Selalu Akan ada Ujian di Setiap Keputusan yang Kita Pilih
Konsekuensi logis dari setiap keputusan yang kita ambil, dari setiap pekerjaan yang kita tekuni, dari setiap jalan yang kita tempuh, adalah timbulnya sebuah ujian yang akan menguji kesemuanya itu. Konsekuensi logis yang tidak akan memandang bulu, apakah itu pilihan berwajah kebaikan atau pun keburukan. Tinggal bagaimana kita memilih semua itu dan sanggup atau tidaknya kita menghadapi ujian yang akan timbul dari setiap pilihan yang kita ambil tersebut.
Konsekuensi logis ini akan berlaku pada setiap persoalan. Namun kebanyakan dari kita terkadang seringkali memandang perih terhadap ujian yang dihadapi saat memilih keputusan hidup yang benar, sementara merasa senang atau memandang biasa-biasa saja terhadap ujian yang didapat ketika memilih jalan yang sesat. Semua itu nyatanya adalah akibat dari cara pandang dan sikap kita dalam menghadapinya.
Hiasan yang terkesan indah dan nyaman dari setiap konsekuensi yang timbul adalah buah dari dorongan kesenangan kita menilai pilihan itu, sementara kesan buruk dan berat untuk diterima adalah repleksi dari sikap setengah hati, atau karena belum sadarnya akan konsekuensi tersebut, atau malah karena sikap penuh keterpaksaan kita dalam menjalani pilihan itu. Orang kafir akan memandang indah perbuatan maksiat meski konsekuensi ujian yang dihadapinya adalah berat, orang beriman pun akan memandang jalan keimanannya sebagai kenikmatan meski konsekuensi ujian yang mesti dihadapinya berat. Semua itu akan terjadi jika pilihan yang kita ambil penuh dengan rasa terbuka, sadar dan kita memiliki hasrat besar untuk menjalani itu.
Terkait hal ini, Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah albaqarah: 212
Ujian berat akan terasa ringan jika apa yang kita jalani dilandasi dengan sepenuh hati, kita cinta menjalani hal itu, kita ridha dan ikhlas memilihnya, dan kita sadar betul akan konsekuensi yang akan dihadapi nantinya. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu mengingatkan kepada orang yang memilih jalan kebenaran al-Islam untuk ingat akan persoalan konsekuensi. Kita tidak akan dipandang sebagai orang yang berhasil tatkala konsekuensi ujian yang seharusnya dihadapi dengan benar dan ikhlas malah kita hindari dan membiarkannya terbengkalai. Kita tidak akan tercatat sebagai orang yang berhasil mencapai tujuan, tatkala ujian itu tidak kita selesaikan sesuai dengan syarat kelulusan yang berlaku di bidang itu.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah al-Baqarah: 213
Dalam sebuah pengalaman yang dijalani sendiri oleh penulis pada waktu dua hari yang lalu, penulis sadari betul bahwa itu adalah buah dari konsekuensi pribadi tatkala bertekat untuk menempuh jalan hidup sebagai orang yang amanah.
Memang dalam Beberapa bulan terakhir saya terus merekonstruksi pemikiran dan perbuatan untuk sebisa mungkin tetap di jalan yang amanah ini. Dan sadar betul bahwa ini akan dirasakan langsung konsekuensinya, berat ataupun ringan, agar teruji apakah cukup konsisten kita dalam menempuh pilihan itu, atau malah sebaliknya.
Saya sempat memiliki pemikiran untuk mengakhiri di tengah jalan sikap amanah ini dengan memutuskan janji kesanggupan menjaga titipan, di saat barang milik sendiri malah terbengkalai di kala menjalankan titipan orang. Kelinci kesayangan yang hampir satu tahun saya pelihara, dari mulai dia lahir hingga tumbuh menjadi kelinci yang lucu dan penurut, kini dia mati dikeroyok segerombolan anjing liar. Air mata tak terasa menetes perlahan tatkala kabar tragis itu sampai. Akad perjanjian dari tiga hari yang harus dijalani, baru satu malam aku penuhi, nyatanya sudah berakhir demikian berat. Namun inilah konsekuensi yang harus saya hadapi, dan insya Allah akan berbuah kebaikan jika saya tetap konsisten dan sanggup menempuh ujian ini dengan baik.
Tentu saja tragedi ini belum seberapa. Mungkin saja di waktu mendatang ujian itu akan lebih berat setinggi saya menapaki kelas pilihan ini. Dan itu akan terus berbunga indah dan nikmat jika dihadapi dengan penuh ketulusan dan kesadaran yang mendorong untuk bersiap diri menyongsongnya.
Selamat tinggal Chiko (panggilan kesayangan buat kelinci saya)... semoga kau menjadi saksi akan perjalanan ini...!!!
