Kreativitas Manusia


Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam keadaan memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya. Salah-satu kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, manusia memiliki potensi (kekuatan) untuk berkarya. Meski manusia tidak bisa membuat zat baru secara mutlak, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan atau berinovasi mengenai semua zat-zat dasar yang ada. Dalam filsafat puitis Iqbal, dalam persoalan potensi berkreasi ini, manusia digambarkan sebagai makhluk yang mendekati sifat Tuhan itu sendiri. Jika Allah membuat batu, maka manusia bisa membuat batu tersebut menjadi kaca. Jika Allah telah membuat racun, maka manusia bisa memodifikasi racun tersebut sampai menjadi obat.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia tersebut terkadang mengantarkan manusia untuk bersifat angkuh, sombong dan tidak tahu diri. Hanya karena dirinya telah menemukan sebuah pemikiran atau penemuan baru, seringkali dirinya lupa daratan, dalam pepatah dikatakan seperti kacang lupa kulitnya.

Padahal, jika kita mau mengamati kondisi sebetulnya, beragam penomena yang terjadi disekitar kehidupan manusia jauh menggambarkan beragam kelemahan manusia itu sendiri. Andai kata manusia tidak memiliki kelemahan dalam hal potensi kreasinya, tentu mereka tidak akan pusing-pusing mengurusi Hak Cipta yang dicolong orang. Manusia yang tidak punya keterbatasan dalam hal potensi kreasinya akan merasa aman-aman saja jika terjadi hal semacam itu, sebab dia dengan mudahnya bisa berkreasi lagi dalam bentuk kreasi-kreasi yang lebih bagus. Namun itulah manusia. Meskipun dirinya menyimpan potensi yang unggl dari makhluk lainnya, pembendaharaan istilah “keterbatasan” akan senantiasa melingkupinya.

Patung yang dipahat dan diukirnya, lukisan yang digoresinya, seni sastra yang dirangkainya, rumusan-rumusan ilmu pengetahuan yang ditemukannya, teknologi yang dibuatnya, semuanya selalu ada dalam ranah serba keterbatasan. Daya cipta yang dimiliki manusia pada suatu waktu terkadang melesat kencang dan tidak tertahankan, namun pada waktu yang lain ia juga akan menemukan stagnansi yang dirinya merasakan ketumpulan, mentok, mandeg, dalam berkarya. Dalam priodesasi kondisi kemandegan ini lahirlah manusia-manusia yang lebih mencintai hasil karya para leluhurnya ketimbang berkaya dan berinovasi sendiri. Ramah budaya pada periode ini bukan menjunjung tinggi nilai-nilai yang sifatnya berkarya, bercipata atau berkarsa, tapi adalah mempertahankan budaya yang sudah lapuk dieranya.

Sementara jika kita mengamati bagaimana kreasi Allah dalam mencipta makhluk-makhluk-Nya, nilai kreasinya tidak terkena istilah mandeg atau mentok. Entah sudah berapa biliun manusia yang pernah hidup di dunia ini, meskipun mungkin ada beberapa segi kemiripan antara beberapa manusia itu, kita bisa memastikan bahwa Biliunan manusia itu tidaklah sama. Daya kreasinya tetap terjaga dan terus ada. Apalagi jika kita melihatnya pada jumlah populasi binatang seperti semut, ayam, tumbuh-tumbuhan ataupun yang sejenisnya, tentu tidak bisa kita bayangkan seberapa cepat Allah mendesain dan menciptakan makhluk-makhluk itu semua.

Lantas, masihkah ada titik celah yang melayakkan kita untuk berlaku sombong kepada makhluk-makhluk lain disekitar kita, apalagi sombong kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala, sehingga kita tidak mau lagi menjalankan janji setianya untuk berlaku di muka bumi sebagai khalifah (pemimpin) bagi makhluk-makhluk lainnya?

SHARE ON:

Penulis berusaha menulis di blog ini untuk berbagi pengalaman, wawasan, serta pemikiran yang dipandang layak untuk disebar luaskan. Aktivitas sehari-hari penulis aktif sebagai tenaga pengajar piket pada salah satu lembaga pesantren di Kab. Bandung, serta aktif sebagai anggota Komunitas Penulis Islam

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Renungan
Ada Konsekuensi logis yang berlaku di setiap permasalahan yang kita ambil. Orang yang sadar akan makna konsekuensi, tindakannya tidak akan lepas dari kontrol pertimbangan yang matang. Setidaknya, tindakannya tidak berakhir dengan penyesalan.
Komentar saudara yang sarat dengan nilai, akan menjadi sumbangan berharga bagi penulis dan pembaca lainnya.