Dampak Buruk Kemajuan Teknologi


Apabila seekor harimau dibesarkan dalam sangkar, meskipun ciri-ciri esensial dari harimau itu masih bisa kita lihat, setidaknya potensi dan kekuatan harimau tersebut akan jauh menurun ketimbang harimau yang dibesarkan di hutan bersama habitatnya.

Namun kondisi di atas tidak berarti Saya setuju apabila dikatakan bahwa sesuatu yang paling besar mempengaruhi sesuatu adalah waktu dan lingkungannya, terutama jika persoalan ini dikaitkan dengan perkembangan “manusia”. Manusia memiliki naluri untuk mengatur dan mempertimbangkan sesuatu hal terkait kehidupannya. Meski anda melakukan nikah diatas namakan pada kata “Perjodohan orang tua” pada dasarnya hal itu bukan berarti anda melakukan pernikahan itu karena perjodohan, sebab sejatinya yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan dan mengambil jalan itu adalah anda sendiri, bukan orang tua. Anda dikatakan menjadi seorang pemabuk lantaran pergaulan anda dengan para pemabuk, sebetulnya yang berperan penting akan hal itu bukan karena lingkungan, tapi karena anda sendiri yang memutuskan sebuah keputusan yakni untuk jadi pemabuk.

Kemajuan teknologi pada dasarnya mengusahakan agar manusia bisa menjalani hidup lebih mudah, lebih ringan, lebih instan. Segala persoalan yang dulunya dipandang sukar dan membutuhkan kerja berat, dengan teknologi hal itu bisa kita jalani dengan ringan. Perjalanan yang pada masa sebelum ada teknologi yang mendukungnya harus dilalui berhari-hari, setelah ada teknologi transfortasi bisa dijalani dalam hitungan jam saja.

Sadar atau pun tidak, jika kita membandingkan dengan naluri hewani seperti yang penulis kisahkan di muka tadi, jika kondisi manusia terus dimanjakan oleh kemajuan teknologi yang mengusahakan sebisa mungkin bisa memberikan pasilitas yang memudahkannya, potensi dan kekuatan yang dimiliki manusia akan semakin meluntur. Daya pikirnya, daya tahan tubuhnya, daya tahan ruhiyahnya, daya instingnya, terutama ketika menghadapi phenomena kehidupan di alam bebas, akan terlihat semakin terbata-bata, kaku. Setiap daya yang dimilikinya dari hari kehari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, jika terus tidak dipergunakan dan tidak diolahnya, lambat laun memudar dan bisa jadi hilang.

Orang semakin mudah prustasi meski persoalan yang dihadapinya adalah bukan persoalan pokok yang besar. Bukankah banyak dari saudara kita yang biasa hidupnya senang kemudian suatu hari merasa bimbang takut tidak bisa hidup hanya dikarenakan tidak memiliki uang? Padahal jika kita pikirkan, persoalan hidup tidak selamanya berhubungan dengan uang, tapi karena kita selalu dan selalu berada dalam kondisi di mana uang menjadi benda yang paling banyak kita pergunakan, dikala uang itu tidak ada kita pun merasa kehilangan, kita merasa resah duluan, sementara logika kita sudah lupa tidak digunakan untuk mencerna dan menyikapi semuanya. Dari sini kita bisa menangkap bahwa satu pontensi dari satu contoh kasus barusan sudah tumpul dipergunakan, karena memang sudah jarang dipergunakan. Begitu juga kasus lain seperti kita merasa bingung untuk berangkat sekolah karena tidak punya uang, padahal pada hakikatnya kasus semacam itu sudah bisa kita selesaikan dengan melakukan jalan kaki, kita seakan tidak bisa membantu orang lain hanya karena tidak punya uang, padahal persoalan membantu bisa juga dengan tenaga atau pikiran. Kemudahan-kemudahan yang kita terus dapatkan lambat laun akan menggerus potensi penting yang oleh jiwa dan raga kita miliki.

Namun manusia memiliki sensor yang mempu memilah dan memenej dirinya. Manusia memiliki potensi untuk tidak takluk pada ruang dan waktu, kondisi dan lingkungan. Manusia memiliki potensi kendali. Bukankah Rasulullah pernah bersabada bahwa kita semua ini adalah pemimpin? Pemimpin adalah posisi dimana seseorang memiliki wewenang dan kekuatan untuk memutuskan.

Apa yang terjadi dalam kehidupan kita pada hakikatnya adalah buah dari putusan kita. Kita lemah karena kita memutuskan diri kita untuk jadi lemah. Kita kuat karena kita memilih diri untuk menjadi kuat. Namun semua itu terkadang ada di bawah ambang ketidak sadaran kita. Kita tidak sadar telah memutuskan untuk menjadi apa yang kita jalani.

Dari rangkaian pemikiran ini pada akhirnya kita akan sampai pada sebuah titik balik yang semoga bisa membuka gerbang cakrawala penyelesaian. Bahwa kemajuan teknologi yang menyuguhkan serba kemudahan itu akan menggerus potensi-potensi kemanusiaan kita, jika selama menghadapi kemajuan teknologi itu kita menghadapinya dengan posisi ketidak sadaran sehingga kita tidak lagi menjadi subjek pelaku tapi hanya seongok objek penderita yang dinina-bobokan. Dalam sebuah kisah hikmah, kondisi ini mirip dengan seekor singa yang sedang diburu bukan dengan jebakan jerat pukat, tapi cukup dengan satu piring darah yang di tengahnya disimpan pisau yang sangat tajam. Singa tersebut terus menjilati piring dan pisau tajam itu dengan tenang sebab yang dirasanya adalah sedang meminum darah, padahal darah itu adalah darah tubuhnya sendiri yang terus mengalir ke piring akibat goresan pisau pada lidahnya. Singa itu mati kehabisan darah dan menjadi korban pemburu tanpa sadar.

Wal hasil, jika kita ingin selamat menajadi manusia yang senantiasa ada dalam kemanusiaannya dikala menghadapi kondisi yang ada di sekitar kehidupannya, maka jalan terbaik untuk menuju hal itu adalah dengan senantiasa berusaha bertindak dan mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan dan kesadaran. Kita mengerjakan sesuatu karena kita sudah mempertimbangkan konsekuensi logis dari apa yang akan dan sedang kita kerjakan tersebut.

Tulisan ini diposting ulang dari tulisan saya di Kompasiana.com/Purnawarman


SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.