Do'a, di Antara Psikis, Tempat dan Waktu




Suatu hari, saat perjalanan dari Ciparay menuju Soreang, di daerah Banjaran uang ongkos saya sudah habis, sehingga terpaksa harus jalan kaki. Waktu sudah pukul 11 pagi, sementara hari itu adalah hari jum'at.

Sepanjang mengayuhkan kaki, sayapun terus berdoa tanpa henti agar Allah menyampaikan saya ke tempat tujuan dengan bisa melaksanakan shalat jum'at dalam keadaan badan mandi dulu. Saat itu saya adukan pada Allah jikalau saya punya amalan baik maka berikanlah pahalanya waktu itu juga menjadi sebuah uang yang cukup untuk ongkos ke Soreang.

Saat kaki sibuk mengayunkan langkah dan tangan sibuk menyeka keringat yang terus mengalir deras, pandangan saya terus arahkan ke panjangnya jalan yang terus akan saya makan sedikit demi sedikit. Tanpa sengaja mata saya tertegun sebentar melihat lipatan kertas yang terselip di rerumputan yang tumbuh di pinggir jalan. Ku hampiri lipatan kertas itu lebih dekat. Setelah dilihat-lihat dengan teliti, ternyata lipatan kertas itu adalah uang sepuluh ribu.

Karena di daerah itu tidak ada rumah maupun orang yang sedang jalan kaki, dalam benak saya mungkin itu adalah pengkabulan Allah terhadap doa saya. Akhirnya saya ambil uang itu. Uang yang sebetulnya melebihi dari jumlah yang saya pintakan kepada Allah tadi. Meskipun hati belum tenang mengambil uang temuan itu, alhamdulillah akhirnya apa yang saya pintakan, saya doakan kepada Allah, akhirnya dapat dipenuhi semuanya... Subhanallah...!!!



Kejadian kehabisan ongkos seperti itu tidak berakhir sampai di situ. Saat saya hendak berkunjung ke tempat kosan kakak saya di Cibiru, hal itu saya alami lagi. Namun kali ini tidak semujur seperti yang dialami di Banjaran.

Kali ini saya kehabisan ongkos dari daerah BSM. Saya waktu itu kehabisan ongkos karena saking enaknya belanja buku di Palasari hingga uang yang tersisa hanya seribu rupiah. Takut bayaran ongkos kurang, saya tidak berani turun di Kircon tapi turun di dekat BSM. dari sana saya mesti berjalan kaki ke Cibiru.

Kondisi saya waktu itu sedang suka menjauhi Allah. Saya sering membentak orang tua, sering meninggalkan shalat, dan macam-macam maksiat lainnya. Untuk meminta setulus hati dengan keyakinan akan dikabulkannya doa yang saya pintakan pun rasanya mustahil. Saya kala itu tidak berharap pasti kalau doa saya akan dikabulkan. Perasaan saya juga berbisik kalau saya tidak mungkin memiliki amalan yang dapat dijadikan barteran agar Allah mengabulkan permintaan saya. Hingga akhirnysa sampai Cibiru saya tidak mendapatkan apapun. Saya lalui rute perjalanan dari BSM ke Cibiru dengan jalan kaki.

Jika direnungkan dari dua pengalaman di atas, saya mengambil hikmah bahwasannya doa itu akan di kabulkan apabila kita memiliki keyakinan Allah swt akan mengabulkannya. Sementara perbuatan dosa itu sebetulnya akan menjadi penghambat dikabulkannya do'a karena akan mempengaruhi psikis kita menjadi pesimis akan kelayakan diri yang hina mendapat pertolongan dari Allah. Di sisi lain, tempat dan waktu juga berpengaruh dalam pengabulan doa. Jika yang kita pintakan itu sangat mendesak sehingga tidak mungkin akan terjadi apabila tidak ada pertolongan atau pengkabulan terhadap do'a yang dipanjatkan, itu akan cepat pula dikabulkan. Sementara apabila kita tidak begitu urgent dan tidak mengancam kegiatan ibadah kepada-Nya, maka tentu hal tersebut akan mudah dikabulan.

Ini hanyalah sebuah renungan yang baru dipandang benar atas pertimbangan logika.. sehingga perlu kiranya dikeritisi pula dari segi hukum syar'inya....

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.