Di batas waktu sang malam menepati janjinya, akan datang di kala mentari terbenam, Merah jingga di upuk barat kian terhapus gelap, Sesaat dimana nyala lampu-lampu kota gantikan sang surya. Dalam langkah kaki menuju
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Cintaku Di Seberang Penantian
Cintaku Di Seberang Penantian
Untaian rasa hampa itu masih terbentang panjang Melilit waktu di saat sepi, menjerat masa di kala jaga Aku masih bertanya-tanya Tentang sosoknya yang belum bisa tersapa mata Duhai sang rembulan harapan... Akankah engkau
Kesendirianku
Kesendirianku
Sebelum gerbang alam qubur itu terbuka Hembusan angin sepi dan aroma hampanya sudahlah duluan kurasa Kesendirian, keterasingan, makin hari kian terasa Oleh teman yang nyatanya tidak sehaluan Oleh wanita yang tak mau balas
Karna Dia Kucinta
Karna Dia Kucinta
Karena dia kucinta Sorot mata biasa pun kini terlihat mempesona, penuh makna Tak perlu nada, suara bicaranya pun terdengar merdu buatku rindu Karena dia kucinta Senyum sapanya kini jadi hiasan terindah pelupuk mata
Wajah Baru Ramadhanku
Wajah Baru Ramadhanku
Atas nama segumpal hati yang bergerak menggeliat, terpanggil seruan kalam al-Qur’an, Atas nama kepatuhan akan aturan yang menyimpan segudang keutamaan, Aku dan jutaan manusia seiman kini menapaki shaum Ramadhan. Kawan, Di bulan ini
Curahan Fikiran dan Keyakinan Menjalani Azam Khitbah
Curahan Fikiran dan Keyakinan Menjalani Azam Khitbah
Sayang..... Langit kulihat berwarna biru namun putih nyatanya Dan planet kusangka bintang tatkala hanya kerlipan sinarnya saja yang jadi patokan. Dan tahukah kau Sayang..... Bahwa dalam lingkaran kadar serba keterbatasan, Mata terus terkelabui
Pohon Kenangan
Pohon Kenangan
Batang pohon masa lalu tersapa juga masa senja, kering kerontang ketuaanBiji silamnya kini terbang tersebar anginMelayang menjelajah ragam pelosok kehidupanJatuh pada batu, tanah, danau dan lautan sejarah peradabanTersungkur, mengambang, ada pula yang terbang
Setulus Baju, Sebening Kacamata
Setulus Baju, Sebening Kacamata
Suatu waktu, hati ini terjerat rasa penuh makna Kalbu ini berubah pantai berdesirkan ombak pujian dan harapan Diripun bagaikan berada di medan perang Hati menggelepar, sementara jantung tak henti-henti mendetak kencang Namun Meniadakan
Rencana Posil
Rencana Posil
Ketika lorong-lorong jurang menjadi tempat kehidupan Ketika lubang sumur diliputi kegelapan jadi kamar kecilku berbaring Dan terowongan selalu menjadi jalan tempat aku dilahirkan Seringkali mata ini Terkadang pula hati ini Atau mungkin juga
Mereka Bukan Mereka
Mereka Bukan Mereka
mereka bangga... mereka bahagia, merasa telah bisa membantu merekasinar kebanggaan terlukis diwajahnya, luapkan tinta rasa sukses merekagoresan-goresan pahat kesenangan terukir dimukanyamereka bangga... mereka bahagia, merasa telah mampu hilangkan duka merekamereka yang teraniayamereka yang
Tak Ada yang Sisa
Tak Ada yang Sisa
yang tua yang mudayang kanak yang remaja dan rentasemua berebut hidup dengan caranyaberebut hidup bumbu-bumbu kehidupanmereka saling menerka apa yang didapatinyamereka menilai sesuai kapasitas sahwat dan nalar hewaninya menerkatak penting mana yang harustak
Langganan:
Postingan
(
Atom
)