Ketika Benda Mati Diperlakukan Hidup, Ketika Hewan Diperlakukan Manusiawi



Kawan, izinkan sejenak saya berkisah sedikit mengenai dunia dan kehidupan yang mewarnai laju perjalannya. Tidak akan banyak warna kehidupan yang akan saya kisahkan kali ini. Cukup satu warna dimensi dari dimensi-dimensi kehidupan dunia yang ada dan beragam itu. Satu kebiasaan unik yang jarang saya temukan ditempat lain. Satu kelebihan manusia yang sudah jarang dikerjakan. Mungkin dia bukan satu-satunya orang yang mengerjakan kebiasaan unik yang saya maksudkan, namun saya pribadi sangat jarang menemukannya kebiasaan serupa ini orang lain kerjakan --terutama oleh orang-orang di sekitarku yang umurnya sebaya dengan dia.

Satu kebiasaan dari antara kebiasaan-kebiasaan lainnya yang paling saya senangi dari teman yang satu ini adalah ketika dia sedang memperlakukan motornya. Setiap kali habis dipakai, motornya selalu ia ajak berbincang. Apakah temanku yang satu ini gila? Saya pastikan, TIDAK! Tapi kan motor itu benda mati, kok diajak berbincang sih? Itulah uniknya perlakuan temanku yang satu ini.

Temanku yang satu ini, bukan hanya mengajak ngobrol motornya apabila ia sedang menemukan masalah pada kondisi mesinnya, tapi juga ia seringkali meminta maaf apabila dalam memperlakukannya semasa dipakai di jalanan tadi motor tersebut tidak diberlakukan terlalu arif dan hati-hati. Mungkin motornya sudah capek dan kelelahan. Tapi lantaran terburu-buru oleh desakan ketepatan waktu kerja atau jadwal janji pada temannya hingga ia tidak menghiraukan kondisi itu. Sambil mengusapkan lap basah untuk menyeka setiap kotoran debu yang menempel di tubuh motor tersebut, Temanku berulang kali meminta maaf layaknya minta maaf seorang manusia pada manusia lainnya. Dibelainya seluruh tubuh motor tersebut penuh kasih sayang. Diperiksanya seluruh bagian motor itu dengan penuh hati-hati dan telaten.

Di lain sisi, selain perlakuannya yang penuh perhatian itu ia juga memberi nama terhadap motor-motornya. Meski hanya sebuah nama, apalagi nama terhadap benda mati, namun bisa jadi dengan nama itu pula cerminan kasih sayang yang tergambar dalam segala perlakuannya, semuanya itu bermuara. Anda akan merasakan kenyamanan yang dalam tatkala melihat dia menungganginya, bahkan bisa jadi anda menjadi ikut menjadi orang yang tertarik untuk menyukai motornya. Motor tua yang kebanyakn rewel dan memusingkan kebanyakan para pemiliknya itu, dengan perlakuannya yang penuh kasih sayang, semuanya seakan tidak ada masalah dan orang yang melihatnya pun ikut menikmati kenyamanannya.


Perlakuan yang begitu spesial terhadap benda kesayangan, bila saya coba bandingkan antara yang suka memberi nama dengan yang hanya sebatas perlakuan spesial biasa (tanpa memberi nama), sungguh hasilnya amat jauh beda, setidaknya dari sisi kedalaman penghayatan mereka tatkala memperlakukannya. Sosok lainnya yang memiliki kebiasaan sama dalam memberikan nama terhadap benda miliknya, kalau dari tokoh populer di Indonesia adalah almarhum Kang Ibing (Aktor pemeran utama di film Si Kabayan). Kang Ibing bagi masyarakat Jawa Barat khususnya amat dikenal sebagai sosok figur yang gemar mengurus hewan domba. Domba-dombanya itu, menurut kabar yang saya terima, hampir semuanya beliau kasih nama. Dan bagaimana beliau dalam memperlakukan domba-domba ternakannya itu, sungguh tidak patut untuk diragukan lagi.

Dalam sebuah dimensi warna yang menghiasi ketakjuban ragam corak kehidupan manusia yang tidak bisa digantikan oleh makhluk-makhluk lainnya itu, Sekian lama saya terhanyut menikmati ketakjuban perilaku temanku dan orang-orang yang se-ragam dengannya. Kebiasaan yang mengingatkan saya pada kebiasaan-kebiasaan lama para orang tua di perkampungan kelahiran saya, yang sekarang amat jarang saya temukan baik di kehidupan para orang tua perkotaan, apalagi kaum mudanya.

Terkait hal serupa itu, saya dulu sempat membaca bahwa kebiasaan Rasulullah pun demikian. Rasulullah suka memberi nama yang bagus-bagus terhadap benda kepunyaannya, salah satunya seperti pada untanya dengan nama al-Qashwah. Meski demikian, wawasan saya terhadap cerita sejarah kebiasaan Rasulullah itu, dulu pemahamannya tidaklah sedalam seperti yang dipahami sekarang, setelah dibenturkan dengan kebiasaan serupa yang terwujud dalam perilaku yang dikerjakan oleh seseorang secara persis di depan mata sendiri. Pengetahuan saya tentang sejarah itu tidak sampai pada usaha memikirkan betapa penyayangnya rasulullah terhadap benda dan hewan sekitarnya, betapa bagusnya perlakuan beliau terhadap semuanya. Bahkan kini saya cukup memahami bagaimana kondisi kebersihan dan kerapihan rumah beliau dengan mengetahui sifat-sifat beliau yang suka memberi nama terhadap benda-benda miliknya itu. Ketakjuban saya terhadap teman yang dipandang unik itu kini telah menghantarkan saya pada kedalaman takzim terhadap Rasulullah yang telah menjalankan pola hidup demikian jauh ratusan tahun lalu, tanpa batas hobi ataupun milik pribadinya.

Alangkah indahnya kehidupan di dunia ini jika para manusia, selaku penghuni dan sekaligus pengurusnya itu, memberlakukan semuanya dengan perlakuan penuh penghayatan dan kasih sayang. Bisa dipastikan sejarah di masa depan tidak akan mengisahkan kerusakan dan kekacauan, andai kata seluruh manusia semasa hidupnya senantiasa berlaku penuh penghayatan dan kasih sayang terhadap benda, hewan dan tumbuhan di sekelilingnya.

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.