Kenapa Ummat Islam Belum Bisa Bangkit??

Pertanyaan "Mengapa Islam belum bisa bangkit??" sebenarnya sudah saya tulis pada tanggal 10 Juli 2010 di facebook pribadi saya dengan tujuan agar para guru dan kawan-kawan saya bisa memberi komentar dan masukan mengenai isi tulisan yang akan saya publikasikan di blog seperti sekarang ini. Alhamdulillah dari catatan itu banyak teman dan guru saya yang memberikan respons masukan dan bahkan sampai berdiskusi panjang. Tulisan ini merupakan perpaduan antara inti dari tulisan saya pribadi dan masukan serta koreksi dari teman-teman dan guru-guru saya itu.

Jujur saja, selama ini pertanyaan seperti yang ada dalam judul itu terus menghantui pemikiran saya. Namun dikarenakan saya selaku orang yang tidak punya kecakapan baik dalam bidang ilmu agama maupun ilmu-ilmu lainnya, yang bisa dilakukan hanyalah merenungi dan merenungi apa yang ada dalam buku (tentunya buku yang dapat dibaca, sehingga jumlahnya terbatas) maupun di kehidupan realitas sehari-hari.

Setelah saya mengamati hal-hal itu secara sederhana, wacana untuk mendorong Islam sebagai ideologi yang berjaya kembali seperti di masa keemasannya dulu, masihlah membutuhkan waktu lama jika tidak kita benahi sedari sekarang.

Ada beberapa faktor yang menurut hasil renungan dan masukan pemikiran dari teman-teman dan guru-guru saya menjadi penyebab kenapa Islam sampai sekarang belum bisa bangkit yang kesemuanya itu sangat berpengaruh pada masa depan Islam hari ini sehingga patut dibenahi (ummat Islamnya, bukan Islamnya), jika Islam ingin berjaya baik di Indonesia maupun di dunia. Di antara faktor-faktor itu antara lain:

    Faktor esensial
  1. Pertama: Ummat Islam harus kembali menanamkan rasa bangganya terhadap khazanah kebudayaan, keilmuan dan ajaran agamanya yang amat agung.
  2. Kedua : Sepanjang embel-embel parasit aqidah (Kemusyrikan) dan parasit ibadah (Perbid'ahan) masih terdapat pada diri-diri ummat Islam, maka selama itu pula kebangkitan Ummat Islam akan terhambat. Untuk melihat secara terperinci mengenai persoalan ini, Kang Anwar sudah membahas persoalan ini berikut dengan dalil-dalilnya, untuk membacanya secara lengkap, silahkan klik di sini
  3. Ketiga: Keikhlasan harus menjadi kunci utama dalam memperjuangkan Islam, sebab Islam tidak akan bangkit jika tidak diperjuangkan dengan keikhlasan.


    Faktor Startegi
  1. Para politikus Islam belum mempersiapkan hal-hal pundamental yang berhubungan dengan kenegaraan.
    Para politikus Islam terus mengkampanyekan Islam (baik lewat politik praktis dalam artian parpol maupun haluan politik seperti HTI) agar menjadi asas negara kita. Hingga sekarang usaha itu masih terus dikampanyekan. Namun sayang, kampanye tinggal kampanye... setelah saya kroscek, dan minta kejelasan mengenai draf susunan perundang-undangan dan ketatanegaraan Islam yang selama ini mereka kampanyekan, nyatanya sampai sekarang belum ada yang bisa memberikan hal itu. Entah karena tidak mau diketahui atau karena memang mereka belum mempersiapkan hal-hal yang urgen untuk ke depan jikalau mereka menang. Kalaupun mereka tidak mau mengasih tahu, bukankah Islam seharusnya terbuka mengenai hukum apapun?? dan kalaupun belum punya, maka Kondisi ini menurut saya harus dibenahi secepatnya.
  2. Jika ummat Islam yang aktif di partai politik kemudian mengkampanyekan Islam dan pada akhirnya menang, sementara persiapan unsur-unsur utama yang dibutuhkan dalam negara Islam yang dikampenyekan itu belum dipersiapkan, bisa jadi malah akan mencoreng nama baik Islam. Lihatlah nasibnya reformasi, pergerakan berhasil tapi karena ketidak siapannya dalam menyusun konsep bernegara reformasi, hasilnya kacau balau juga seperti sekarang. Alangkah baiknya apabila persoalan konsep negara ini kita benahi dulu, kita susun konsep bernegara secara islami yang benar yang akan kita tegakkan itu, mulai dari UUD dan UU praktisnya (pidana dan perdata), masalah perpajakan, ekonomi, perternakan, pertambangan, dan sebagainya. Dengan mulai dari kita menyusun konsep-konsep kenegaraan Islam itu setidaknya akan meringankan kita saat penyusunan negara secara kongkrit. Selain itu bisa jadi kurangnya minat dari masyarakat bawah itu lantaran mereka tidak tahu gambaran pasti bagaimana negara yang berasaskan Islam itu, sehingga tatkala disodorkan konsep bernegara Islami yang kongkrit, mereka bisa mendapat gambaran yang utuh. Untuk melihat model konstitusi Islam sebetulnya sudah disusun jauh-jauh hari oleh Dewan Islam (Lihat, Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam, Pustaka, Bandung, 1987, hlm: 356-373). Jadi sudah tidak sulit lagi untuk menyusun perundang-undangan negara Islam asalkan kita memiliki kemauan dan kesadaran akan pentingnya hal ini. Dari usaha ini tentu perdebatan tidak bisa dihindarkan, namun itu lebih baik terjadi sekarang daripada berdebat setelah kita menduduki negara yang waktunya bukan untuk berdebat tapi menjalankan roda pemerintahan.
  3. Perekonomian kita hingga saat ini masih dikuasai oleh pihak non Islam yang berlandaskan pada ideologi kapitalis dan liberalis. Dengan perbedaan landasan itu tentu kita terus merasa tidak aman, bukan hanya karena perbedaan landasan ideologi semata, tapi juga dilantarankan sistem mereka yang terus mengancam dan penuh jebakan yang tidak tentu nasibnya. Dengan kondisi itu kalangan Islam terus berusaha mempromosikan Islam sebagai sistem alternatif dalam berekonomi. Namun pada kenyataannya sistem ekonomi Islam hingga sekarang masih belum bisa menggantikan sistem-sistem yang berjalan itu. Dan mungkin kondisi ini akan terus begini jika kita tidak merubah polanya.


