Syirik Adalah Dolim, Dolim Adalah Bodoh, Bodoh Adalah Hina


Dalam al-Qur’an dikisahkan bahwa pada suatu saat Lukman al-Hakim sempat memberi wasiat kepada anaknya. Isi wasiatnya adalah melarang kepada anaknya melakukan kemusyrikan. Alasan pokok dari seorang al-Hakim melarang itu sangatlah pendek yakni, karena kemusrikan adalah perbuatan dzalim yang besar. Kenpa demikian?

Syirik adalah istilah yang digunakan Islam untuk menamai perilaku yang menyamakan antara posisi makhluk dengan khaliknya, hamba dengan tuannya, atau pencipta dengan hasil ciptaannya. Sementara istilah dzalim adalah digunakan untuk suatu perilaku yang di dalamnya ada menyimpang karena telah menempatkan sesuatu bukan pada tempat yang seharusnya. Dengan merunut arti dasar dari kedua istilah tersebut (syirik dan dzalim) kita sekarang faham kenapa Lukman al-Hakim mengkategorikan kemusyrikan kepada kedzaliman. Khalik atau Pencipta itu sudah kita paham benar posisinya sangat beda dengan makhluk atau yang diciptakan. Kedua posisi ini sangat jelas berbeda, dan memang harus dibedakan. Manusia saja akan tersinggung apabila dirinya disamakan dengan buah karyanya. Contoh sederhananya saja, tukang membuat roti dan pembuat septiteng. Coba saudara bayangkan bagaimana tersinggungnya seorang pembuat roti kemudian oleh seseorang roti hasil buatannya disamakan dengan dia yang membuatnya. Apalagi kalau jatuh pada pembuat septiteng bukan? Kenapa tersinggung? karena tidak mungkin seorang pembuat roti sama dengan roti buatannya. Dan jika ada orang yang menyamakan antara pencipta dengan hasil ciptaannya (Makhluq) seperti menyamakan pembuat toilet dengan toilet hasil buatannya maka orang itu benar benar sudah menempatkan pemahaman dan pelabelan sesuatu yang keliru, yang bukan ditempat semestinya, atau dengan kata lain sudah melakukan perbuatan dzalim.

Sekarang apalah namanya jika melakukan kedzaliman seperti meletakkan toilet sama derajatnya dengan pembuat toilet kalau bukan bodoh namanya. Apa namanya seseorang yang menyamakan pencipta dengan hasil ciptaannya kalu bukan bodoh? Dengan kata lain, seseorang yang berbuat dzalim pada dasarnya adalah bodoh. Lalu bagaimana kalau dia melakukan dzalim itu bukan tidak tahu tapi karena hal-hal lainnya, seperti takut misalnya? Jika begitu keadaannya, logika kita pun akan bertanya kalau dzalim itu salah dan tidak dzalim itu benar, kenapa melakukan ketidak dzaliman harus takut padahal itu adalah benar, bukankah yang harus takut itu yang salah? Jadi dengan dia lebih mengambil rasa takut ketimbang berani menegakkan kebenaran pada dasarnya tetap saja ada dalam posisi kebodohan.

Kenapa yang bodoh jadi hina? Manusia diciptakan oleh Alloh SWT itu ada dalam derajat yang tertinggi dari derajat makhluk lainnya sehingga mengantarkan manusia pada posisi khalifah (pemimpin) bagi makhluk-makhluk lainnya. Derajat manusia menjadi derajat yang lebih tinggi dari makhluk lainnya adalah dikarenakan manusia dicipta memiliki akal pikiran yang dengannya dia bisa melakukan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, bisa mengembangkan dari yang namanya bahan pokok menjadi barang-barang baru, rangkaian pengembangan dari bahan pokok itu. Semua itu hanya dimiliki oleh manusia, sehingga dengan kemampuannya itu kepengurusan bumi dipindah alihkan dari Allah kepada manusia dalam kalimat jabatan khalifah. Jika potensi manusia itu dibiarkan membeku dan tidak digunakan sehingga membuat dirinya menjadi manusia bodoh, tentu hal itu merupakan kehinaan. Kehinaan yang oleh makhluq-makhluk lainnya pun tidak dilakukan.

Wallahu a’lam

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.