Meluruskan Tasawuf


Kawan, jalan untuk mempertebal keyakinan terhadap semua hal yang kita imani itu banyak jalannya, termasuk cara bagaimana mempertebal keyakinan bahwa Allah Subhaanahu wa ta'ala adalah satu-satunya zat yang maha kuasa dalam menghidupkan dan mematikan makhluknya. Di zaman yang sedang dirundung oleh hegemoni paradigma materialisme dan hedonisme, sudah selayaknya kita melakukan ikhtiar (baik berupa pemikiran, pencarian ilmu, maupun menghadapi beragam problema hidup dengan penuh keberanian) untuk mengkaji kembali sejauh mana ketebalan ideologi yang kita anut dan akui itu ada dalam keyakinan kita, agar bagaimanapun macamnya gempuran dari ideologi-ideologi luar itu tidak mampu mempengaruhi dan merusak apa yang kita akui, hingga tidak lagi terjadi kasus yang mengisahkan sebuah ideologi tinggal sebatas akuan dan label yang tidak ada isinya atau dengan kata lain, sebuah ideologi yang bukan ideologi.

Persoalan cara mempertebal keimanan ini dalam lingkup kajian keilmuan Islam kita kenal dengan Istilah Tasawuf. Sampai saat ini, keilmuan Tasawuf ini terjebak dalam kemandegan. Persoalan utamanya, dalam hemat penulis, adalah dilantarankan oleh pihak-pihak yang mengatas-namakan pengkaji tasawuf tapi tidak memahami secara utuh makna dasar tasawuf itu sendiri. Dunia sejarah bahkan telah memotret bagaimana perilaku-perilaku dari para pengaku dirinya menempuh jalan sufisme ini terjebak dalam gelombang kesalah-pahaman hingga berbenturan dengan beragam ketentuan syari'ah dan tauhid.

Jika kita memperhatikan kontek hadits yang dijadikan insfirasi awal lahirnya tasawuf, maka kategori tasawuf adalah wilayah keilmuan yang membahas beragam metode dan cara agar iman kita semakin tebal, agar keyakinan kita menyatu dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan kata lain, tasawuf adalah kajian yang mengetengahkan metode agar kondisi iman di atas segala-galanya bisa dicapai oleh ummah Islam. Itulah yang penulis fahami dari kontek hadits "beribadahlah kamu seolah-olah engkau melihat-Nya, andaipun engkau kondisinya tidak bisa melihat Dia, maka sadarlah bahwa Dia tengah melihatmu".

Berwujudnya Tasawuf menjadi aliran-aliran (thariqah)yang lebih banyak bertentangan dengan syari'ah, lebih banyak diakibatkan dari adanya interfensi dari para guru mereka yang menetapkan cara-cara yang pernah ditempuhnya menjadi sebuah keharusan yang seakan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan kondisi itu menjelmalah tasawuf menjadi sempalan-sempalan islam yang menetapkan syari'ah baru yang menyerupai praktek-praktek ibadah mahdhah yang tidak dikenal dalam ketetapan Rasulullah.

Usaha untuk membenahi kondisi tasawuf yang sudah melenceng ini sudah pernah dilakukan oleh para pelaku tasawuf itu sendiri di abad-bad sebelum kita. Sejarah terkait usaha ini salah-satunya bisa saudara baca dalam buku sejarah sosial ummah Islam karya Ira M Lapidus terbitan Rajawali Press. Meski usaha mereka belum sepenuhnya bisa membersihkan tasawuf dari persoalan-persoalan bid'ah, setidaknya usaha itu patut kita apresiasi.

Menghadapi perkembangan zaman yang persoalan teknologi dan produk ekonomi semakin memberikan kemudahan bagi pemuasan kebutuhan secara mudah, usaha tasawuf (mempertebal keimanan terhadap persoalan yang harus diimani)semakin dibutuhkan adanya. Hanya dengan cara-cara demikianlah ummah islam sekarang bisa menyelamatkan eksistensi akidah atau ideologinya. Persoalan yang mamaksa kita selaku ummat islam untuk melenceng dari akidah pokok mungkin kita cukup mudah untuk mengidentifikasi dan mengkanternya, namun persoalan yang bias dan samar, terkadang telah menggerus keimanan kita hingga tidak mampu lagi mewujudkan sosok diri yang beriman.

Mengenai contoh pendekatan tasawuf yang bersih dari perbid'ahan itu sendiri, semoga bisa penulis sumbangkan gambaran konkritnya pada tulis berikutnya. Insya Allah..!


SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.