Lima bulan Menuju Khitbah
Hati dan fikiranku terus meneteskan air mata setelah tiga bulan yang lalu, secara berturut-turut dua orang yang kukenal dan menjadi teman diskusi, jiwa dan raganyanya sudah terpisahkan oleh perbedaan ruang dan waktu. Dua orang yang kukenal itu kini sudah pupus usia, raga terpisah dengan ruhnya. Ya.. mereka kini sudah berakhir masa perjalanan hidupnya di dunia. Dan aku sangat-sangat terpukul, karena kejadian semisal ini baru kualami sekarang.
Namun aku juga berucap syukur alhamdulillah karena dengan kejadian ini aku kembali disadarkan bahwa usia manusia hidup di dunia berakhir tidak bisa ditentukan oleh tua atau mudanya, sehat atau sakitnya. Meninggal akan mengenai siapapun dan di mana pun kepada setiap makhluk yang bernyawa tanpa diketahui kapan pastinya hal itu akan terjadi.
Namun, jika pun mau dibandingkan dengan saya jika meninggal dalam waktu dekat, maka temanku sungguh sangat beruntung. Karena meskipun dia belum sempat menikah, setidaknya saya mengetahui bagaimana usahanya ingin menyempatkan diri menikahi wanita yang dicintainya. Dia sudah berusaha diwaktu hidupnya memenuhi panggilan Rasulullah untuk menjadi ummatnya. Sementara aku...??? Aku kala itu belum memiliki pemikiran maupun keinginan sedikitpun untuk menikah. Aku saat temanku masih hidup masih larut dalam kesenangan hidup masa muda. Maka andai saja kala itu aku sama berbarengan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, jelas meskipun jika aku rajin ibadah aku tetap tidak akan diakui oleh Rasulullah sebagai ummatnya karena ummat dewasa Rasulullah yang akan dilegalisasi keabsahan sebagai ummatnya adalah mereka-mereka yang sudah menikah atau ber'azam akan menikah.
Semenjak itulah... semenjak pemikiran itu hadir dalam benakku, aku selalu terbangun di setiap seperempat waktu sebelum subuh. Aku berusaha tanpa henti meminta dan memohon kepada Rabb Yang Maha Pengasih untuk memberikan rasa cinta-Nya hadir kembali dalam hatiku. Berdo'a agar aku diberi keleluasaan menumbuhkan 'azam dalam tekatku untuk memenuhi persyaratan jadi ummat Rasulullah, serta memohon agar aku diberi kemudahan untuk memulai proses melangkahi pase itu.
Hanya butuh selang beberapa hari, setelah pada suatu malam aku memperbincangkan pemikiran dan perasaan yang terus memenuhi benakku itu bersama teman dekatku, keesokan harinya aku dipanggil oleh seseorang untuk bekerja di perusahaan miliknya. Ini bagiku adalah proses pengqabulan do'a yang selama ini aku panjatkan.
Setelah kejadian itu aku alami, tekat kuatku pun tumbuh mengkristal membentuk 'azam bahwa 5 bulan ke depan aku akan mewujudkan panggilan Rasulullah dengan berawal melewati khitbah, sebab wanita yang kujadikan calonnya belum mengenalku dan aku pun belum mengenalnya secara dekat. aku hanya bisa ber doa'a Semoga ini pun Allah permudah... Amiien
Namun aku juga berucap syukur alhamdulillah karena dengan kejadian ini aku kembali disadarkan bahwa usia manusia hidup di dunia berakhir tidak bisa ditentukan oleh tua atau mudanya, sehat atau sakitnya. Meninggal akan mengenai siapapun dan di mana pun kepada setiap makhluk yang bernyawa tanpa diketahui kapan pastinya hal itu akan terjadi.
Namun, jika pun mau dibandingkan dengan saya jika meninggal dalam waktu dekat, maka temanku sungguh sangat beruntung. Karena meskipun dia belum sempat menikah, setidaknya saya mengetahui bagaimana usahanya ingin menyempatkan diri menikahi wanita yang dicintainya. Dia sudah berusaha diwaktu hidupnya memenuhi panggilan Rasulullah untuk menjadi ummatnya. Sementara aku...??? Aku kala itu belum memiliki pemikiran maupun keinginan sedikitpun untuk menikah. Aku saat temanku masih hidup masih larut dalam kesenangan hidup masa muda. Maka andai saja kala itu aku sama berbarengan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, jelas meskipun jika aku rajin ibadah aku tetap tidak akan diakui oleh Rasulullah sebagai ummatnya karena ummat dewasa Rasulullah yang akan dilegalisasi keabsahan sebagai ummatnya adalah mereka-mereka yang sudah menikah atau ber'azam akan menikah.
Semenjak itulah... semenjak pemikiran itu hadir dalam benakku, aku selalu terbangun di setiap seperempat waktu sebelum subuh. Aku berusaha tanpa henti meminta dan memohon kepada Rabb Yang Maha Pengasih untuk memberikan rasa cinta-Nya hadir kembali dalam hatiku. Berdo'a agar aku diberi keleluasaan menumbuhkan 'azam dalam tekatku untuk memenuhi persyaratan jadi ummat Rasulullah, serta memohon agar aku diberi kemudahan untuk memulai proses melangkahi pase itu.
Hanya butuh selang beberapa hari, setelah pada suatu malam aku memperbincangkan pemikiran dan perasaan yang terus memenuhi benakku itu bersama teman dekatku, keesokan harinya aku dipanggil oleh seseorang untuk bekerja di perusahaan miliknya. Ini bagiku adalah proses pengqabulan do'a yang selama ini aku panjatkan.
Setelah kejadian itu aku alami, tekat kuatku pun tumbuh mengkristal membentuk 'azam bahwa 5 bulan ke depan aku akan mewujudkan panggilan Rasulullah dengan berawal melewati khitbah, sebab wanita yang kujadikan calonnya belum mengenalku dan aku pun belum mengenalnya secara dekat. aku hanya bisa ber doa'a Semoga ini pun Allah permudah... Amiien
0 comments:
Posting Komentar
Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.