PNS, antara Harap dan Benci


Pegawai Negeri Sipil atau lebih dikenal dengan singkatan PNS, adalah posisi kerja yang sudah tidak asing lagi ditelinga warga Negara Indonesia. Bahkan mungkin keberadaannya itu di tiap tahunnya semakin dikenal dan menjadi idola papan atas yang banyak digandrungi banyak orang, tua maupun muda. Tiap tahunnya, ribuan orang rela antre untuk berkompetisi merebutkan kekosongannya. Tiap kali dibuka bursa kerja PNS, tak pernah terdengar ada yang gak laku dikunjungi pengunjung. Yang dibutuhkan satu, yang datang seribu. Itulah kira-kira gambaran global posisi dan kondisi PNS dewasa ini.

Lantas apa yang menjadi rahasia jitu PNS ini menjadi idola?

Bagi saya pribadi, persoalan PNS menjadi sosok idola mayoritas orang Indonesia ini tak habis pikir untuk dimengerti. Bagaimana tidak, ketika kehidupan saya banyak dihabiskan dalam usaha niaga di pasar maupun sebagai penjaga toko sembako, malahan kebanyakan para PNS ini seringkali mengeluhkan upah kerja yang didapatnya. Apa lagi jika telah tiba yang namanya pertengahan atau akhir bulan. Kebiasaan mengambil dulu barang dan bayar belakangan (ngutang/nganjuk) kadang kala menjadi pilihan paling paporit bagi mereka. Saat ditanyakan, ternyata gaji bulanan yang diperoleh dari kantor, tutur mereka, kecil dan sering kali tidak bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di keluarganya. Dalam hal ini saya tidak sedikitpun bermaksud ingin menghinakan atau mengumbar kejelekan para pelaku PNS, karena tidak semua PNS seperti itu, ini hanya luapan ketidak mengertian saya terhadap posisi dan image PNS di mata masyarakat saja. Dan tambah membingungkan lagi kalau sudah datang kabar kalau ternyata ada saja orang yang berani mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah demi menduduki status PNS ini.

Entahlah. Mungkin kepusingan pikiran saya ini, bagi orang-orang lain yang hidup dan hobi di persoalan ini, akan disamakan dengan situasi pusingnya seseorang tatkala memikirkan para pemain sepak bola yang memperebutkan satu bola oleh 22 orang yang padahal dengan jumlah bola yang tersedia cukup banyak dipegang oleh para anak gawang yang kapan saja, jika diminta, siap untuk diberikan, kenapa tidak satu orang pemain memegang satu bola saja selesai kan persoalannya? hehe. Jadi pertanyaan kenapa mau-maunya melakukan itu malah menjadi tertawaan orang-orang. Dan saya tidak mau berpolemik dipersoalan itu, sebab persoalan itu bukan sesuatu yang layak untuk dipolemikkan.

Yang menjadi kebingungan yang lebih pokoknya lagi bagi saya adalah tatkala phenomena yang ada itu dibenturkan dengan persoalan antara hak dan kewajiban, antara posisi dan tanggung jawab, dan antara pilihan dengan konsekuensi yang seharusnya dipegang oleh setiap individu yang mau melangkah ke arah yang lebih baik. Dalam dunia kerja, bagi manusia yang mendambakan keluhuran peradaban hidup bermasyarakat, persoalan yang lebih penting bukanlah persoalan hasil yang didapat, melainkan pertimbangan akan persoalan-persoalan duduk perkara ketiga elemen tadi (hak dan kewajiban, posisi dan tanggung jawab, dan pilihan dengan konsekuensi). Jika hal itu sudah menjadi orientasi seseorang, tentu persoalan “kenapa sampai posisi PNS jadi paporit sementara dalam kenyataannya upahnya sendiri kecil” akan menjadi tanda tanya besar. Dan pertanyaan-pertanyaan dan praduga; kenapa hal itu bisa terjadi, apakah karena adanya motip lain di balik kegemaran masyarakat mendambakan posisi kerja sebagai PNS, ataukah memang motipnya karena memang benar-benar murni ingin bekerja yang, meskipun upahnya kecil, lantaran sulitnya mendapat kerja, berimbas pada kondisi seperti itu?, patut untuk kita ketengahkan. Semoga saja praduga yang pertama tidak sampai terjadi sebab jika saja itu yang terjadi tentu akan membahayakan baik bagi moralitas kerja, maupun bagi kualitas kerjanya. Moralitas kerja akan mempengaruhi pada nilai yang terkandung darinya, yang tentu saja dalam dunia Islam akan terikat pada hukum halal dan haramnya sebuah hasil yang didapat, sementara kualitas kerja akan mempengaruhi pada stabilitas output perjalanan satu usaha, dalam hal ini keberlangsungan usaha pemerintahan yang menyangkut hidup dan matinya, sejahtera dan tidaknya, teratur dan tidaknya, kondisi keberlangsungan orang banyak yang hidup berada di bawah naungan Negara tersebut.

Kenapa dalam Islam masalah moralitas kerja akan mempengaruhi nilai dari hasil yang didapat?
Sebelum kita sampai pada jawaban pokok dari persoalan itu alangkah baiknya apabila kita paparkan terlebih dahulu ketiga elemen penting yang menyangkut dunia kerja tadi secara ringkas dan sederhana, agar apa yang menjadi konklusi dari jawaban persoalan di atas, nantinya bisa dimengerti secara cepat.

Persoalan pertama. Hak dan kewajiban seorang pekerja. Tentu sudah tidak diragukan lagi bahwa persoalan ini sudah kita kenal bahkan mungkin saudara sendiri lebih tahu dibandingkan dengan saya. Hak seorang pekerja tiada lain selain mendapatkan upah yang sesuai dengan proses kerja yang dilakukan, sementara kewajiban seorang pekerja adalah menunaikan semua pekerjaan yang dibebankan kepanya.

Posisi seorang pekerja adalah seseorang yang sudah memiliki keterikatan sebagian waktu dalam hidupnya untuk dicurahkan untuk bekerja pada perusahaan terkait sebagaimana yang telah disepakati bersama dalam perjanjian awal tatkala terjadinya teken kontrak atau perjanjian kerja. Sementara tanggung jawab yang mesti dijalankannya adalah memenuhi semua yang telah disepakati bersama dalam teken kontrak atau perjanjian di muka tadi.

Pilihan yang diambil adalah keputusan bulat terhadap salah-satu dari beragam pilihan yang ada, yang sudah seharusnya dijalani. Sementara konsekuensi merupakan dampak yang harus ditanggung secara konsisten akibat dari keputusan kita mengambil pilihan tadi, yang tentu saja dampak atau konsekuensi tersebut seharusnya sudah dipertimbangkan secara matang tatkala kita mau memutuskan satu pilihan yang akan diambil.

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.