Apa buktinya kita baru bisa jadi alternatif?? lihatlah masalah perbankan, siapa yang pertama memunculkan ide dan tatacara itu?? lalu kalangan islam?? kalangan Islam baru mengusulkan sistem Islam setelah sistem itu berjalan. Lihat pula masalah asuransi, siapa yang pertama mencetuskan dan menjalankan sistem itu?? lalu Islam?? Sistem Islam baru hadir dan diperkenalkan kemudian setelah sistem asuransi itu berjalan....
Pada akhirnya, Islam baru sebatas jadi ide masukan sementara sentral rujukan tetap saja pola-pola para pencetusnya...

Memang semua itu harus kita Islamkan, tapi bukan berarti harus terus belakangan dalam segala hal jika kita memang ingin membawa Islam menjadi agama yang kembali berjaya di dunia ini.

Pola yang baru dijalankan ummat Islam selama ini hanya mendudukkan Islam sebagai alternatif. Sistem ekonomi Islam tidak akan menjadi rujukan utama dunia jika posisinya hanya terus menjadi sebatas alternatif. Oleh karena itu, Ummat Islam harus merubah posisi itu menjadi posisi rujukan utama, dan untuk sampai pada posisi itu tentu kita harus menjadi yang terdepan dalam melihat prospek ke depan. Kita harus bisa membaca kebutuhan hidup masyarakat dan kemudian menyusun pola islami untuk memenuhi kebutuhan itu...


Bagaimana cara untuk memulai perubahan itu?? Tentu saja, Antara para ahli pemerintah,ulama dan ahli -ahli bidang lainnya dengan rakyat bawah mutlak dalam hal ini dibutuhkan kerjasamanya.

Para Intelektual Muslim, para Ulama dan para aktifis politik hingga sekarang masih terdapat kesenjangan. Malahan seringkali antara ulama dengan aktifis politik saling mencaci dan mengharamkan satu sama lain, sehingga Islam belum bisa berdiri di tanah air yang penduduknya beragama Islam terbesar se dunia ini.

Sistem-sistem yang berlaku ditengah-tengah kehidupan masyarakat sehari-hari (salah satu contohnya seperti persoalan ekonomi di atas) akan dikuasai oleh sistem Islam jika para fakar dan penguasa bekerjasama dengan para penggerak roda kehidupan rakyat bawah. Rakyat bawah paling tahu apa yang dibutuhkan oleh kehidupan masyarakat karena mereka berinteraksi langsung dengan mereka. Lihatlah lembaga-lembaga ekonomi besar dunia, mereka tumbuh dari ide para penggerak roda kehidupan masyarakat kecil. Di sekitar kita pun demikian. Banyak ide-ide besar lahir dari generasi kita namun karena kurangnya dukungan dan kerjasama baik dari dan dengan fakar Islam maupun penguasa dan pemodal muslim pada akhirnya ide itu jikalau tidak dijual pada pengusaha kapitalis maka tinggalah sebagai ide kecil yang terabaikan...


Niat utama saya hanyalah untuk saling introsfekti dan menyadarkan semata, semoga dengan catatan ini kita bisa sesegera mungkin bangkit bersama, membawa manusia pada posisi yang sebenarnya, membawa manusia pada posisi kemuliannya.

Selaku manusia awam, saya hanya bisa mencoba ikut berkontribusi dalam kebaikan, masalah salah dan kekhilafan pasti ada saja letaknya. Namun harapan besar yang selalu dinanti, semoga usaha ini ada manfaatnya...

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

2 comments:

  1. Falsafah (prinsip) kebangkitan yang hakiki adalah sebuah mabda' (ideologi) yang mengga­bungkan fikroh dan thoriqoh secara terpadu. Idiologi tersebut adalah Islam. Sebab, Islam adalah sebuah aqidah yang memancarkan sebuah sistem untuk mengatur seluruh urusan negara dan umat, dan mampu memecahkan seluruh masalah kehidupan.

    BalasHapus
  2. Jazakumullah khairan atas tambahan masukan penjelasannya saudaraku..!
    Insya Allah semua itu banyak manfaatnya...
    Syukran

    BalasHapus

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.