Konsekuensi logis ini akan berlaku pada setiap persoalan. Namun kebanyakan dari kita terkadang seringkali memandang perih terhadap ujian yang dihadapi saat memilih keputusan hidup yang benar, sementara merasa senang atau memandang biasa-biasa saja terhadap ujian yang didapat ketika memilih jalan yang sesat. Semua itu nyatanya adalah akibat dari cara pandang dan sikap kita dalam menghadapinya.
Hiasan yang terkesan indah dan nyaman dari setiap konsekuensi yang timbul adalah buah dari dorongan kesenangan kita menilai pilihan itu, sementara kesan buruk dan berat untuk diterima adalah repleksi dari sikap setengah hati, atau karena belum sadarnya akan konsekuensi tersebut, atau malah karena sikap penuh keterpaksaan kita dalam menjalani pilihan itu. Orang kafir akan memandang indah perbuatan maksiat meski konsekuensi ujian yang dihadapinya adalah berat, orang beriman pun akan memandang jalan keimanannya sebagai kenikmatan meski konsekuensi ujian yang mesti dihadapinya berat. Semua itu akan terjadi jika pilihan yang kita ambil penuh dengan rasa terbuka, sadar dan kita memiliki hasrat besar untuk menjalani itu.
Terkait hal ini, Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah albaqarah: 212
Zuyyina lilladhina kafaru al-hayatu ald-dun-ya wa-yaskharuuna mina al-ladhina “amanu waal-ladhina it-taqaw fawqahum yawma al-qiyamatih waAllahu yarzuqu man yasya-“u bighayri hisabin
Ujian berat akan terasa ringan jika apa yang kita jalani dilandasi dengan sepenuh hati, kita cinta menjalani hal itu, kita ridha dan ikhlas memilihnya, dan kita sadar betul akan konsekuensi yang akan dihadapi nantinya. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu mengingatkan kepada orang yang memilih jalan kebenaran al-Islam untuk ingat akan persoalan konsekuensi. Kita tidak akan dipandang sebagai orang yang berhasil tatkala konsekuensi ujian yang seharusnya dihadapi dengan benar dan ikhlas malah kita hindari dan membiarkannya terbengkalai. Kita tidak akan tercatat sebagai orang yang berhasil mencapai tujuan, tatkala ujian itu tidak kita selesaikan sesuai dengan syarat kelulusan yang berlaku di bidang itu.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah al-Baqarah: 213
Am hasibtum “an tadkhulu al-jannata walamma ya-“tikum mathalu al-ladhina khalaw min qablikum massat-humu al-ba-“sa-“u waald-darra-“u wazulzilu hatta yaqula alr-rasulu waal-ladhina “amanu ma’ahu mata nasru Allahi “ala “inna nasra Allahi qaribun
Dalam sebuah pengalaman yang dijalani sendiri oleh penulis pada waktu dua hari yang lalu, penulis sadari betul bahwa itu adalah buah dari konsekuensi pribadi tatkala bertekat untuk menempuh jalan hidup sebagai orang yang amanah.
Memang dalam Beberapa bulan terakhir saya terus merekonstruksi pemikiran dan perbuatan untuk sebisa mungkin tetap di jalan yang amanah ini. Dan sadar betul bahwa ini akan dirasakan langsung konsekuensinya, berat ataupun ringan, agar teruji apakah cukup konsisten kita dalam menempuh pilihan itu, atau malah sebaliknya.
Saya sempat memiliki pemikiran untuk mengakhiri di tengah jalan sikap amanah ini dengan memutuskan janji kesanggupan menjaga titipan, di saat barang milik sendiri malah terbengkalai di kala menjalankan titipan orang. Kelinci kesayangan yang hampir satu tahun saya pelihara, dari mulai dia lahir hingga tumbuh menjadi kelinci yang lucu dan penurut, kini dia mati dikeroyok segerombolan anjing liar. Air mata tak terasa menetes perlahan tatkala kabar tragis itu sampai. Akad perjanjian dari tiga hari yang harus dijalani, baru satu malam aku penuhi, nyatanya sudah berakhir demikian berat. Namun inilah konsekuensi yang harus saya hadapi, dan insya Allah akan berbuah kebaikan jika saya tetap konsisten dan sanggup menempuh ujian ini dengan baik.
Tentu saja tragedi ini belum seberapa. Mungkin saja di waktu mendatang ujian itu akan lebih berat setinggi saya menapaki kelas pilihan ini. Dan itu akan terus berbunga indah dan nikmat jika dihadapi dengan penuh ketulusan dan kesadaran yang mendorong untuk bersiap diri menyongsongnya.
Selamat tinggal Chiko (panggilan kesayangan buat kelinci saya)... semoga kau menjadi saksi akan perjalanan ini...!!!
Blogger Comment