Akankah Olah Raga Sepak Bola Jadi Biang Perpecahan Rasisme di Indonesia?


fanatisme supporter
persepakbolaan Indonesia dari hari ke hari semakin meresahkan. Hal ini bukan hanya sekedar disebabkan oleh seringnya terjadi tawuran antar supporter pasca pertandingan sepakbola berlangsung, tapi yang lebih parahnya lagi hal itu sudah menjurus kepada panatisme rasial yang mengkhawatirkan.

Dampak panatisme buta terhadap salah satu team sepak bola yang tidak terkendali seperti itu, kemungkinan besar akan menjadi ancaman besar bagi kesatuan dan persatuan negara Indonesia yang pada hakikatnya tersusun dari berbagai suku dan ras.

Ketika panatisme buta antar supporter tumbuh di setiap lapisan masyarakat, keamanan antar daerah menjadi taruhannya. Orang Bandung (yang belum tentu anggota Viking PERSIB) yang tengah mengunjungi Jakarta seringkali menjadi korban pengeroyokan Jack Mania, begitu juga sebaliknya. Bahkan sering terjadi hanya sekedar karena baju kaos yang dipakai bercorak warna identitas suatu team (atau berlogo dan bertuliskan salah-satu team) bisa menjadi korban pengeroyokan supporter team yang memushinya. Indonesia dalam wajah seperti ini seakan bukan lagi negeri yang ramah dan penun rasa persaudaraan.

Sementara itu, dilain pihak seolah-olah persoalan fanatisme buta suppoter terhadap team yang didukungnya malah sengaja dibentuk. Pemerintah daerah terus mendukung dengan bentuk pencairan dana maupun pasilitas lainnya. Bahkan para bisnismen bisa jadi meliriknya phenomena tersebut sebagai potensi pasar yang menjanjikan sehingga team yang memiliki banyak supporter fanatik (semisal Persib dan Persija) menjadi team yang banyak seponsornya. Bahkan di bulan Maret 2012 ini kita menyaksikan langsung bagaimana team sepak bola Persib sudah berani mendeklarasikan dirinya sebagai team yang bermanajemenkan perusahakan T.B.K. yang membuka saham perusahaanny secara terbuka di bursa saham Indonesia.

Panatisme buta ini nyatanya bukan jurus ampuh bagi kemajuan dan kegemilangan prestasi team yang didukungnya, tapi lebih kepada pembodohan masyarakat yang akhirnya malah menjadi korban semata dari ambisi politisi dan pengusaha kapitalis. Team-team yang memiliki supporter fanatik selalu kalah di medan tanding, dan mungkin akan terus demikian. Fanatisme buta malah mendidik para pemain untuk berjuang tidak maksimal, karena nyatanya mau kalah ataupun menang hal itu tidak akan mengurangi fanatisme supporter untuk mendukungnya.


SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.