hati nuraninya, akan tidak bedanya dengan binatang ternak, bahkan lebih hina dari binatang ternak. Sementara balasannya sendiri terhadap orang-orang yang tidak menggunakan semua potensi pokok kemanusiaan itu atau lalai dalam memanfaatkannya adalah menjadi penghuni neraka jahannam di hari pembalasan nanti.

Dalam menyikapi kedua ayat ini, saya memiliki keyakinan bahwa hanya dengan mengoptimalkan potensi-potensi itu seorang manusia bisa berubah ke arah yang lebih baik. Beragam kekurangan yang manusia alami akan bisa dihadapi dengan cara mengoptimalkan penggunaan potensi-potensi itu. Oleh karena itu, langkah-langkah yang digunakan saat mengajar anak yang terpokus kepada pengoptimalan potensi-potensi itu terus saya jalankan lewat beragam metode yang bisa diterima dengan cocok oleh kondisi anak. Dan alhamdulillah kini saya dapat melihat banyak kemajuan ke arah positif yang dialami oleh anak yang mengalami kurang konsentrasi tersebut.

Wallahu a'lam




SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment