Tanpa Sengaja Berbuat Durhaka pada Orang Tua, Akankah Merasa Berdosa??


Melakukan sebuah khilaf yang kita sendiri sadar dan tahu bahwa itu adalah kesalahan yang harus diperbaiki dan tidak boleh dilakukan, bisa dipastikan, cepat ataupun lambat, suatu waktu orang itu akan berubah dan memperbaikinya. Namun bagaimana jadinya jika perbuatan yang pada hakikat nilainya adalah kesalahan, sementara orang yang melakukannya tidak merasa dan tidak tahu bahwa perbuatan itu adalah kesalahan? Tentu sepanjang kesadaran dan pandangannya terhadap perbuatan itu belum tersadarkan, maka sepanjang itu pula ia akan terus mengerjakannya tanpa ada rasa bersalah dan tidak akan merasa butuh untuk mengerjakan perbaikannya.

Pada suatu saat Rasulullah bersabda di depan para shahabatnya, "minal kabaairi syatmu al-rajuli waalidihi = Termasuk dosa besar seseorang yang memaki ibu bapaknya!". Para shahabat waktu itu seakan bingung sebab sepertinya dengan tidak dibicarakanpun, memaki kedua orang tua sendiri itu memang secara pandangan umumpun adalah durhaka, dosa besar. Tapi para shahabat lebih jeli lagi. mungkin dalam benak mereka kemudian terpikir, Apakah mungkin akan ada seorang anak yang tega mencaci maki orang tuanya sendiri, padahal biasanya seorang anak selalu akan membela orang tuanya meskipun orang tuanya dalam posisi salah?. Para shahabat pun mempertanyakan persoalan itu; " wa hal yasubbu ar-rajulu waalidihi? = apakah ada orang yang berani memaki ibu bapanya sendiri?" Rasulullah menjawab: "Ada!" "yasubbu aba ar-rajuli fayasubbu ar-rajulu abahu, wa yasubbu ummahu fayasubbu ummahu = ia itu adalah seseorang yang memaki ayah seseorang kemudian seseorang itu balik memaki ayahnya, kemudian seseorang itu memaki pula ibu seseorang yang seseorang itu balik memaki pula ibunya". Kisah dialog Rasulullah dengan para shahabatnya ini bisa saudara baca dalam kitab "Bulughul Maram" hadits no 1488. Derajat hadits ini dijamin secara mufakat keshahihannya oleh Bukhari dan Muslim.

Hadits di atas adalah salah satu dari sebagian penomena yang banyak kita jumpai, dan bahkan bisa jadi sering kita lakukan, dalam perilaku sehari-hari. Perilaku yang seringkali tidak disadari kalau itu adalah perbuatan salah dan dosa. Seringkali tidak terpikirkan kalau hakikatnya perbuatan itu adalah perbuatan yang mengundang orang lain untuk melecehkan orang tuanya sendiri. Secara selintas kasus tersebut selalu kita pandang sepele dan tidak berdampak terlalu buruk, tapi setelah kita renungkan semuanya akan nyatalah kebenaran sabda Rasulullah itu.

Bisa jadi hal-hal serupa semacam contoh kasus dalam hadits tersebut amat banyak kita lakukan. Di sini lah sebenarnya kita butuh untuk selalu berpandangan jeli dalam memutuskan sikap dan perbuatan. Tanpa berpikir panjang ke depan, akan dampak-dampak yang akan muncul menyusul setelahnya, dosa-dosa besar itu bisa jadi akan terus kita kerjakan dengan tanpa disadari sebagai dosa besar.

Dari satu hadits ini Rasulullah telah membangunkan kesadaran terhadap sesuatu yang jarang disadari hingga banyak orang yang merasa biasa melakukannya.

Inti dari pesan utama hadits ini setidaknya menyuruh kita bahwa jangan pernah sekalipun berani menghina, melecehkan, mencaci, mengolok-olokkan orang tua seseorang, meski dalam ruang lingkup candaan, sebab perlakuan semisal itu pada hakikatnya sedang menghina, melecehkan, mencaci dan mengolok-olokkan orang tua kita sendiri. Sementara pelajaran umumnya, kita harus selalu hati-hati dalam bertindak, penuh pertimbangan matang dengan memikirkan konsekuensi-konsekuensi ke depannya, agar kita tidak terjebak dalam dosa besar yang tidak terasa.

Semoga hadits ini menjadi pelajaran bermanfaat buat kita hingga kita sekarang bisa sadar kemudian berhenti dari perbuatan yang dipaparkan, dan secepatnya meminta maaf pada kedua orang tua kita yang selama ini mereka telah kita caci maki tanpa sengaja.

Ayah... Ibu... maafkan kami yang telah khilaf berbuat salah kepada kalian..!!

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.